Bab 15

Setelah sahur dan sholat subuh aku kembali berbaring. Meskipun gelap mulai memudar dan tergantikan cahaya terang. Aku masih enggan untuk memulai aktifitas pagi hari, toh nggk sekolah juga, tak ada tugas khusus yang harus dikerjakan.

Kupejamkan mata kembali, meskipun ruh masih tak mau menghadiri dunia mimpi. Aku masih tersadar dalam dunia nyata.

"Mak. Apa mak nggk kasihan dengan ku yang disini? Disini tinggal beberapa orang, dan tidurnya dibawah pohon begini badanku sakit semua setelah bangun tidur. Tetangga sekitar aja pada bangun tenda, tapi disini nggk. Apa mak nggk mikirin bagaimana perasaan aku? dari kemaren menunggu tak juga kunjung datang menjemput. Apa mak nggk kangen juga sama aku sih?" Kataku dalam hati.

"Sil, bangun mandi. Udah mulai siang ni lo." Panggil mbk Nur membangunkan aku yang memang sudah bangun. Siapa coba yang tidur? Aku hanya marah yang berakibat malas ngapa-ngapain.

"Hallo ukhti ku semua. Gimana kabarnya? Yang lain udah pada pulang ya?" Suara cempreng ukhti Yanti memaksaku menoleh. Dia dari sebelum terjadi gempa pulang kerumah, dan baru datang lagi sekarang. Namanya juga rumahnya dekatkan? Jalan kaki aja sampai.

"Baik. Kamu dari mana aja sih, Yan?" Kata mbk Rahma menanggapi. Dia sudah selesai mandi rupanya, sudah lebih segar dan wangi,serta berpakaian rapi.

"Ya dirumah. Gimana lagi lo? Dirumah kami juga tak jauh beda sama kalian, tak berani tidur didalam rumah. Beberapa rumah tetangga ada yang roboh jadi ya bikin tenda darurat. " Jelasnya bercerita. Dan nampaknya selalu bahagia. Atau memang orangnya yang periang.

"disini tanpa tenda-tendaan lah. Alami." Sahutku sewot. Masih kebawa dongkolnya hati.

"Silfia belum pulang?" Tanya ukhti Yanti basa-basi. Sudah jelas aku masih disini, untuk apa coba bertanya?

"Sudah dari kemaren." Jawabku cemberut.

"Kapan sih kita akan dijemput?" Tanya mbk Ulfa merengek. Ah ternyata bukan cuma aku yang geregetan karna jemputan telat datang.

"Apa Lisa lupa ngabari orang tua kita untuk jemput ya?" Tanya mbk Nur entah pada siapa. Karna jelas kita semua tak tahu jawabannya kan?

"Sabar to. Ngko rak yo dijemput." Mentang-mentang sudah hari libur tak ada peraturan, bahasa daerahnya sudah keluar. Dan nampaknya hanya mbk Rahma ini yang menikmati libur dipesantren tanpa banyak santri, hanya ada Ustdz dan Ustdzah nya aja yang masih lengkap.

"Ah sabar terus." Jawab mbk Ulfa nyolot. Sudah hilang kesabaran menunggu. "Pulang jalan kaki aja yuk."Ajaknya.

"Gila apa? Sampai sore kita baru sampai." Protesku tak terima dengan ide gilanya. Emang dekat apa jalan kaki? lagi puasa lagi.

"Ah aku dulu jalan kaki dari MTs juga sampai rumah kok." Membela diri. Padahal semua tahu. Jarak antara rumah ke Pesantren dan rumah ke MTs tak ada setengahnya.

"Sekarang lagi puasa." Kata mbk Rahma juga tak setuju.

"Batal puasa sehari juga nggak papa kok." Masih tak mau ngalah yang ngasih ide jalan kaki ini.

"Kalian ini, cuma masalah pulang aja ribut kali." Sela ukhti Yanti yang dari tadi hanya menonton perdebatan kami. Menurutnya pulang itu bukan masalah besar.

"Rumahmu dekat." Balas kami serempak. Sedangkan ukhti Yanti hanya diam tak berani lagi menjawab. Tetap kalah adu debat dengan orang empat.

Ah ibu-ibu kami ini. Mentang-mentang rumah berdekatan dan berteman, masa sibuk satu sibuk semua? Sampai tak ada yang sempat menjemput anak-anaknya. Bikin kami luntang-lantung kayak orang hilang.

"Sudah lah. Toh disini kita juga dikasih makan, nggk bakal mati kelaparan kok." Kata mbk Rahma sama sekali tak memberi solusi. Sudah ku bilang, dia adalah. orang yang paling bahagia di situasi ini diantara kami berempat. Tak tahu apa sebabnya.

"Benar tu. Biar aku ada teman." Setuju ukhti Yanti.

"Huh kamu ." Dengus mbk Ulfa sebal. Kalo mbk Nur sudah siap akan berangkat pulang. Semua kebutuhan yang akan dibawa pulang sudah dikemas. Sedangkan aku baju yang digantung diatas aja belum aku beresin. Dari kemaren baju yang diangkat dari jemuran malas melipat, malah hanya pindah menjemur aja. Yang awalnya menjemur dibawah terik matahari diluar ruangan, sekarang dibawah atap asrama yang mengangkatnya pake kayu pengait. Berderet bagai jualan baju.

"Silfia. Ada yang cari." Panggil Ustdzah memanggil.

"Beneran Dzah? Horee.." Lonjakku girang dan pergi ke kamar untuk membereskan barang-barang yang akan dibawa dan yang akan ditinggal. Jangan sampai barang yang ditinggal belum masuk lemari atau kamar, bisa hilang nanti.Karna liburannya sangat lama.

Mood ku langsung membaik saat mendengar ada yang cari, padahal aku belum lihat siapa yang mencari. Tapi sudah girang dan berberes untuk pulang tanpa melihat dulu siapa yang datang. Padahal tak ada jaminan kalo yang datang adalah waliku untuk menjemput.

Benat saja. Saat aku keluar dari asrama dan berjalan melewati sumur serta reruntuhan rumah pak Zein, kepala sekolah. Aku tak menemukan motor yang ku kenal ataupun orang yang mungkin datang menjemput.

"Katanya tadi ada yang cari aku."Tanya ku pada diri sendiri. Salah siapa coba nggk tanya dulu siapa yang cari. Lagian ini masih terlalu pagi untuk penjemput datang. Matahari aja baru muncul malu-malu untuk menampakkan diri.

"Silfia." Panggil Ustadz Daffa yang duduk dikursi bawah pohon rambutan dekat jalan.

"Ada apa?" Tanyaku kecewa. Baru mau bahagia akan dijemput ternyata yang mencari bukan jemputan pulang.

"Nanti setelah libur bawa photo copy KK ya. Cuma kamu yang belum ada ini."Perintahnya. Ternyata tugas dari PAPENSIRU (Panitia penerimaan siswa baru) untuk melengkapi persyaratan pendaftaran yang belum lengkap.

"InsyaAllah kalo nggk lupa. Ada lagi Ustdz?" Tanyaku memastikan. Apakah ada lagi yang perlu dilengkapi.

"Udah." Jawabnya ,dan berlalu memasuki ruangan darurat milik kepala sekolah. Huh sebal.

Akupun ikut balik badan dengan wajah ditekuk dan menghentakkan kaki.

"Kenapa?" Tanya mbk Ulfa meledek.

" Makanya tanya-tanya dulu. Toh Ustdzah tadi nggk bilang kalo yang datang jemputan." Kata mbk Rahma mengingatkan.

"Kalo memang jemputanmu yang datang, aku yang pertama nyamperin. Apalagi kalo yang jemput kakakmu. Mau aku marah, kenapa yang jemput pada lama?" Mbk Ulfa mulai sedikit marah karna lelah menunggu. Ya dia beraninya sama kakakku, karna teman sekolahnya. Coba kalo yang datang bapakku apa mau marah juga?

"Kita itu senasib." Simpul mbk Nur pelan.

"Kalian itu kompak." Kata ukhti Yanti yang masih duduk bergabung dengan kami.

Akhirnya aku ikut duduk bergabung kbali dengan yang lain.Aku duduk melamun, memikirkan banyak hal. Dan menghayalkan banyak kemungkinan yang tidak mungkin.

"Assalamualaikum." Suara salam orang yang tak asing bagiku. Sedangkan aku masih asyik dalam hayalan, merasa suara yang datang adalah bagian dari imajinasiku.

"Silfia, kamu nggk mau siap-siap pulang? tu jemputanmu sudah datang." Tegur ukhti Yanti sambil memukul punggungku pelan.

"Beneran?" Kagetku saat ada yang memukul dan bilang kalo jemputan sudah datang. Benar saja. Disana sudah ada kakakku beserta para mbk-mbk yang mengintrogasi kenapa nggk jemput cepat.

Terpopuler

Comments

😎 ȥҽɳƙαɱʂιԃҽɾ 😎

😎 ȥҽɳƙαɱʂιԃҽɾ 😎

11 👍👍

2021-09-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!