Bab 18

Setelah mengantuk aku memasuki sebuah tenda di halaman musholla yang luas. Disini tempat yang lebih tinggi dari sekitarnya dan halamannya yang paling luas. Ada beberapa tenda yang berdiri ,dan ada beberapa bapak-bapak yang masih mengobrol sambil minum kopi dipinggir jalan.

"Ini untuk tidur berapa orang Mak?" Ternyata saat masuk tenda lumayan luas. Cukup untuk tidur sepuluhan orang.

"Untuk ibu-ibu dan anak-anak" Mamak yang belum tidur terbaring disampingku. Sedangkan Eli sudah tidur telentang disamping emak." Bapak sama kakak tidur dimushola." Ya kalo mushola meskipun sama berdinding papan, tapi beratap seng. Jadi aman. Lagian yang tidur para laki-laki.

Kurang lebih tiga hari aku tidur setiap malam ditenda. Setelah dirasa aman dan tidak ada lagi gempa susulan yang dikhawatirkan ,kami mulai beraktivitas kembali seperti biasa, kembali kerumah dan melakukan ibadah puasa dan menyambut lebaran seperti tahun-tahun sebelumnya.

Bangunan rumah yang sederhana dan pemukiman belum padat penduduk membuat daerah ini tak mengalami kerugian dan kerusakan besar, meskipun digoyang gempa besar. Bahkan beberapa daerah sempat tsunami saat digoyang gempa bahkan dengan kekuatan yang lebih kecil. Alhamdulillah.

Bagi anak kecil sepertiku enak juga ada gempa ya. Desa jadi lebih ramai karna kampung kami termasuk dataran tinggi di kabupaten ini, jadi sebagai tempat mengungsi. Dan kembali sepi setelah semua aman terkendali. Ditambah ada bantuan beberapa makanan kaleng ,dan beberapa kue elite yang jarang kami makan.

Meskipun ada juga yang bikin aku tak suka. Biasanya aku setiap lebaran selalu dapat jatah baju baru dua setel beserta sendalnya. Tapi kini aku cuma dapat baju satu setel tanpa sendal dari emak. emak nggk punya uang. Bapak nggk kerja sepanjang Romadhon dan hasil panen tak seberapa, untuk makan aja kurang. begitulah jelas emak untuk memahamkan ku. Kalo kakak sudah beli baju sendiri dia mah. Cuma Eli yang tetap dapat baju double. Namanya anak kecil, bajunya masih murah dan belum bisa memilih model.

Semua tak ada yang istimewa. Bulan puasa berjalan dengan biasa. Bahkan lebaran pun aku juga tak jalan-jalan bertamasya. Keluargaku bukan orang yang suka jalan-jalan. Meskipun sebenarnya semua anak-anak suka banget diajak main ke pantai atau ke danau, ataupun ke air terjun. Tapi sampai umurku dua belas tahun, baru sekali aku mendatangi tempat-tempat itu. Yaitu saat perpisahan sekolah SD. Jalan-jalan keliling ke semua tempat pariwisata. Tapi tetap harus disyukuri masih diberi kesempatan menikmati indahnya alam.

Idul Fitri kali ini aku main kepesantren untuk silaturahmi pada pak Kiyai. Kami berempat berangkat bersama ,minim Lisa. Aku meskipun kecil sendiri tapi tak pernah ketinggalan. Bahkan jalan-jalan silaturahmi keliling sesepuh desa aku juga bareng rombongan mereka.Kecuali saat jalan-jalan bareng gebetan mereka, aku tak ikut. Masih terlalu kecil.

"Assalamualaikum." Mbk Rahma sebagai perwakilan mengucapkan salam saat sudah sampai dipesantren. Kami bertamu tidak masuk kerumahnya. Namun ketenda besar yang dipasang didepan rumah. Bahkan tendanya lebih luas dan lebih lebar dari pada asrama kami. Tenda berwarna hijau army, khas untuk tenda army.

"Waalaikum salam. sini Nak masuk sini aja." Ya memang lah sudah nampak kalo yang dibuka itu tenda, sedangkan pintu rumah tertutup. Dibuka sebagian dinding penutupnya dan dinaikkan keatas tenda, yang membuat nampak siapa didalamnya. Pak Kiyai beserta istrinya yang duduk diatas hambal lebar dan dihadapannya tersedia beberapa toples makanan.

"Tendanya besar kali, Ustdz." Komentarku saat pertama kali melihat tenda. Dasar katrok ya, tenda besar aja sudah takjub, apalagi kalo lihat istana. Kayak dinegri-negri dongeng itu. Meskipun hidup di desa, aku juga sering membaca cerita fiksi negeri dongeng. Meskipun tidak punya buku sendiri, hasil pinjam pada yang berlangganan pun tak apa kan?

"Ya besar lah. Gimana kabarnya nak?" Selalu begitu kan sapaan pembukanya? Padahal jelas-jelas kami datang kemari dalam keadaan sehat.

"Alhamdulillah sehat , Ustadz. Keluarga juga sehat semua." Jawab mbk Rahma mewakili jawaban kami. Dia memang yang paling aktif bicara diantara kami berempat, dan dari umur juga paling tua sendiri.

"Ustdz Zein mudik ya?" Tanya mbk Nur yang tak melihat kehadiran kepala sekolah.

"Ya. pulang kampung."

Setelah beberapa saat tanya dan berbasa-basi .Kami keluar tenda karna ada beberapa masyarakat yang akan masuk, meskipun muat sih untuk barengan ,tapi panas.

"Makan dulu didapur, Nak. Cari sendiri sana, Ada Hana dirumah." Suara pak Kiyai menawarkan makan saat kami sudah keluar. Ya meskipun memang belum ingin pulang.

"Ya Ustdz. Mau tengok asrama dulu." Suara mbk Nur meminta izin untuk mengizinkan kami singgah sebentar ke asrama. Aku sudah jalan duluan. Apa kabar asramaku? Sudah sebulan tak datang kemari.

"Asramanya belum diberesin."Suara Bu Kiyai terdengar samar ditelingaku. Karna aku sudah mendekati asrama dan siap mendorong pintu yang ternyata tidak terkunci.

"Waw. Amazing." Teriakku tertahan karna ku tutup mulut dengan telapak tangan. Kaget melihat penampakan asramaku saat ini. Tidak lagi berbentuk asrama. Sedangkan mbk Ulfa melongo melihat dan terpaku disampingku.

"Ini apaan? Kenapa banyak banget?" mbk Rahma sudah masuk dan melihat-lihat barang-barang yang tersusun. Cuma ada celah kecil untuk kami bisa masuk sampai ujung asrama.

"Benar kata ummi. Asrama kita belum diberesin, malah jadi gudang barang makanan." Suara mbk Nur yang baru datang. Owh ternyata dia sempat bicara sama ummi? Ummi adalah panggilan umum untuk istri pak Kiyai. Tapi banyak juga yang panggil Ustdzah.

"Silfia. Kamu datang nggk nemuin aku?" Salah satu suara yang aku rindukan memanggil dari belakangku. Menyadarkanku dari keterkejutan melihat isi asrama.

Didepan ku, tepat disamping pintu tertumpuk beras berkarung-karung, Dan disebelahnya ada tumpukan kardus aneka rasa mie instan. Dan disebelahnya lagi ada kardus susu dan aneka makanan kaleng, ada sosis, Sayur asem, sarden dan berbagai macam makanan asing lainnya. Karna aku tak biasa makan makanan begituan. Makan ikan hasil nangkap dikali, mau makan sayur asam ya bikin sendiri. Melinjo dari kebun, terong dan jagung dari ladang, diracik sendiri sana mamak. Dan ada juga gula dan tepung. Pokoknya penuh sembako ini asarama. Pondok mau buka warung sembako apa?

"Dimana-mana itu tuan rumah yang nyambut tamu." Kata mbk Ulfa membelaku. Dan kemudian menyusul yang lain untuk melihat-lihat isi asrama. Sedangkan mbk Rahma sudah masuk dari tadi. Kalo mbk Nur yang pertama dicek adalah lemarinya. Padahal masih terkunci rapi.

"Hana ini barang dari mana? kok stoknya banyak banget." Tanyaku masih penasaran.

"Ini punya pondok. Bantuan gempa." Jawabnya santai sambil memelukku sebagai pelepas kangen. Meskipun tak terlalu akrab tetap dia adalah teman sekelas ku. Dan kami masih asik didepan belum berniat masuk asrama yang jadi super sempit.

"Kok banyk banget." Karna aku tak pernah lihat ini sebelumnya. Warung didesaku aja stok sembakonya tak sebanyak dan selengkap ini. Dan aku mulai mendekati tumpukan beras yang bergambar buah dikarungnya dan menyentuhnya.

"Ini sudah mendingan. Sebelum Iedul Fitri kan banyak juga yang sudah dibagikan." Aku hanya mengangguk paham. Aku ingat, bahkan pembagian sembako dirumahku juga dapat beberapa jatah. Ada yang dari desa ,ada juga yang dari pesantren, bahkan ada juga yang dari partai tertentu. "Sebelumnya lebih penuh lagi dari ini." Lanjutnya ,dan ikut masuk melihat-lihat.

"Kamu dari mana aja? Aku Lo sudah datang dari tadi." Kenapa protesnya diakhir coba? Ya karna mengobati penasaran dulu baru protes kenapa baru datang dianya.

"Tidur...." Jawabnya meringis tanpa dosa. "Tadi pagi habis jalan-jalan pulang ngantuk, tidurlah." Lanjutnya sebelum aku protes. Ya benar saja aku tak jadi protes.

"Tak lama lagi Lo sekolah ,na. Trus nanti kita tidur dimana?" Tanya mbk Ulfa pada anak pimpinan pesantren.

"Aman itu. " Jawabnya.

"Dipindahkan lah." Mbk Rahma santai ,tak ambil pusing. Toh masih dua minggu lagi baru masuk sekolah lagi.

"Stok makan untuk kita semua." Kata mbk Nur yang sudah selesai melihat-lihat, dan keluar disusul yang lainnya.

"Yuk kedapur makan. Kami bikin ketupat lo. Abi sih yang bikin." Ajak Hana untuk makan siang. Karna memang hari sudah waktunya makan siang.

Terpopuler

Comments

😎 ȥҽɳƙαɱʂιԃҽɾ 😎

😎 ȥҽɳƙαɱʂιԃҽɾ 😎

8 😃

2021-09-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!