Ternyata bukan cuma aku yang merasa aneh dengan rasa makanannya. Cuma mbk Rahma yang tetap makan dengan biasa, mbk Nur makan dengan amat pelan susah payah mengunyah, mbk Ulfa cuma diaduk-aduk aja, dan yang lebih parah si Lisa karna piringnya sudah ditelantarkan tak disentuh.
Aku tertawa pelan. Makan itu bukan masalah apa yang kita makan, namun rasa makanan sangat berpengaruh, juga selera makan kita juga ikut mempengaruhi.
"Ini namanya pindang khas Palembang. Tapi mungkin masaknya kebanyakan atau bumbunya yang terlalu sedikit." Jelas salah satu ustadzah gadis yang mendengar pertanyaan ku.
"Sanggupkah jika tiap hari aku makan dengan cita rasa seperti ini?" ucap hatiku prihatin. Baru pisah sama orang tua belum ada sehari ,sudah rindu makan dirumah meskipun hanya dengan sayur bayam dan tempe goreng.
"Rasanya ikan rebus." Gerutu Lisa pelan. Yang aku tahu hanya Lisa diantara kami berlima yang harus ekstra jaga diri, karna dia punya masalah dengan asam lambung dan pernapasan. Namun dia juga yang paling sulit memilih hal makanan.
Aku hanya memakan beberapa suap, kemudian ku buang ketempat sampah dan kucuci piringnya agar tak nampak membuang makanan, dan piringnya dipake untuk makan besok lagi.
Waktu malam hanya kami isi bertukar cerita dengan kawan baru, membentuk kelompok sendiri-sendiri untuk mendapat teman cerita. Karena belum ada pelajaran jadi belum ada acara belajar malam. Disini semua wajib komunikasi menggunakan bahasa Indonesia. Dilarang keras memakai bahasa daerah.
Setelah lelah bercerita kami bersiap tidur. Biasanya kalo dirumah ibu pasti memerintah untuk wudhu dan gosok gigi sebelum tidur. Disini tidak ada yang nyuruh, jadi bebas mau langsung tidur atau berwudhu terlebih dahulu. Dan aku malas untuk kekamar mandi lagi, karna harus menggunakan pakaian lengkap untuk keluar, sedangkan aku sudah memakai baju untuk tidur.
Nasib aku tak bawa peralatan tidur, hanya membawa jarik yang bisa dipake untuk selimut. Kasur ternyata sudah penuh, aku dan kawan sedaerah hanya dapat tempat tidur beralskan tikar dan guling satu sebagai bantal untuk bersama. Itupun kami mendapatkan tempat tepat didepan pintu masuk, sedangkan pintu tak tertutup sampai bawah, ada sedikit celah antara daun pintu dan lantai. Tempat penuh dihuni kurang lebih dua puluh orang sedangkan didekat dinding berderet lemari, menambah sesak.
Malam semakin larut, hanya tinggal sunyi yang menemani mataku yang masih sulit terpejam. Dingin sekali kurasa. Tidur dilantai beralaskan tikar dan berselimut kain tipis, membuat dingin menyergap tubuhku, menusuk sampai ketulang, ditambah semilir angin malam yang berhembus lewat celah bawah pintu meniup kakiku, menambah rasa dingin. Ku meringkuk memeluk diriku sendiri. Berusaha untuk terpejam.
Sebenarnya aku juga tak pernah tidur dikasur tebal dan empuk, namun tidur didipan kayu meskipun hanya beralaskan kasur tipis didalam ruangan. Tidak sedingin tidur depan pintu beralaskan tikar.
Baru beberapa saat mata mampu terpejam sudah ramai lagi.
"Bangun bangun. Sudah pagi bangun sholat." Teriak ustadzah mendekati tempat kami tidur.
"Ayok Silfia, sudah pagi bangun sholat." Membangunkan ku dan menarik tangan ku dengan kasar , agar mau terduduk.
Ah namanya bangunin orang. Membangunkan dengan cara kasar aja masih ogah bangun apalagi dibangunin dengan cara lembut, malah tambah nyenyak tidur lagi.
Aku tak tahu waktu. Tak sempat tengok jam berapa karna masih gelap, lampu belum menyala, hanya ada lampu emergency sebagai penerangan. Bagiku itu sudah lebih dari cukup.
Setelah memakai baju lengkap aku keluar kamar menuju kamar mandi. Langit masih hitam pekat, gelap gulita. Namun sungguh aku belum bisa membedakan mana malam mana yang sudah fajar, menurutku sama-sama gelap. Di dalam kamar mandi sudah banyak yang mandi. Tanpa pikir panjang aku ikutan, mengambil peralan dan mandi setelah itu baru sholat.
Setelah mandi dan ganti baju aku sholat subuh dua rakaat secara sendiri. Aku sudah biasa dibangunkan pagi buta untuk sholat subuh, tapi lebih sering setelah adzan subuh atau pas suara adzan terdengar. Setelah bangun pagi rentetan jadwal kegiatan pagi sudah di teriakkan ibu tanpa henti, berulang kali mengingatkan jika aku lelet atau telat melakukannya. Dan saat ini aku hanya dibangunkan, setelah itu terserah mau melakukan apa. Asalkan tidak tidur lagi aja.
Setelah sholat dua rakaat , aku berdoa kilat tanpa dzikir. Begitulah setiap hari kulakukan dirumah, masih untung tidak ketiduran saat sholat subuh seperti yang beberapa kali kulakukan jika masih ngantuk berat.
Namun setelah aku berdoa dan melepas mukena dan melipatnya ,lampu menyala dengan terang. tak lama berselang terdengar suara adzan subuh berkumandang dari pengeras suara masjid. Terdengar sangat keras disubuh hari. Aku langsung mematung, terbengong, mencari-cari dimana letak jam dinding. Iya tidak ada yang salah dengan adzan, ini memang memasuki waktu subuh. Ingin bertanya pada yang lain namun sangat malu jika ditertawakan. Akhirnya aku simpan sendiri kelucuan dipagi hariku. Sholat subuh sebelum waktunya, terus tadi ustadzah bangunin nyuruh sholat bukan? yang salah siapa coba? Inilah arti kata pepatah malu bertanya sesat dijalan. Malu bertanya waktu akhirnya sholat diwaktu yang salah. Aku hanya bisa mengulum senyum memikirkannya. Senyum-senyum sendiri karna geli.
"Kalian tadi waktu disuruh sholat, sholat apa?" Tanya mbk Ulfa saat berangkat kemasjid untuk sholat subuh berjamaah. Aku langsung tertawa mendengarnya. Bukan cuma aku sendiri ternyata.
"Sholat tahajud lah." Jawab mbk Rahma. "La kamu?" Heran yang melihatku malah tertawa keras.
"Aku sholat tahajud. Emang kenapa?" Jawab mbk Nur.
"Aku nggk tahu Lo kalo suruh sholat tahajud, jadi aku sholat subuh." Keluh mbk Ulfa .
"Nggk tanya-tanya dulu. Lagian emang nggk tengok jam?" Tanya mbk Rahma.
"Nggk." Jawab aku dan mbk Ulfa kompak. Dan kami saling berpandangan kemudian tertawa bersama diperjalanan menuju masjid.
"Kamu juga?" Tanya mereka menunjuk aku.
"Iya." Jawabku ketus. Jadi nampak bodoh kali lah aku ini, meskipun sebenarnya jauh dari kata pandai sih. Padahal rencananya biar ku simpan sendiri jadi rahasia.
"Itulah. Malu bertanya sesat dijalan." Ucap mereka berdua meledek.
"Aku juga kok." Celetuk Lisa yang dari tadi cuma diam aja.
Kami serempak melihat kearah lisa, yang dilihat hanya tersenyum dan berjalan salah tingkah. Kami akhirnya tertawa bersama, menertawakan kesan hari pertama masuk pondok.
Hari ini menu sarapannya nasi goreng. Nasi gorengnya banyak banget satu wajan besar penuh, dan masih sama seperti makan semalam. Tanpa rasa. Hanya warnanya yang menggiurkan.
Hari ini belum mulai belajar dikelas.Masih masa orientasi sekolah. Memperkenalkan banyak hal tentang pesantren, visi dan misi serta belajar menyanyikan mars pondokku. Belum ada kesempatan pergi kewarung untuk makan yang sesuai dengan selera lidah. Mana betah kalo makannya aja begini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Agief Jocker
20😃
2021-09-26
0
😎 ȥҽɳƙαɱʂιԃҽɾ 😎
19
2021-09-14
0