Bab 9

"Kalian tu anak perempuan tak perlu tau." Sewot para anak putra. Rata-rata anak putra tak suka saat pembahasan mimpi basah.

"Kenapa nggk boleh tau? Kalian aja boleh tau tentang haid kok." Kataku ketus.

Bukankah pembahasan menstruasi yang menjadi salah satu ciri-ciri seorang perempuan mulai beranjak dewasa itu dibahas tuntas dalam pelajaran sekolah? Semua orang yang belajar disekolah pasti belajar dan memahami. Tapi pernahkah dibahas dalam pelajaran tentang mimpi basah? Tak ada satu pun pelajaran sekolah yang membahasnya, jadi wajar saja jika jiwa pengen tahu kami memberontak pengen bertanya.

"Iya. Apa tu mimpi basah, Ustdz?" Tanya Hana. Ternyata bukan cuma aku yang penasaran dengan hal itu. Kurasa rata-rata anak perempuan belum paham juga apa itu mimpi basah. Apa yang terjadi dalam mimpi sehingga disebut mimpi basah? Aku juga sering bermimpi, tapi tak basah pun.

"Tanya sama Ade, yang sebelum subuh sudah mandi." Ucap Muhammad sambil tertawa melihat kawan yang dimaksud.

"Kalo mandi sebelum Subuh kami juga mandi sebelum Subuh kok ." Sanggah Lisya. Tak semua yang mandi sebelum Subuh berarti mandi wajib bukan? Tapi mungkin ada yang mandi pagi buta itu karna kewajiban.

"Dia mandinya beda."Balas si Muhammad masih dengan senyum jailnya. Kalo ganteng mah senyum gimanapun juga tetap ganteng.

"Mimpi basah itu, ya waktu tidur mimpi dan saat bangun sudah basah?" Jelas Ustdz ambigu, tak jelas. Mungkin bingung memilih kata untuk menjelaskan. Namun membuat kami tambah penasaran, dan tak berani menduga-duga.

"Kenapa bangun tidur basah, Ustdz? Ngompolkah?" Tanyaku tak paham. Semua pasti pernah ngompol waktu tidurkan? Entah karena mimpi kebelet atau memang merasa sudah dikamar mandi. Bahkan sering terjadi pada anak bayi.

"Iya ngompol." Jawab Ade cepat tanpa menoleh.

"Udahlah, kalian itu tak akan paham." Ucap Arman si anak pendiam nyolot. Dengan nada sedikit tinggi.

"Makanya dijelaskan biar paham." Protes Lisya dengan suara tak kalah tinggi,yang tak sudi kalo dibilang tak akan paham. Sebodoh-bodohnya orang tak mau jika dibilang bodoh, makanya bertanya biar tahu, agar tak dibilang malu bertanya sesat di jalan.

"Mimpi basah sering terjadi saat musim dingin atau saat hujan." Jawab ustdz masih membuat kami tak paham. Memang tak berniat membuat kami paham, hanya mengulur waktu.

"Mungkin atap kamarnya bocor , Ustdz, makanya basah." Kata Meilina dispingku. Duduk anak putri dibagi menjadi dua meja panjang, aku duduk dengan Lisa , Meilina ,dan Afifah El-zahra yang juga tidak mukim di asrama, dan Lisya, Hana, Nisa ,dan Sheila serta Dhyah duduk dibangku sebelah kanan.

"Kamar kalian tu, kalo hujan bocor." Eh malah meledek si Ade ini. Bikin kami greget pengen jitak tu kepala.

"Kamar kami baru, jadi nggk mungkin bocor." Lisa tak trima dibilang kamarnya bocor.

"Apa yang dimimpikan , Ustdz? "Tanyaku kembali ke pembahasan awal.

"Rahasia." Suara kompak anak putra. Ustdz hanya menggeleng pelan.

"Emang kalian semua sudah pernah mengalami mimpi basah?" Tanya Ustdz dan memandang satu per satu wajah anak putra yang semua duduk didepan. Semua putra duduk dibarisan depan, sedangkan putri duduk dibarisan belakang.

Yang ditanya hanya diam sambil saling memandang dengan kawan sebangkunya. Entah apa maksud diam dan tatapannya itu.

"Huh, sos-sokan kayak sudah pernah aja." Ejek kami para perempuan yang duduk dibelakang. "Paling kalian juga penasaran kan apa yang dimimpikan?"

"Rahasia." Jawab anak putra kompak seakan dikomando.

"Emang mimpi apa sih?" Tanyaku pada para lelaki yang duduk didepan.

"Mimpi Mak lampir, makanya ketakutan sampai ngompol dicelana." Jawab Ade yang duduk tepat didepanku asal.

"Emang mimpi basah bukan cuma dialami laki-laki? Aku juga pernah mimpi horor sampai ngompol?"Akuku dengan suara rendah, agar tak didengar yang lain.

"Hahaha ,Silfia ketahuan." Malah ditertawai aku.

"Aku juga pernah." Kata Afifah yang juga pernah bermimpi horor. "Tapi nggk sampai ngompol." Lanjutnya. Sedangkan Lina hanya diam memasang telinga mendengarkan tanpa protes dan komentar.

"Bukan itu mimpinya." Sela Toni yang duduk disamping Ade.

"Trus apa dong?" Malah ngobrol sendiri ini.

"Nth." Ah, tak ada yang memberikan jawaban memuaskan. Pendengar pun kecewa.

"Yang pasti memimpikan sesuatu yang bikin basah."Jelas ustdz masih membuatku tak paham.

"Besok kalian akan tahu sendiri jika sudah waktunya." Ustadz memilih tidak menjelaskan secara mendetail.

"Kapan kira-kira waktunya ustdz?" Tanya aku dan Lina serempak tanpa dikomando.

"Besok tanya sama suami masing-masing." Ucap Ade santai yang membuat kami bengong dan berpandangan dengan kawan kanan dan kiri.

"Kami masih MTs, kapan lagi nikah? masih jauh waktunya."Ucapku protes.

"Sepuluh tahun, bahkan lima belas tahun yang akan datang lebih dekat dari pada sedetik yang telah berlalu." Jawab Muhammad sok diplomatis.

"Tumben bener." Cibir Hana. Lagian memang benar bukan?

"Betul itu." Setuju ustdz. "Udah tak usah dibahas mimpi basah, tak masuk ujian kok." Lanjut ustdz menenangkan keributan.

"Tapi kami penasaran ustdz." Ucapku pelan tak puas dengan pelajaran, karna masih ada pertanyaan yang belum terjawab.

"Lagian, yang penting kalian tahu hukumnya."

Teng

Teng

Teng

Suara lonceng menandakan berakhirnya jam pelajaran fiqih ini.

"Udah habis waktu.Yuk ,doa kafarotulmajlis sebelum pulang.!" Perintah ustdz mengakhiri pertemuan.

"Kami masih penasaran, Ustdz. Harus tanya pada siapa? " Tanya Lisya juga tak puas .

"Iya, Ustdz. Lagian nggk kayak menstruasi yang dibahas dalam ilmu biologi, tentang mimpi basah tak ada pembahasannya." Ucapku cemberut, dan berharap Ustdz mau menjelaskan.

"Udah habis waktu. Dengar tu sudah adzan Dzuhur nanti kalo masbuk diiqob (dihukum)." Ucap Arman yang sudah bersiap dan menggendong tas siap pulang.

Akhirnya kami mengalah dan memilih untuk bersiap pulang.

"Lain kesempatan Ustdz jelaskan. " Kabar gembira ini.

"Kira-kira apa yang ada dalam mimpi itu?" Tanya Lina saat berjalan pulang . Meskipun tidak menginap di asrama Lina dan Afifah ikut Sholat jama'ah Dzuhur di Masjid dan juga mengikuti kegiatan exstra diluar jam sekolah.

"Mana aku tahu. Aku tak pernah mengalaminya, bahkan aku juga jarang bermimpi. Aku kalo mimpi waktu tidur bangunnya sudah lupa. Namanya mimpi itu bunga tidur, jadi tak perlu diingat." Jawabku, padahal sebenarnya penasaran. Tapi Ustdz kan sudah bilang akan menjelaskan lain waktu.

"Ah, tadi kamu paling semangat bertanya." Kata Lisa dengan mencebikkan bibirnya.

"Tapi tak ada yang berbaik hati menjelaskan. Trus aku harus tanya siapa?"

"Udah simpan rasa penasaranmu itu, penasaran tak akan membunuhmu. Sekarang cepetan keburu telat, lagian aku juga sudah sangat lapar." Lanjutku dengan mempercepat langkah.

Seiring berjalannya waktu rasa penasaran itu sudah hilang. Karna penuhnya kegiatan dan tugas sekolah membuat tak ada waktu untuk kami memikirkan hal itu.

Terpopuler

Comments

😎 ȥҽɳƙαɱʂιԃҽɾ 😎

😎 ȥҽɳƙαɱʂιԃҽɾ 😎

12

2021-09-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!