3. lamaran 1

Arsyi baru saja bangun dari tidurnya. Dia merenggangkan otot-otot kakunya.

"Ahh .., aku kesiangan!" Matanya melebar menatap jam dinding yang tergntung di kamarnya.

Arsyi kemudian langsung bngkit dan beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju bathroom untuk melakukan ritual paginya.

Tok tok tok ....

"Non Arsyi!" Panggil bibi Ana dari luar sambil sedikit berteriak agar pemilik kamar mendengar suaranya.

"Iya, Bi! Sebentar!" Arsyi juga berteriak menyahuti panggilan bibi Ana. Kemudian membuka pintu.

Ceklek ....

"Non, tuan dan nyoya sudah menunggu untuk sarapan?" Ujar bibi Ana.

"Iya Bibi, sebentar lagi Arsyi akan turun." Jawab Arsyi dengan sopan.

Bibi Ana mengngguk lalu menutup pintu kamar lagi sebelum meninggalkan kamar Arsyi.

Hari ini Arsyi mau di rumah saja, tidak ada rencana untuk bepergian. Dia capek dan mau istirahat. Arsyi mengenakan pakaian santai yang biasa ia kenakan di rumah.

Arsyi berbeda dengan kakaknya 'Arsya'. Arsya selalu berpenampilan glamor, sementara Arsyi berpenampilan biasa saja. Arsyi tidak suka dengan pakaian yang terlalu **** dan menurutnya norak.

Kakaknya Arsya selalu gonta ganti aksesori mewah, hampir setiap minggu Arsya berbelanja barang-barang branded dan mewah. Dia suka belanja dan menghabiskan uang hanya untuk membeli barang-barang yang kurang penting.

Kalu Arsya ingin memiliki sesuatu, apa pun caranya dia harus mendapatkannya, itulah kehidupan Arsya.

Sementara Arsyi, paling juga jam tangan, rantai kecil yg melingkar dilehernya, itupun jarang di kenakan nya. Arsyi anak yang tida banyak tuntutan, ia sangat menghargai uang.

Arsyi keluar kamarnya, menuruni tangga. Belum juga Arsyi sampai di lantai dasar, ia terpaku melihat rumahnya di hiasi dengan berbagai bunga, seperti akan ada acara.

"Ada apa ini!" Gumamnya bertanya pada dirinya sendiri sambil berjalan ke ruang makan.

"Arsyi, sayang, ayo duduklah." Pinta mamanya.

"Ma, itu ada apa? Kok rumah seperti taman bunga aja?" Tanyanya sambil menunjuk ke luar.

"Ayo kita sarapan dulu, Papa dan kakakmu sudah menunggu dari tadi. Nanti kita bicarakan, yah?" Ujar mamanya.

Belum juga Arsyi duduk sudah mendapatkan kata-kata yang kurang enak di dengar dari kakaknya.

"Lama banget sih kamu, dandan gitu aja setahun." Gerutu Arsya dengan wajah yang tidak suka.

"Arsya." Senjaya menatap Arsya dan membuatnya langsung menunduk menghindari tatapan tajam papanya.

"Sudah sudah, ayo kita sarapan." Ujar Atika mencairkan suasana yang sempat menegang. Sementara Arsyi diam saja, ia sudah biasa di perlakukan kakaknya begitu, bahkan lebih dari itu.

Yah, kakaknya Arsya memang begitu, mereka sering tidak akur, walaupun Arsya adalah kakak kandungnya, tatap saja Arsyi yang banyak mengalah.

Tak ada pembicaraan di meja makan saat mereka menyantap sarapan.

Selesai sarapan, Senjaya langsung pamit pergi ke kantor.

Sementara Atika, Arsyi dan Arsya masih di meja makan.

"Arsyi, kakak mu akan segera menikah, malam ini keluarga dari calon suami kakak mu akan melamar Arsya." Atika mulai bicara saat suaminya sudah benar-benar meninggalkan rumah.

Arsyi terperangah, matanya melebar menatap mamanya kemudian beralih menatap Arsyi.

"Benarkah?" Arsyi terkejut bercampur senang mendengar kabar ini.

Mamanya mengangguk dan Arsya terlihat tersenyum kecil sambil mengangkat bahunya.

Arsyi mengernyitkan keningnya melihat ekspresi wajah kakaknya yang tersenyum seperti .... Yang jelas Arsyi tidak dapat menebaknya. Arsyi bangkit dari tempat duduknya dan memeluk Arsya dengan erat.

"Kakak, selamat ya! Aku benar-benar ngk tau, aku turut senang kak. Tapi ...." Arsyi tampak berpikir sebentar.

"Tapi dengan siapa kak? Dengan Dion?" Arsyi berusaha menebak. Karena, yang Arsyi tau kakaknya itu lagi dekat dengan pria yang bernama Dion. Kakaknya itu sering gonta ganti pasangan, terakhir yang Arsyi tau dengan Dion.

"Bukan lah!" Jawab Arsya.

"Lalu ....?" Arsyi tampak sangat penasaran.

"Dengan Aditya, putranya Johan Wilton," ujar Mamanya mendahuli Arsya.

"Wow kakak! Bukankah itu salah satu anak pengusaha kaya itu?" Arsyi berbicara dengan berbinar, seperti dia sudah memenangkan lotre dengan hadiah yang sangat besar.

"Iya, kamu betul sekali, kakak sangat beruntung bukan? Dengan begitu kakak akan menjadi nyonya Aditya, dan bisa membeli apa pun yang kakak mau." Ucap Arsya sambil tersenyum sumringah.

"Arsyi ikut senang kak." Ucap Arsyi ikut bahagia melihat pancaran sinar mata kakaknya itu.

"Arsya, Arsyi. Mama mau keluar sebentar. Dan kamu Arsya, siang nanti fitting baju, nanti di jemput calon mertuamu." Ujar Atika membuat Arsya semakin senang.

Arsyi dan Arsya hendak beranjak dari meja makan, namun bibi Ana memangil Arsyi.

"Non Arsyi, di depan ada tamu mencari non." Ucap bibi Ana.

"Siapa yah, Bi? Perasaan Arsyi ngk ada janji tuh."

"Bibi juga ngk tau non." ucap bibi Ana.

"Orangnya bagaimana Bi?" tanya Arsya, ikut penasaran. Arsya kepo!

"Orangnya tinggi, rambut cepak, cakep pokonya non!" Ujar bibi menjelaskan.

"Ya sudah, Bi. Arsyi temuin dulu." Arsyi beranjak dan pergi ke luar.

Siapa ya? Sambil berjalan Arsyi mengingat-ingat pria yang di bicarakan bibi Ana barusan. Dia juga penasaran. Melihat pria yang berdiri membelakanginya, Arsyi sudah tau siapa pria tersebut.

"Kak Rehan!" Arsyi terkejut dan membulatkan matanya.

Rehan berbalik badan setelah mendengar suara Arsyi.

Arsyi mengembangkan senyumnya, dia pun terlihat senang dengan kedatangan Rehan.

"Iya Princessa, aku datang." Ujar Rehan sambil tersenyum kecil menatap Arsyi yang masih berdiri mematung menatapnya.

"Kakak bagaimana bisa tau rumah Arsyi?"

"Sekarang zaman canggih, aku bisa menemukan mu dimana pun kamu berada." Ungkapnya membuat Arsyi terkekeh geli.

"Aku serius! Padahal aku ngk kasih alamat rumah ku prasaan?" Arsyi menatap Rehan dengan serius.

"Hem. Bukanya di suruh duduk atau masuk gitu, di buatkan minum kek, malah mengintrogasi kakak seperti itu." Rehan mencibir Arsyi sambil menaikkan kedua alisnya ke atas.

He-he-he ....

"Iya, juga ya. Ayo masuk?" Arsyi tampak malu sambil tersenyum simpul mengajak Rehan untuk masuk.

"Kakak mau minum apa?" ujar Arsyi setelah mempersilahkan Rehan duduk.

"Apa aja, asal kamu ikhlas kaka pasti mau." Ujar Rehan.

"Ya sudah, tunggu sebentar." Arsyi beranjak dan pergi masuk kedapur.

"Non mau apa? biar bibi saja yang buat?" ujar bibi Ana.

"Biar Arsyi saja, Bi. Bibi bantu Arsyi siapkan cemilan saja, yah?"

"Baik, Non." ucap bibi Ana segera menyiapkan piring kecil dan juga toples kaca yang berisi maka kecil di dalamnya.

"Sepertinya ini tamu spesial yah, Non?" Selidik bibi Ana sambil tersenyum memotong kue cake dan meletakkannya di atas piring kecil yang sudah dia siapkan.

Arsyi tersenyum kecil menanggapi ucapan bibi Ana.

Bibi Ana senyum-senyum, melihat non Arsyi kesayangan nya itu, membuatkan minum untuk tamunya.

Bibi Ana sangat menyayangi non Arsyi, ia menganggap Arsyi seperti anak kandungnya sendiri. Anaknya baik, tau tata krama pada orang tua. Arsyi tidak pernah memaksa, tidak pernah berkata kasar pada siapa pun. Berbeda dengan Arsya, bibi Ana kurang begitu suka melihat kesombongan dan keangkuhan Arsya. Walaupun begitu, bibi Ana masih bersikap baik terhadap Arsya.

"Itu minumnya biar bibi saja yang bawa sekalian, Non?" Ujar bibi Ana.

"Biar Arsyi saja, Bi." Ujar Arsyi tidak ingin merepotkan bibi Ana meskipun ini memang tugasnya bibi Ana.

Arsyi membawa nampan itu keluar, dan meletakkannya di atas meja.

"Di minum, kak tehnya." Ucap Arsyi.

Rahel tersenyum menatap Arsyi.

"Terimakasih, kakak begitu merepotkan mu, yah?" Ujar Rehan menambahkan percakapan mereka.

"Enggak kok, aku tidak merasa di repotkan."

Rehan yang dari tadi merasa penasaran dengan dekorasi di rumah Arsyi. Dalam hatinya bertanya-tanya dan tampak ada kekecewaan di wajahnya.

"Ehh, ngomong-ngomong ada apa di rumahmu? Sepertinya ada acara lamaran? Jangan bilang kalo kamu mau lamaran?" Selidik Rehan.

Arsyi tersenyum lebar, apa lagi menangkap wajah kecewa dari Rehan. Meski Rehan tidak mengungkapkan perasaannya, namun insting seseorang tidak pernah salah.

"Yah, malam ini ada lamaran." Jawab Arsyi, dia sengaja belum menjelaskan siapa yang akan lamaran, dia ingin melihat ekspresi wajah Rehan. Dan benar saja, wajah Rehan langsung berubah. Arsyi juga sebenarnya menyukai Rehan, Rehan tidak hanya tampan, dia juga terlihat begitu baik saat mereka bertemu di luar kota waktu itu.

"Aku terlambat." Ucap Rehan tersenyum sumbang, kedua tangannya menyilang di perutnya yang datar. Dia berusaha menenangkan perasaannya yang sebenarnya kecewa.

Arsyi mengernyitkan keningnya.

"Terlambat kenapa?" Arsyi tersenyum kecil menatap wajah Rehan yang tertunduk.

Regan menghela nafas beratnya, dia berusaha menutupi kekecewaannya.

"Yah terlambat, ternyata orang yang kutemui sudah mau married." Rehan melirik Arsyi kemudian mengalihkan pandangannya menatap decoration yang menghiasi rumah Arsyi.

Arsyi ngakak. Sementara Rehan menatap Arsyi dengan aneh.

"Yang mau lamaran itu Arsya, bukan aku?"

Apa? Rehan langsung mengangkat kepalanya menatap Arsyi dengan serius.

"Arsya? siapa dia? Kembaran mu?" tanya Rahel mengeryitkan dahinya. Dia tidak tau kau Arsyi itu kembar.

"Kakak ku. Dia bukan kembaran ku. Aku dan kakakku itu beda dua tahun, hanya nama saya yang hampir sama, tahun kelahiran kami beda." Ujar Arsyi menjelaskan, dan itu membuat Rehan merasa lega. Arsyi pun menangkap raut senang di wajah Rehan.

"Ah, syukurlah." Rehan tampak mengelus dada bidangnya seakan berkata dengan dirinya sendiri.

Sementara Arsyi tampak mengernyit.

"Apanya yang bersyukur kak?"

Rehan tampak menyentuh kepala lalu berkata malu-malu: "yah bersyukur kalau bukan kamu yang di lamar." Ucap Rehan membuat Arsyi ngakak.

Hahaha ....

"Emang kakak berharap aku ngk di lamar-lamar gitu?"

"Ya enggak lah, maksudnya di lalamarnya nunggu kakak gitu." Rehan menatap Arsyi dengan dalam, sementara Arsyi tersipu malu di tatap Rehan seperti itu.

"Hem, diminum teh nya kak?" Ucap Arsyi menutupi kemudian. Dia berusaha menutupi kecanggungannya.

"Iya, sampai lupa kalau sudah di buat kan teh." Rehan tersenyum sambil mengambil cangkir teh dan menyesapnya.

"Gimana kak, apa rasanya pas?"

Rehan menganggukkan kepalanya.

"Pas dan manis, di tambah kamu yang manis, tambah manis." Ucap Rehan membuat wajah Arsyi memerah.

Arsyi dan Rahel tertawa.

"Kakak bisa aja bercandanya," ucap Arsyi.

Kemudian mereka terdiam beberapa saat.

"Hem, sebenarnya kakak ingin mengajak kamu pergi. Tapi sepertinya kamu sibuk."

"Arsyi emang ngk akan kemana-mana, Arsyi sebetulnya mau istirahat. Tapi sepertinya Arsyi juga ngk akan bisa istirahat," ucap Arsyi sambil melihat di sekeliling ruangan yang belum selesai di decor.

"Tapi kalo Arsyi capek dan mau istirahat ngk usah, kakak pulang saja. Kakak juga mau siap-siap, ntar malam kakak mau ke luar kota lagi."

"Ngk apa-apa, aku juga ngk bisa istirahat, seklian aku mau membeli sesuatu buat kakak ku."

"Ayo, kalo mau pergi?" Ajak Rehan.

"Iya, sebentar aku ganti baju dulu." Arsyi bangkit dan berjalan menuju lantai atas.

Arsyi menganti bajunya, dia mengenakan celana katun panjang, di padukan dengan baju atasan warna pink soft, tidak lupa Arsyi memakai jam tangan kesayangan nya, yang waktu itu di belikan papanya saat Arsyi ulang tahun ke 16. tak lupa Arsyi mengenakan high heels yang tidak terlalu tinggi, Arsyi tidak suka sepatu yang terlalu menjulang.

Saat ini Arsyi berumur 21 tahun, kakaknya Arsya 23 tahun, Arsyi memiliki tubuh yang sintal, bokong yang besar, pinggang yang kecil, bentuk tubuhnya hampir sama dengan Arsya, mereka memiliki kulit yang putih. Arsyi memiliki wajah yang imut tanpa polesan make up yang norak. Arsyi hanya menggunakan skincare buat perawatan kulit wajahnya. Kalau Arsya tentu saja bermake-up yang norak, sulam alis dan bibir, berbagai macam yang aneh-aneh gitu dia coba. Termasuk tanam benang dia lakukan.

.

.

.

❤️❤️❤️

Maaf, author lagi merevisi karya, jadi jangan kaget kalau episode lainya masih berantakan, dan tidak nyambung dengan bab lainnya.

Terpopuler

Comments

Shautul Islah

Shautul Islah

nyimak dulu thor, tp udah aku kasih like dan favorit, kayaknya seru

2021-12-10

0

SuLastri Nasa

SuLastri Nasa

ok Thor semangat ya💪💪

2021-11-01

0

Bunda'e Azzahra

Bunda'e Azzahra

galfok sama nama Rahel?
cowok ya?

2021-10-24

1

lihat semua
Episodes
1 1
2 2.perjodohan
3 3. lamaran 1
4 fitting baju
5 Bersama Rahel
6 Rengcana akad
7 Amukan Arsya
8 r&a
9 kepergian arsya
10 di rumah sakit
11 kesedihan arsyi
12 kesedihan arsyi
13 pernikahan arsyi
14 keluarga baru arsyi
15 keluarga baru arsyi
16 mengantar mertuanya
17 surat perjanjian
18 bertemu pujaan hati
19 Rahel yang romantis
20 kemarahan Aditya
21 Kesibukan Arsyi
22 Aditya merasa bersalah
23 Arsyi terluka
24 Dokter Robert
25 Arsyi Terpuruk
26 Arsyi yang terpuruk
27 Rahel bertemu sahabatnya saat di ruang rawat Arsyi
28 Aditya memergoki Arsyi dan rahel berkencan
29 Aditya penasaran dengan teman kencan Arsyi
30 traveling
31 Aditya menyusul ke villa
32 Rahel emosi saat melihat Aditya menyakiti Arsyi
33 Ternyata mereka adalah?
34 Arsyi tidak bersemangat
35 Mulai melunak
36 kangen rumah
37 di rumah mama
38 menjemput Arsyi
39 ketakutan
40 Aditya mulai berubah
41 -
42 41
43 -
44 43
45 44
46 45
47 46
48 47
49 48
50 48
51 50
52 51
53 52
54 53
55 54
56 55
57 56
58 -
59 .
60 .
61 .
62 .
63 .
64 .
65 ,
66 .
67 Aditya
68 Kamu cantik
69 kepergian Aditya
70 koper
71 -
72 Carina
73 kepulangan Aditya
74 Menggoda istri
75 Racun
76 Aku ingin sendirian
77 Keinginan istri
78 Kecemasan Arsyi
79 Tempe goreng
80 Kepanikan Aditya
81 Di rumah sakit
82 Prasangka
83 salah paham
84 USG
85 Suasana hati dan perasaan
86 Siap-siap berkencan
87 Hari weekend
88 masih di hari weekend
89 Di kantor
90 CEO lapar
91 Mulai sensitive
92 kursi kebesaran CEO
93 CEO kejam
94 kejutan
95 Marah dengan mama
96 Rencana acara
97 aku tidak menggoda mu
98 mie rebus
99 ingin ke rumah orang tua
100 Di rumah mama
101 di rumah mertua
102 Masi di rumah mama
103 gara-gara soto betawi
104 Laki-laki menyebalkan
105 pikiran bodoh
106 Kuman
107 empati
108 jadwal checkup
109 Suami mesum
110 candaan suami istri sebelum tidur
111 kedatangan sahabat
112 nasi goreng spesial
113 tersulut emosi
114 Makan di restoran mewah
115 Tatapan permusuhan
116 bareng pria menyebalkan
117 hotel green
118 kejutan
119 gren opening
120 pingsan
121 Rahel tak berdaya
122 hujan deras
123 menabrak trotoar
124 mama dan Rasya di rumah sakit
125 Rahel kembali drop
126 Arsyi menjenguk Rahel di rumah sakit
127 wahana
128 Waterboom
129 kurang fit
130 makan di rumah mertua
131 ke-datangan papa Hans
132 menyambut kepulangan Rahel
133 dek-dek kan
134 USG terakhir
135 luar kota
136 makan berdua
137 Gelisah
138 ruang persalinan
139 persalinan 2
140 cemburu tanpa sadari
141 selamat datang bayi Arazka
142 Tidak terbiasa
143 tidak berjodoh
144 Kado buat baby boy Arazka
145 curhat
146 Aqiqah baby boy Arazka
147 Calon tunangan
148 Rencana pertunangan
149 pertemuan
150 kembali bekerja
151 kelelahan
152 liburan ke Bali
153 dikejar tukang cilok
154 gaun pengantin
155 Acara bainai
156 janji suci
157 resepsi
158 Kegagalan
159 sebuah kecupan
160 panik
161 Dokter Haris
162 Butik passion girls
163 Dinner romantis
164 Mesum sama istri sendiri
165 Dua angsa putih
166 MP
167 Dua sahabat
168 dokter Haris menghilang
169 Kembalinya Dokter Haris
170 membaik
171 kecurigaan
172 Dokter Haris lagi
173 ketahuan
174 bersyukur
175 aktivitas pagi hari
176 Kota romantis
177 Dalam perjalanan
178 makan malam
179 mual
180 Suasana pagi hari
181 Galeries Lafayette
182 Shopping
183 Bertemu mantan kekasih
184 Siapa tidur disini
185 Istriku yang aneh
186 Kejutan Lara
187 Keberanian Arsyi
188 Kamu hebat
189 Ke-kantor suami
190 Tetap waspada
191 Memulai aksi
192 Aksi ke-dua
193 aksi ke-tiga
194 percintaan dalam bathtub
195 Hamil lagi
196 akhirnya
Episodes

Updated 196 Episodes

1
1
2
2.perjodohan
3
3. lamaran 1
4
fitting baju
5
Bersama Rahel
6
Rengcana akad
7
Amukan Arsya
8
r&a
9
kepergian arsya
10
di rumah sakit
11
kesedihan arsyi
12
kesedihan arsyi
13
pernikahan arsyi
14
keluarga baru arsyi
15
keluarga baru arsyi
16
mengantar mertuanya
17
surat perjanjian
18
bertemu pujaan hati
19
Rahel yang romantis
20
kemarahan Aditya
21
Kesibukan Arsyi
22
Aditya merasa bersalah
23
Arsyi terluka
24
Dokter Robert
25
Arsyi Terpuruk
26
Arsyi yang terpuruk
27
Rahel bertemu sahabatnya saat di ruang rawat Arsyi
28
Aditya memergoki Arsyi dan rahel berkencan
29
Aditya penasaran dengan teman kencan Arsyi
30
traveling
31
Aditya menyusul ke villa
32
Rahel emosi saat melihat Aditya menyakiti Arsyi
33
Ternyata mereka adalah?
34
Arsyi tidak bersemangat
35
Mulai melunak
36
kangen rumah
37
di rumah mama
38
menjemput Arsyi
39
ketakutan
40
Aditya mulai berubah
41
-
42
41
43
-
44
43
45
44
46
45
47
46
48
47
49
48
50
48
51
50
52
51
53
52
54
53
55
54
56
55
57
56
58
-
59
.
60
.
61
.
62
.
63
.
64
.
65
,
66
.
67
Aditya
68
Kamu cantik
69
kepergian Aditya
70
koper
71
-
72
Carina
73
kepulangan Aditya
74
Menggoda istri
75
Racun
76
Aku ingin sendirian
77
Keinginan istri
78
Kecemasan Arsyi
79
Tempe goreng
80
Kepanikan Aditya
81
Di rumah sakit
82
Prasangka
83
salah paham
84
USG
85
Suasana hati dan perasaan
86
Siap-siap berkencan
87
Hari weekend
88
masih di hari weekend
89
Di kantor
90
CEO lapar
91
Mulai sensitive
92
kursi kebesaran CEO
93
CEO kejam
94
kejutan
95
Marah dengan mama
96
Rencana acara
97
aku tidak menggoda mu
98
mie rebus
99
ingin ke rumah orang tua
100
Di rumah mama
101
di rumah mertua
102
Masi di rumah mama
103
gara-gara soto betawi
104
Laki-laki menyebalkan
105
pikiran bodoh
106
Kuman
107
empati
108
jadwal checkup
109
Suami mesum
110
candaan suami istri sebelum tidur
111
kedatangan sahabat
112
nasi goreng spesial
113
tersulut emosi
114
Makan di restoran mewah
115
Tatapan permusuhan
116
bareng pria menyebalkan
117
hotel green
118
kejutan
119
gren opening
120
pingsan
121
Rahel tak berdaya
122
hujan deras
123
menabrak trotoar
124
mama dan Rasya di rumah sakit
125
Rahel kembali drop
126
Arsyi menjenguk Rahel di rumah sakit
127
wahana
128
Waterboom
129
kurang fit
130
makan di rumah mertua
131
ke-datangan papa Hans
132
menyambut kepulangan Rahel
133
dek-dek kan
134
USG terakhir
135
luar kota
136
makan berdua
137
Gelisah
138
ruang persalinan
139
persalinan 2
140
cemburu tanpa sadari
141
selamat datang bayi Arazka
142
Tidak terbiasa
143
tidak berjodoh
144
Kado buat baby boy Arazka
145
curhat
146
Aqiqah baby boy Arazka
147
Calon tunangan
148
Rencana pertunangan
149
pertemuan
150
kembali bekerja
151
kelelahan
152
liburan ke Bali
153
dikejar tukang cilok
154
gaun pengantin
155
Acara bainai
156
janji suci
157
resepsi
158
Kegagalan
159
sebuah kecupan
160
panik
161
Dokter Haris
162
Butik passion girls
163
Dinner romantis
164
Mesum sama istri sendiri
165
Dua angsa putih
166
MP
167
Dua sahabat
168
dokter Haris menghilang
169
Kembalinya Dokter Haris
170
membaik
171
kecurigaan
172
Dokter Haris lagi
173
ketahuan
174
bersyukur
175
aktivitas pagi hari
176
Kota romantis
177
Dalam perjalanan
178
makan malam
179
mual
180
Suasana pagi hari
181
Galeries Lafayette
182
Shopping
183
Bertemu mantan kekasih
184
Siapa tidur disini
185
Istriku yang aneh
186
Kejutan Lara
187
Keberanian Arsyi
188
Kamu hebat
189
Ke-kantor suami
190
Tetap waspada
191
Memulai aksi
192
Aksi ke-dua
193
aksi ke-tiga
194
percintaan dalam bathtub
195
Hamil lagi
196
akhirnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!