Arsyi baru saja bangun dari tidurnya. Dia merenggangkan otot-otot kakunya.
"Ahh .., aku kesiangan!" Matanya melebar menatap jam dinding yang tergntung di kamarnya.
Arsyi kemudian langsung bngkit dan beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju bathroom untuk melakukan ritual paginya.
Tok tok tok ....
"Non Arsyi!" Panggil bibi Ana dari luar sambil sedikit berteriak agar pemilik kamar mendengar suaranya.
"Iya, Bi! Sebentar!" Arsyi juga berteriak menyahuti panggilan bibi Ana. Kemudian membuka pintu.
Ceklek ....
"Non, tuan dan nyoya sudah menunggu untuk sarapan?" Ujar bibi Ana.
"Iya Bibi, sebentar lagi Arsyi akan turun." Jawab Arsyi dengan sopan.
Bibi Ana mengngguk lalu menutup pintu kamar lagi sebelum meninggalkan kamar Arsyi.
Hari ini Arsyi mau di rumah saja, tidak ada rencana untuk bepergian. Dia capek dan mau istirahat. Arsyi mengenakan pakaian santai yang biasa ia kenakan di rumah.
Arsyi berbeda dengan kakaknya 'Arsya'. Arsya selalu berpenampilan glamor, sementara Arsyi berpenampilan biasa saja. Arsyi tidak suka dengan pakaian yang terlalu **** dan menurutnya norak.
Kakaknya Arsya selalu gonta ganti aksesori mewah, hampir setiap minggu Arsya berbelanja barang-barang branded dan mewah. Dia suka belanja dan menghabiskan uang hanya untuk membeli barang-barang yang kurang penting.
Kalu Arsya ingin memiliki sesuatu, apa pun caranya dia harus mendapatkannya, itulah kehidupan Arsya.
Sementara Arsyi, paling juga jam tangan, rantai kecil yg melingkar dilehernya, itupun jarang di kenakan nya. Arsyi anak yang tida banyak tuntutan, ia sangat menghargai uang.
Arsyi keluar kamarnya, menuruni tangga. Belum juga Arsyi sampai di lantai dasar, ia terpaku melihat rumahnya di hiasi dengan berbagai bunga, seperti akan ada acara.
"Ada apa ini!" Gumamnya bertanya pada dirinya sendiri sambil berjalan ke ruang makan.
"Arsyi, sayang, ayo duduklah." Pinta mamanya.
"Ma, itu ada apa? Kok rumah seperti taman bunga aja?" Tanyanya sambil menunjuk ke luar.
"Ayo kita sarapan dulu, Papa dan kakakmu sudah menunggu dari tadi. Nanti kita bicarakan, yah?" Ujar mamanya.
Belum juga Arsyi duduk sudah mendapatkan kata-kata yang kurang enak di dengar dari kakaknya.
"Lama banget sih kamu, dandan gitu aja setahun." Gerutu Arsya dengan wajah yang tidak suka.
"Arsya." Senjaya menatap Arsya dan membuatnya langsung menunduk menghindari tatapan tajam papanya.
"Sudah sudah, ayo kita sarapan." Ujar Atika mencairkan suasana yang sempat menegang. Sementara Arsyi diam saja, ia sudah biasa di perlakukan kakaknya begitu, bahkan lebih dari itu.
Yah, kakaknya Arsya memang begitu, mereka sering tidak akur, walaupun Arsya adalah kakak kandungnya, tatap saja Arsyi yang banyak mengalah.
Tak ada pembicaraan di meja makan saat mereka menyantap sarapan.
Selesai sarapan, Senjaya langsung pamit pergi ke kantor.
Sementara Atika, Arsyi dan Arsya masih di meja makan.
"Arsyi, kakak mu akan segera menikah, malam ini keluarga dari calon suami kakak mu akan melamar Arsya." Atika mulai bicara saat suaminya sudah benar-benar meninggalkan rumah.
Arsyi terperangah, matanya melebar menatap mamanya kemudian beralih menatap Arsyi.
"Benarkah?" Arsyi terkejut bercampur senang mendengar kabar ini.
Mamanya mengangguk dan Arsya terlihat tersenyum kecil sambil mengangkat bahunya.
Arsyi mengernyitkan keningnya melihat ekspresi wajah kakaknya yang tersenyum seperti .... Yang jelas Arsyi tidak dapat menebaknya. Arsyi bangkit dari tempat duduknya dan memeluk Arsya dengan erat.
"Kakak, selamat ya! Aku benar-benar ngk tau, aku turut senang kak. Tapi ...." Arsyi tampak berpikir sebentar.
"Tapi dengan siapa kak? Dengan Dion?" Arsyi berusaha menebak. Karena, yang Arsyi tau kakaknya itu lagi dekat dengan pria yang bernama Dion. Kakaknya itu sering gonta ganti pasangan, terakhir yang Arsyi tau dengan Dion.
"Bukan lah!" Jawab Arsya.
"Lalu ....?" Arsyi tampak sangat penasaran.
"Dengan Aditya, putranya Johan Wilton," ujar Mamanya mendahuli Arsya.
"Wow kakak! Bukankah itu salah satu anak pengusaha kaya itu?" Arsyi berbicara dengan berbinar, seperti dia sudah memenangkan lotre dengan hadiah yang sangat besar.
"Iya, kamu betul sekali, kakak sangat beruntung bukan? Dengan begitu kakak akan menjadi nyonya Aditya, dan bisa membeli apa pun yang kakak mau." Ucap Arsya sambil tersenyum sumringah.
"Arsyi ikut senang kak." Ucap Arsyi ikut bahagia melihat pancaran sinar mata kakaknya itu.
"Arsya, Arsyi. Mama mau keluar sebentar. Dan kamu Arsya, siang nanti fitting baju, nanti di jemput calon mertuamu." Ujar Atika membuat Arsya semakin senang.
Arsyi dan Arsya hendak beranjak dari meja makan, namun bibi Ana memangil Arsyi.
"Non Arsyi, di depan ada tamu mencari non." Ucap bibi Ana.
"Siapa yah, Bi? Perasaan Arsyi ngk ada janji tuh."
"Bibi juga ngk tau non." ucap bibi Ana.
"Orangnya bagaimana Bi?" tanya Arsya, ikut penasaran. Arsya kepo!
"Orangnya tinggi, rambut cepak, cakep pokonya non!" Ujar bibi menjelaskan.
"Ya sudah, Bi. Arsyi temuin dulu." Arsyi beranjak dan pergi ke luar.
Siapa ya? Sambil berjalan Arsyi mengingat-ingat pria yang di bicarakan bibi Ana barusan. Dia juga penasaran. Melihat pria yang berdiri membelakanginya, Arsyi sudah tau siapa pria tersebut.
"Kak Rehan!" Arsyi terkejut dan membulatkan matanya.
Rehan berbalik badan setelah mendengar suara Arsyi.
Arsyi mengembangkan senyumnya, dia pun terlihat senang dengan kedatangan Rehan.
"Iya Princessa, aku datang." Ujar Rehan sambil tersenyum kecil menatap Arsyi yang masih berdiri mematung menatapnya.
"Kakak bagaimana bisa tau rumah Arsyi?"
"Sekarang zaman canggih, aku bisa menemukan mu dimana pun kamu berada." Ungkapnya membuat Arsyi terkekeh geli.
"Aku serius! Padahal aku ngk kasih alamat rumah ku prasaan?" Arsyi menatap Rehan dengan serius.
"Hem. Bukanya di suruh duduk atau masuk gitu, di buatkan minum kek, malah mengintrogasi kakak seperti itu." Rehan mencibir Arsyi sambil menaikkan kedua alisnya ke atas.
He-he-he ....
"Iya, juga ya. Ayo masuk?" Arsyi tampak malu sambil tersenyum simpul mengajak Rehan untuk masuk.
"Kakak mau minum apa?" ujar Arsyi setelah mempersilahkan Rehan duduk.
"Apa aja, asal kamu ikhlas kaka pasti mau." Ujar Rehan.
"Ya sudah, tunggu sebentar." Arsyi beranjak dan pergi masuk kedapur.
"Non mau apa? biar bibi saja yang buat?" ujar bibi Ana.
"Biar Arsyi saja, Bi. Bibi bantu Arsyi siapkan cemilan saja, yah?"
"Baik, Non." ucap bibi Ana segera menyiapkan piring kecil dan juga toples kaca yang berisi maka kecil di dalamnya.
"Sepertinya ini tamu spesial yah, Non?" Selidik bibi Ana sambil tersenyum memotong kue cake dan meletakkannya di atas piring kecil yang sudah dia siapkan.
Arsyi tersenyum kecil menanggapi ucapan bibi Ana.
Bibi Ana senyum-senyum, melihat non Arsyi kesayangan nya itu, membuatkan minum untuk tamunya.
Bibi Ana sangat menyayangi non Arsyi, ia menganggap Arsyi seperti anak kandungnya sendiri. Anaknya baik, tau tata krama pada orang tua. Arsyi tidak pernah memaksa, tidak pernah berkata kasar pada siapa pun. Berbeda dengan Arsya, bibi Ana kurang begitu suka melihat kesombongan dan keangkuhan Arsya. Walaupun begitu, bibi Ana masih bersikap baik terhadap Arsya.
"Itu minumnya biar bibi saja yang bawa sekalian, Non?" Ujar bibi Ana.
"Biar Arsyi saja, Bi." Ujar Arsyi tidak ingin merepotkan bibi Ana meskipun ini memang tugasnya bibi Ana.
Arsyi membawa nampan itu keluar, dan meletakkannya di atas meja.
"Di minum, kak tehnya." Ucap Arsyi.
Rahel tersenyum menatap Arsyi.
"Terimakasih, kakak begitu merepotkan mu, yah?" Ujar Rehan menambahkan percakapan mereka.
"Enggak kok, aku tidak merasa di repotkan."
Rehan yang dari tadi merasa penasaran dengan dekorasi di rumah Arsyi. Dalam hatinya bertanya-tanya dan tampak ada kekecewaan di wajahnya.
"Ehh, ngomong-ngomong ada apa di rumahmu? Sepertinya ada acara lamaran? Jangan bilang kalo kamu mau lamaran?" Selidik Rehan.
Arsyi tersenyum lebar, apa lagi menangkap wajah kecewa dari Rehan. Meski Rehan tidak mengungkapkan perasaannya, namun insting seseorang tidak pernah salah.
"Yah, malam ini ada lamaran." Jawab Arsyi, dia sengaja belum menjelaskan siapa yang akan lamaran, dia ingin melihat ekspresi wajah Rehan. Dan benar saja, wajah Rehan langsung berubah. Arsyi juga sebenarnya menyukai Rehan, Rehan tidak hanya tampan, dia juga terlihat begitu baik saat mereka bertemu di luar kota waktu itu.
"Aku terlambat." Ucap Rehan tersenyum sumbang, kedua tangannya menyilang di perutnya yang datar. Dia berusaha menenangkan perasaannya yang sebenarnya kecewa.
Arsyi mengernyitkan keningnya.
"Terlambat kenapa?" Arsyi tersenyum kecil menatap wajah Rehan yang tertunduk.
Regan menghela nafas beratnya, dia berusaha menutupi kekecewaannya.
"Yah terlambat, ternyata orang yang kutemui sudah mau married." Rehan melirik Arsyi kemudian mengalihkan pandangannya menatap decoration yang menghiasi rumah Arsyi.
Arsyi ngakak. Sementara Rehan menatap Arsyi dengan aneh.
"Yang mau lamaran itu Arsya, bukan aku?"
Apa? Rehan langsung mengangkat kepalanya menatap Arsyi dengan serius.
"Arsya? siapa dia? Kembaran mu?" tanya Rahel mengeryitkan dahinya. Dia tidak tau kau Arsyi itu kembar.
"Kakak ku. Dia bukan kembaran ku. Aku dan kakakku itu beda dua tahun, hanya nama saya yang hampir sama, tahun kelahiran kami beda." Ujar Arsyi menjelaskan, dan itu membuat Rehan merasa lega. Arsyi pun menangkap raut senang di wajah Rehan.
"Ah, syukurlah." Rehan tampak mengelus dada bidangnya seakan berkata dengan dirinya sendiri.
Sementara Arsyi tampak mengernyit.
"Apanya yang bersyukur kak?"
Rehan tampak menyentuh kepala lalu berkata malu-malu: "yah bersyukur kalau bukan kamu yang di lamar." Ucap Rehan membuat Arsyi ngakak.
Hahaha ....
"Emang kakak berharap aku ngk di lamar-lamar gitu?"
"Ya enggak lah, maksudnya di lalamarnya nunggu kakak gitu." Rehan menatap Arsyi dengan dalam, sementara Arsyi tersipu malu di tatap Rehan seperti itu.
"Hem, diminum teh nya kak?" Ucap Arsyi menutupi kemudian. Dia berusaha menutupi kecanggungannya.
"Iya, sampai lupa kalau sudah di buat kan teh." Rehan tersenyum sambil mengambil cangkir teh dan menyesapnya.
"Gimana kak, apa rasanya pas?"
Rehan menganggukkan kepalanya.
"Pas dan manis, di tambah kamu yang manis, tambah manis." Ucap Rehan membuat wajah Arsyi memerah.
Arsyi dan Rahel tertawa.
"Kakak bisa aja bercandanya," ucap Arsyi.
Kemudian mereka terdiam beberapa saat.
"Hem, sebenarnya kakak ingin mengajak kamu pergi. Tapi sepertinya kamu sibuk."
"Arsyi emang ngk akan kemana-mana, Arsyi sebetulnya mau istirahat. Tapi sepertinya Arsyi juga ngk akan bisa istirahat," ucap Arsyi sambil melihat di sekeliling ruangan yang belum selesai di decor.
"Tapi kalo Arsyi capek dan mau istirahat ngk usah, kakak pulang saja. Kakak juga mau siap-siap, ntar malam kakak mau ke luar kota lagi."
"Ngk apa-apa, aku juga ngk bisa istirahat, seklian aku mau membeli sesuatu buat kakak ku."
"Ayo, kalo mau pergi?" Ajak Rehan.
"Iya, sebentar aku ganti baju dulu." Arsyi bangkit dan berjalan menuju lantai atas.
Arsyi menganti bajunya, dia mengenakan celana katun panjang, di padukan dengan baju atasan warna pink soft, tidak lupa Arsyi memakai jam tangan kesayangan nya, yang waktu itu di belikan papanya saat Arsyi ulang tahun ke 16. tak lupa Arsyi mengenakan high heels yang tidak terlalu tinggi, Arsyi tidak suka sepatu yang terlalu menjulang.
Saat ini Arsyi berumur 21 tahun, kakaknya Arsya 23 tahun, Arsyi memiliki tubuh yang sintal, bokong yang besar, pinggang yang kecil, bentuk tubuhnya hampir sama dengan Arsya, mereka memiliki kulit yang putih. Arsyi memiliki wajah yang imut tanpa polesan make up yang norak. Arsyi hanya menggunakan skincare buat perawatan kulit wajahnya. Kalau Arsya tentu saja bermake-up yang norak, sulam alis dan bibir, berbagai macam yang aneh-aneh gitu dia coba. Termasuk tanam benang dia lakukan.
.
.
.
❤️❤️❤️
Maaf, author lagi merevisi karya, jadi jangan kaget kalau episode lainya masih berantakan, dan tidak nyambung dengan bab lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Shautul Islah
nyimak dulu thor, tp udah aku kasih like dan favorit, kayaknya seru
2021-12-10
0
SuLastri Nasa
ok Thor semangat ya💪💪
2021-11-01
0
Bunda'e Azzahra
galfok sama nama Rahel?
cowok ya?
2021-10-24
1