Johan dan Hanna tersenyum sumringah. Di tidak menyangka putrinya Senjaya akan dengan mudah menerima tawaran mereka.
"Kamu sudah yakin, nak? Tidak mau memikirkannya terlebih dahulu? Kami tidak ingin kau menyesalinya di kemudian hari. Menikah bukan hal yang main-main." Hanna berkata sambil menatap Arsya dengan serius.
Arsya yang tadi sudah meneliti pembicaraan mereka, kekayaan keluarga Aditya membuatnya tertarik menerima perjodohan ini, meski sebenarnya dia tidak menyukai perjodohan. Tapi mendengar kekayaan keluarga Aditya, Arsya merasa yakin bahwa keputusannya itu tidak salah.
Jika aku menikah dengan Aditya, hidupku akan bergelimang harta, aku bisa membeli apa pun yang ku mau dan menjadi nyonya orang kaya. Yang ku dengar tadi, kejayaan mereka melebihi kekayaan papa. Jiwa matre nya keluar seketika.
"Arsya, kok bengong sayang?" Ujar Senjaya mengangetkan lamunan Arsya.
"Iya Arsya, bagai mana?" tanya Hannan
"Oh ehh anu, i~iyaa aku mau tante." ucap Arsya gelagapan saat Hannan bertanya dan menatapnya dengan dalam.
"Kamu yakin sayang?" Ucap Atika. Dia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mendekati putrinya itu. Atika berdiri di samping Arsya sambil memegang pundaknya putri nya.
"Iya ma, pa, tante, Arsya mau. Arya yakin dengan kalian, bahwa apa yang kalian rencanakan ini adalah yang terbaik buat Arsy." Arsya berucap sambil menurunkan matanya kebawah, melihat jemari tangannya.
"Arsya ...."
panggil mamanya dengan suara lembutnya.
"Pernikahan bukanlah hal yang main-main, seperti yang dikatakan Tante tadi. Apa kamu benar-benar yakin?"
Sambil memegang tangan mamanya yang sedang menegang pundaknya, Arsya mendongak menatap Atika dan berusaha meyakinkan keputusan kepada semua yang ada di situ.
"Iya, Ma. Arsya sudah yakin. Arsya yakin dengan keputusan Arsya."
"Jika itu keputusan mu, kami juga dengan senang hati menerimanya, dan kami akan segera merencanakan pernikahan kalian." Ucap Hanna sambil tersenyum senang menatap Arsya dan juga yang lainnya.
"Secepat itu Tante? Apa tidak ada pertunangan dahulu?" Ucap Arsya sedikit terkejut dengan apa yang di katakan calon mertunya itu.
"Kenapa? Kamu keberatan? Kami rasa tidak perlu tunangan, menikah secepat itu lebih baik, iya kan, pa." Hanna melirik suaminya.
"Iya, benar. Lebih cepat lebih baik, kami juga akan segera kembli ke luar negeri setelah kalian menikah." Ucap johan.
"Baiklah Tante, om, Arsya tidak keberatan." Jawab Arsya dengan tegas.
"Baiklah kalo begitu, kita sudah sepakat." Mereka pun berjabat tangan tanda mereka sudah menerima keputusan Arsya.
"Kalua begitu, besok kami akan berkunjung ke rumah kalian, untuk melamar putrimu untuk putra kami."
"Secepat itukah jo?" Kata Senjaya. Dia merasa ini terlalu mendadak.
"Sudah aku katakan, kami akan segera kembali ke Liverpool Sen." Ujar Johan lagi.
"Maksudku, jangan besok. Kalau lusa bagaimana? Kami juga perlu persiapan, apa lagi menyambut calon besan." Senjaya berkata sambil terkekeh.
Yang lainnya juga tampak terkekek.
"Baik, baik. Kalau begitu kami menerima keputusan kalin." Ucap Johan.
"Oh ya tante, saat lamaran nanti Aditya akan hadir juga kan?" tanya Arsya tiba-tiba membuat Hanna dan Johan melihatnya.
Hanna tersenyum sambil menatap Arsya.
"Tidak nak, Aditya tidak bisa datang, dia akan datang saat pernikahan kalian nanti, apakah kamu keberatan nak?" Tanya Hanna.
"T~tidak tante, hanya, Arsya penasaran seperti apa calon suami ku itu." Ujar Arsya tersenyum simpul malu-malu.
"Baiklah kalo kamu mau melihat Aditya."
Hanna berkata sambil mengeluarkan ponselnya dan mencari poto Aditya di dalam sana.
"Ini poto Aditya, tante rasa Aditya cocok denganmu." Hanna menyodorkan ponselnya ke tangan Arsya.
"Wah ..., tampan sekali!" Ucap Arsya tanpa sadar. Dia terpana melihat ketampanan Aditya, di Poto itu Aditya sedang tersenyum sambil berdiri melihat kesamping. Tubuhnya juga begitu seksi dan perkasa. Tinggi dan gagah. Siapa yang tidak mau dengannya? Tentu saja Arsya semakin yakin dengan keputusan itu.
"Secrol aja ke bawah, masih ada Poto lainnya." Ujar Hanna.
Arsya melihat Poto Aditya yang lainnya seperti yang Hanna katakn. Aditya benar-benar tampan, ketampanan wajahnya terlihat jelas tanpa editan.
Arsya terlihat benar-benar mengaguminya.
"Bagaimana? Anak tante tampan bukan? kamu pasti menyukainya." Hanna tersenyum kecil melihat ekspresi wajah Arsya yang sedang melihat Poto putranya.
Arsya tersenyum menahan malu.
"Iya tante, seperti yang saya duga, anak Tante pasti tampan, di lihat dari Tante dan om juga sangat cantik dan tampan, tentu saja anaknya juga tampan, bukankah begitu?" Kini Arsya juga membuat Hanna tersipu malu mendengar pujian Arsya.
"Tentu saja, sama seperti kamu, kedua orang tua mu tampan dan cantik, anaknya juga cantik." Mereka tergelak mendengar candaan Hanna dan Arsya.
Lagi asyik berbincang-bincang, tiba tiba ponsel Antika bergetar. Istri Senjaya menatap benda pipi yang ada di sampingnya itu.
"Siapa ma, kok di plototin saja ponselnya?" Tanya Senjaya.
"Arsyi pa." jawab Atika.
"Barangkali dia sudah pulang? angkat saja Ma." Ujar Senjaya.
"Iya pa, baiklah." Atika pamit mau kebelakang dan menjawab telpon dari Arsy, dia menjauhi meja mereka.
Hanna dan Johan tampak bingung mendengar nama 'ARSYI'
"Arsyi, dia siapa Sen? kok nama nya hampir sama dengan Arsya?" Ujar Johan tampak penasaran.
"Iyaa dia putri bungsuku jo, beda 2 tahun sama Arsya."
"Oh ya, tapi waktu kamu dan istri mu kerumah, bukannya Arsya berumur dua tahun?"
"Iya betul jo, waktu itu istriku sedang hamil dua bulan.' jelas Senjaya.
"Oh ..." Johan tampak menganggukkan kepalanya beberapa kali, tanda dia mengerti ucapan Senjaya
"Makanya aku bingung dengan nama yang hampir sama, setahuku putrimu tidak kembar." Johan terkekeh di sambut dengan kekehan Senjaya juga.
"Kenapa ngk di ajak sekalian?" ujar Hanna.
"Dia baru saja tiba, dia ada kegiatan kampus yang mengharuskannya pergi keluar kota. Kmungkinan dia baru saja sampai." ujar Senjaya menjelaskan.
"Oh ya-ya." ujar Johan menganggukkan kepalanya tanda sudah mengerti.
Selesai mengangkat telponnya, Atika kembali kemeja tempat mereka makan.
"Apa yang di katakan Arsyi, Ma?" tanya Senjaya.
"Dia sudah di rumah pa. Baru saja sampai. Melihat kita tidak ada di rumah, dia cemas katanya, maknya langsung telpon." Jelas Atika.
Merekapun kembali berbincang-bincang seputaran rencana lamaran putra dan putri mereka. Setelah itu mereka pamit dan bersamaan untuk pulang ke rumah masing-masing.
Keluarga Johan Wilton sudah sampai di kediamannya, begitu pula dengan keluarga Senjaya.
Arsya turun dari mobil di susul mama dan papanya,
"Ma pa, Arsya sudah tidak sabar ingin menikah dengan Aditya. Aku akan menjadi nyonya Aditya, aku akan bahagia, Ma. Arsya bisa membeli semua yang Arsya mau." Arsya terlihat sangat senang membayngkan dia akan menjadi nyonya di kekuarga Wilton, senyumnya pun mengembang di sudut bibir kecilnya.
Senjaya tidak terlalu suka mendengar kata-kata Arsya barusan, anaknya ini seperti ingin memanfaatkan keluarga Johan.
"Arsya, kau jangan main-main dengan pernikahan, menikah itu adalah sakral."
"Pa, apa aku terlihat main-main? Aku serius! Apa lagi Aditya juga tampan, dia adalah ukuran Arsya, pa." Arsya tersenyum membayangkan ketampanan Aditya.
Senjaya menghela napas panjang, lalu berjalan meninggalkan Arsya dan juga istrinya. Dia terlihat malas mendengar celotehan putrinya itu.
Sementara Atika menatap Arsya dengan serius."Arsya, Mama ikut senang jika kamu senang, semoga segala persiapan sampai hari H nanti berjalan lancar, yah?" Ucap Atika yang kini jug terlihat senang. Dia senang dan bangga melihat putrinya akan menikah dengan keluarga yang terpandang dan di segini di kota ini.
"Iya, Ma. Arsya senang banget, tidak menyangka mereka akan menjodohkan putranya dengan ku. Ma, aku bisa keliling dunia kapanpun aku mau!" Ucap Arsya seperti ayam yang baru saja di potong lehernya, Arsya terlihat kelepek klepek kesenangan.
Atika menggeleng kan kepala melihat kelakuan putrinya itu.
"Ma, Arsya ke kamar dulu ya mau istirahat." ujar Arsya, lalu dia pun pergi meninggalkan Atika yang masih berdiri terpaku melihat tingkah anak sulungnya itu.
Atika pergi ke kamar menyusul suaminya.
"Pa, gimana ini, sepertinya Arsya tidak tau tentang berita tahun lalu menyangkut putranya Johan!" ujar Atika setengah bergetar.
"Biarkan dia tau sendiri ma." ucap Senjaya santai sambil melepas kancing kemejanya.
Atika tampak berpikir lalu tiba-tiba mengingat Arsyi yang baru saja tiba dari luar kota.
"Pa, kita melupakan Arsyi! Dia kan sudah pulang! Aku benar-benar lupa."
"Ya sudah, kamu temui sana, Papa mau ganti pakaian dulu."
Atika keluar kamar dan berjalan ke arah kamar Arsyi. Saat Akita membuka pintu kamar, Arsyi menoleh dan melihat mamanya tersenyum ke arahnya.
"Arsyi! Belum tidur sayang?" Atika menghampiri putrinya yang sedang duduk di meja kaca riasnya.
"Belom, Ma. Arsyi baru saja cuci muka."
"Mama dan Papa kangen kamu sayang." Atika menghampiri Arsyi dan langsung memeluknya.
"Arsyi juga kangen Papa dan Mama. Papa mana, Ma? Tanya Arsyi sambil melihat ke arah pintu, berharap papanya menyusul Mamanya.
"Papa lagi ganti baju."
"Oh, ya. Emang Papa dan Mama dari mana? Kok cantik begini?" Arsyi terlihat menyelidik.
"Biasalah, habis dinner." Ucap Atika tersenyum kecil.
"Hem," Arsyi hanya menjawab kata Atika dengan sebutan 'hem' saja. Dia kembli merawat wajahnya dengan skincare khusus malam.
"Jam berapa kamu datang nak?" tanya Senjaya yang tiba-tiba muncul dari samping.
Arsyi menoleh dan langsung bangkit menekuk Senjaya.
"Waktu telpon mama, Arsyi baru saja keluar bandara." Ucap Arsyi.
"Maafkan Papa, yah? Papa tidak bisa jemput kamu di bandara." Ujar Senjaya merasa bersalah.
"Ngk usah gitu, pa. Arsyi tau kesibukan Papa." Merek terlihat sedikit ngobrol kemudian Senjaya berkata lagi:
"Ya sudah kamu istirahat ya nak,
mama dan papa juga mau istirahat." Ujar Senjaya dan Atika.
"Iya ma,pa, selamat malam." Ucap Arsyi.
"Pa, Mama sempat mikir tentang perjodohan Arsya? Bagaimana saat pernikahan mereka nanti? Mama takut terjadi hal yang tidak kita inginkan. Mama takut Arsya tidak menerimanya jika dia tau Aditya itu cacat." Ucap Atika dengan cemas.
"Mama tenang saja, Arsya tidak bisa membatalkan keputusannya secara sepihak, Arsya sendiri mengakui dan menerima perjodohan pernikahan ini di depan kedua orang tuanya Aditya."
"Jadi menurut papa ....?"
"Ya biarkan saja, sampai Arsya tau sendiri,
itu kan pilihan Arsya sendiri." ucap Senjaya memotong kalimat istrinya.
"Pa, kalu kita tidak memberi tahu Arsya, bukankah kita terlihat seperti sedang menipunya?"
Senjaya menatap wajah istrinya dengan mengernyitkan dahinya. Dia terlihat tak suka dengan ucapan Atika yang mengatakan 'menipunya'
"Kita tidak menipunya! Kita sudah memberi peringatan kepada Arsya untuk memikirkannya terlebih dahulu, tapi Arsya dengan gegabah menerima keputusan itu. Ini bukan salah kita! Kita juga tidak mungkin memberi tahu Arsya di depan mereka tadi, kan?"
Atika tampak meremas jemarinya.
"Papa juga sudah memikirkan nasib kita kedepannya, jika Johan dan keluarganya di permalukan dengan pertanyaan konyol kita tentang putranya Aditya yang beredar itu, kita pasti akan hancur, aku tidak ingin itu terjadi. Kau juga tidak ingin kita miskin dan hidup sengsara, kan? Perusahaan kita yang belum apa-apa di bandingkan dengan perusahaan mereka, dalam sekejap mereka bisa menghancurkannya!" Ucap Senjaya membuat Atika merinding.
Atika merinding sambil mendengarkan ucapan serius suaminya.
"Pa, Mama ngk mau jadi gembel, pokoknya apapun yang terjadi, Arsya tidak boleh membatalkan nya! Bebar kata papa, ini sudah adalah pilihan Arsya sendir." ujar Atika memantapkan hatinya meskipun masih ada kecemasan di dalam hatinya.
"Ya sudah la ma, ayo kita tidur, tidak usah terlalu di pikirkan, bukankah jodoh sudah ada yang mengatur?" ujar Senjaya lagi.
"Iya pa." ujar Atika sambil berjalan ketempat tidur. Atika merasa menghabiskan malam yang panjang dengan pikirannya. Sementara Senjaya sudah sejak tadi tidur sambil ngorok.
BACA 👇
.
.
.
Karya ini sedang di revisi. Jadi para pembaca jangan kaget dengan ceritnya yang kurng nyambung. Bijaklah dalam berkomentar. Terimakasih atas pengertiannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Tina
Maaf nih ya thor,,, kl'u nulis yg teliti dong thooorrrr,,,masak katanya arsyi beda 2thn sama arsya,,,,padahal kan katanya waktu arsya umur 2thn, mamanya arsya kan udah hamil besar,??????? gimana ceritanya mereka beda umur 2thn,🙏🙏🙏🙏 jgn marah ya thor,,,,,hanya ngingetin aja, supaya lebih teliti lgi dalam bekerja.👌👌👌👌,BTW , tetap 💪💪💪💪💪💪💪💪💪💪💪💪💪 ,🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
2022-07-03
0
缶新着
awal cerita yg menarik
2021-10-26
0
re
Next
2021-10-21
0