2.perjodohan

Johan dan Hanna tersenyum sumringah. Di tidak menyangka putrinya Senjaya akan dengan mudah menerima tawaran mereka.

"Kamu sudah yakin, nak? Tidak mau memikirkannya terlebih dahulu? Kami tidak ingin kau menyesalinya di kemudian hari. Menikah bukan hal yang main-main." Hanna berkata sambil menatap Arsya dengan serius.

Arsya yang tadi sudah meneliti pembicaraan mereka, kekayaan keluarga Aditya membuatnya tertarik menerima perjodohan ini, meski sebenarnya dia tidak menyukai perjodohan. Tapi mendengar kekayaan keluarga Aditya, Arsya merasa yakin bahwa keputusannya itu tidak salah.

Jika aku menikah dengan Aditya, hidupku akan bergelimang harta, aku bisa membeli apa pun yang ku mau dan menjadi nyonya orang kaya. Yang ku dengar tadi, kejayaan mereka melebihi kekayaan papa. Jiwa matre nya keluar seketika.

"Arsya, kok bengong sayang?" Ujar Senjaya mengangetkan lamunan Arsya.

"Iya Arsya, bagai mana?" tanya Hannan

"Oh ehh anu, i~iyaa aku mau tante." ucap Arsya gelagapan saat Hannan bertanya dan menatapnya dengan dalam.

"Kamu yakin sayang?" Ucap Atika. Dia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mendekati putrinya itu. Atika berdiri di samping Arsya sambil memegang pundaknya putri nya.

"Iya ma, pa, tante, Arsya mau. Arya yakin dengan kalian, bahwa apa yang kalian rencanakan ini adalah yang terbaik buat Arsy." Arsya berucap sambil menurunkan matanya kebawah, melihat jemari tangannya.

"Arsya ...."

panggil mamanya dengan suara lembutnya.

"Pernikahan bukanlah hal yang main-main, seperti yang dikatakan Tante tadi. Apa kamu benar-benar yakin?"

Sambil memegang tangan mamanya yang sedang menegang pundaknya, Arsya mendongak menatap Atika dan berusaha meyakinkan keputusan kepada semua yang ada di situ.

"Iya, Ma. Arsya sudah yakin. Arsya yakin dengan keputusan Arsya."

"Jika itu keputusan mu, kami juga dengan senang hati menerimanya, dan kami akan segera merencanakan pernikahan kalian." Ucap Hanna sambil tersenyum senang menatap Arsya dan juga yang lainnya.

"Secepat itu Tante? Apa tidak ada pertunangan dahulu?" Ucap Arsya sedikit terkejut dengan apa yang di katakan calon mertunya itu.

"Kenapa? Kamu keberatan? Kami rasa tidak perlu tunangan, menikah secepat itu lebih baik, iya kan, pa." Hanna melirik suaminya.

"Iya, benar. Lebih cepat lebih baik, kami juga akan segera kembli ke luar negeri setelah kalian menikah." Ucap johan.

"Baiklah Tante, om, Arsya tidak keberatan." Jawab Arsya dengan tegas.

"Baiklah kalo begitu, kita sudah sepakat." Mereka pun berjabat tangan tanda mereka sudah menerima keputusan Arsya.

"Kalua begitu, besok kami akan berkunjung ke rumah kalian, untuk melamar putrimu untuk putra kami."

"Secepat itukah jo?" Kata Senjaya. Dia merasa ini terlalu mendadak.

"Sudah aku katakan, kami akan segera kembali ke Liverpool Sen." Ujar Johan lagi.

"Maksudku, jangan besok. Kalau lusa bagaimana? Kami juga perlu persiapan, apa lagi menyambut calon besan." Senjaya berkata sambil terkekeh.

Yang lainnya juga tampak terkekek.

"Baik, baik. Kalau begitu kami menerima keputusan kalin." Ucap Johan.

"Oh ya tante, saat lamaran nanti Aditya akan hadir juga kan?" tanya Arsya tiba-tiba membuat Hanna dan Johan melihatnya.

Hanna tersenyum sambil menatap Arsya.

"Tidak nak, Aditya tidak bisa datang, dia akan datang saat pernikahan kalian nanti, apakah kamu keberatan nak?" Tanya Hanna.

"T~tidak tante, hanya, Arsya penasaran seperti apa calon suami ku itu." Ujar Arsya tersenyum simpul malu-malu.

"Baiklah kalo kamu mau melihat Aditya."

Hanna berkata sambil mengeluarkan ponselnya dan mencari poto Aditya di dalam sana.

"Ini poto Aditya, tante rasa Aditya cocok denganmu." Hanna menyodorkan ponselnya ke tangan Arsya.

"Wah ..., tampan sekali!" Ucap Arsya tanpa sadar. Dia terpana melihat ketampanan Aditya, di Poto itu Aditya sedang tersenyum sambil berdiri melihat kesamping. Tubuhnya juga begitu seksi dan perkasa. Tinggi dan gagah. Siapa yang tidak mau dengannya? Tentu saja Arsya semakin yakin dengan keputusan itu.

"Secrol aja ke bawah, masih ada Poto lainnya." Ujar Hanna.

Arsya melihat Poto Aditya yang lainnya seperti yang Hanna katakn. Aditya benar-benar tampan, ketampanan wajahnya terlihat jelas tanpa editan.

Arsya terlihat benar-benar mengaguminya.

"Bagaimana? Anak tante tampan bukan? kamu pasti menyukainya." Hanna tersenyum kecil melihat ekspresi wajah Arsya yang sedang melihat Poto putranya.

Arsya tersenyum menahan malu.

"Iya tante, seperti yang saya duga, anak Tante pasti tampan, di lihat dari Tante dan om juga sangat cantik dan tampan, tentu saja anaknya juga tampan, bukankah begitu?" Kini Arsya juga membuat Hanna tersipu malu mendengar pujian Arsya.

"Tentu saja, sama seperti kamu, kedua orang tua mu tampan dan cantik, anaknya juga cantik." Mereka tergelak mendengar candaan Hanna dan Arsya.

Lagi asyik berbincang-bincang, tiba tiba ponsel Antika bergetar. Istri Senjaya menatap benda pipi yang ada di sampingnya itu.

"Siapa ma, kok di plototin saja ponselnya?" Tanya Senjaya.

"Arsyi pa." jawab Atika.

"Barangkali dia sudah pulang? angkat saja Ma." Ujar Senjaya.

"Iya pa, baiklah." Atika pamit mau kebelakang dan menjawab telpon dari Arsy, dia menjauhi meja mereka.

Hanna dan Johan tampak bingung mendengar nama 'ARSYI'

"Arsyi, dia siapa Sen? kok nama nya hampir sama dengan Arsya?" Ujar Johan tampak penasaran.

"Iyaa dia putri bungsuku jo, beda 2 tahun sama Arsya."

"Oh ya, tapi waktu kamu dan istri mu kerumah, bukannya Arsya berumur dua tahun?"

"Iya betul jo, waktu itu istriku sedang hamil dua bulan.' jelas Senjaya.

"Oh ..." Johan tampak menganggukkan kepalanya beberapa kali, tanda dia mengerti ucapan Senjaya

"Makanya aku bingung dengan nama yang hampir sama, setahuku putrimu tidak kembar." Johan terkekeh di sambut dengan kekehan Senjaya juga.

"Kenapa ngk di ajak sekalian?" ujar Hanna.

"Dia baru saja tiba, dia ada kegiatan kampus yang mengharuskannya pergi keluar kota. Kmungkinan dia baru saja sampai." ujar Senjaya menjelaskan.

"Oh ya-ya." ujar Johan menganggukkan kepalanya tanda sudah mengerti.

Selesai mengangkat telponnya, Atika kembali kemeja tempat mereka makan.

"Apa yang di katakan Arsyi, Ma?" tanya Senjaya.

"Dia sudah di rumah pa. Baru saja sampai. Melihat kita tidak ada di rumah, dia cemas katanya, maknya langsung telpon." Jelas Atika.

Merekapun kembali berbincang-bincang seputaran rencana lamaran putra dan putri mereka. Setelah itu mereka pamit dan bersamaan untuk pulang ke rumah masing-masing.

Keluarga Johan Wilton sudah sampai di kediamannya, begitu pula dengan keluarga Senjaya.

Arsya turun dari mobil di susul mama dan papanya,

"Ma pa, Arsya sudah tidak sabar ingin menikah dengan Aditya. Aku akan menjadi nyonya Aditya, aku akan bahagia, Ma. Arsya bisa membeli semua yang Arsya mau." Arsya terlihat sangat senang membayngkan dia akan menjadi nyonya di kekuarga Wilton, senyumnya pun mengembang di sudut bibir kecilnya.

Senjaya tidak terlalu suka mendengar kata-kata Arsya barusan, anaknya ini seperti ingin memanfaatkan keluarga Johan.

"Arsya, kau jangan main-main dengan pernikahan, menikah itu adalah sakral."

"Pa, apa aku terlihat main-main? Aku serius! Apa lagi Aditya juga tampan, dia adalah ukuran Arsya, pa." Arsya tersenyum membayangkan ketampanan Aditya.

Senjaya menghela napas panjang, lalu berjalan meninggalkan Arsya dan juga istrinya. Dia terlihat malas mendengar celotehan putrinya itu.

Sementara Atika menatap Arsya dengan serius."Arsya, Mama ikut senang jika kamu senang, semoga segala persiapan sampai hari H nanti berjalan lancar, yah?" Ucap Atika yang kini jug terlihat senang. Dia senang dan bangga melihat putrinya akan menikah dengan keluarga yang terpandang dan di segini di kota ini.

"Iya, Ma. Arsya senang banget, tidak menyangka mereka akan menjodohkan putranya dengan ku. Ma, aku bisa keliling dunia kapanpun aku mau!" Ucap Arsya seperti ayam yang baru saja di potong lehernya, Arsya terlihat kelepek klepek kesenangan.

Atika menggeleng kan kepala melihat kelakuan putrinya itu.

"Ma, Arsya ke kamar dulu ya mau istirahat." ujar Arsya, lalu dia pun pergi meninggalkan Atika yang masih berdiri terpaku melihat tingkah anak sulungnya itu.

Atika pergi ke kamar menyusul suaminya.

"Pa, gimana ini, sepertinya Arsya tidak tau tentang berita tahun lalu menyangkut putranya Johan!" ujar Atika setengah bergetar.

"Biarkan dia tau sendiri ma." ucap Senjaya santai sambil melepas kancing kemejanya.

Atika tampak berpikir lalu tiba-tiba mengingat Arsyi yang baru saja tiba dari luar kota.

"Pa, kita melupakan Arsyi! Dia kan sudah pulang! Aku benar-benar lupa."

"Ya sudah, kamu temui sana, Papa mau ganti pakaian dulu."

Atika keluar kamar dan berjalan ke arah kamar Arsyi. Saat Akita membuka pintu kamar, Arsyi menoleh dan melihat mamanya tersenyum ke arahnya.

"Arsyi! Belum tidur sayang?" Atika menghampiri putrinya yang sedang duduk di meja kaca riasnya.

"Belom, Ma. Arsyi baru saja cuci muka."

"Mama dan Papa kangen kamu sayang." Atika menghampiri Arsyi dan langsung memeluknya.

"Arsyi juga kangen Papa dan Mama. Papa mana, Ma? Tanya Arsyi sambil melihat ke arah pintu, berharap papanya menyusul Mamanya.

"Papa lagi ganti baju."

"Oh, ya. Emang Papa dan Mama dari mana? Kok cantik begini?" Arsyi terlihat menyelidik.

"Biasalah, habis dinner." Ucap Atika tersenyum kecil.

"Hem," Arsyi hanya menjawab kata Atika dengan sebutan 'hem' saja. Dia kembli merawat wajahnya dengan skincare khusus malam.

"Jam berapa kamu datang nak?" tanya Senjaya yang tiba-tiba muncul dari samping.

Arsyi menoleh dan langsung bangkit menekuk Senjaya.

"Waktu telpon mama, Arsyi baru saja keluar bandara." Ucap Arsyi.

"Maafkan Papa, yah? Papa tidak bisa jemput kamu di bandara." Ujar Senjaya merasa bersalah.

"Ngk usah gitu, pa. Arsyi tau kesibukan Papa." Merek terlihat sedikit ngobrol kemudian Senjaya berkata lagi:

"Ya sudah kamu istirahat ya nak,

mama dan papa juga mau istirahat." Ujar Senjaya dan Atika.

"Iya ma,pa, selamat malam." Ucap Arsyi.

"Pa, Mama sempat mikir tentang perjodohan Arsya? Bagaimana saat pernikahan mereka nanti? Mama takut terjadi hal yang tidak kita inginkan. Mama takut Arsya tidak menerimanya jika dia tau Aditya itu cacat." Ucap Atika dengan cemas.

"Mama tenang saja, Arsya tidak bisa membatalkan keputusannya secara sepihak, Arsya sendiri mengakui dan menerima perjodohan pernikahan ini di depan kedua orang tuanya Aditya."

"Jadi menurut papa ....?"

"Ya biarkan saja, sampai Arsya tau sendiri,

itu kan pilihan Arsya sendiri." ucap Senjaya memotong kalimat istrinya.

"Pa, kalu kita tidak memberi tahu Arsya, bukankah kita terlihat seperti sedang menipunya?"

Senjaya menatap wajah istrinya dengan mengernyitkan dahinya. Dia terlihat tak suka dengan ucapan Atika yang mengatakan 'menipunya'

"Kita tidak menipunya! Kita sudah memberi peringatan kepada Arsya untuk memikirkannya terlebih dahulu, tapi Arsya dengan gegabah menerima keputusan itu. Ini bukan salah kita! Kita juga tidak mungkin memberi tahu Arsya di depan mereka tadi, kan?"

Atika tampak meremas jemarinya.

"Papa juga sudah memikirkan nasib kita kedepannya, jika Johan dan keluarganya di permalukan dengan pertanyaan konyol kita tentang putranya Aditya yang beredar itu, kita pasti akan hancur, aku tidak ingin itu terjadi. Kau juga tidak ingin kita miskin dan hidup sengsara, kan? Perusahaan kita yang belum apa-apa di bandingkan dengan perusahaan mereka, dalam sekejap mereka bisa menghancurkannya!" Ucap Senjaya membuat Atika merinding.

Atika merinding sambil mendengarkan ucapan serius suaminya.

"Pa, Mama ngk mau jadi gembel, pokoknya apapun yang terjadi, Arsya tidak boleh membatalkan nya! Bebar kata papa, ini sudah adalah pilihan Arsya sendir." ujar Atika memantapkan hatinya meskipun masih ada kecemasan di dalam hatinya.

"Ya sudah la ma, ayo kita tidur, tidak usah terlalu di pikirkan, bukankah jodoh sudah ada yang mengatur?" ujar Senjaya lagi.

"Iya pa." ujar Atika sambil berjalan ketempat tidur. Atika merasa menghabiskan malam yang panjang dengan pikirannya. Sementara Senjaya sudah sejak tadi tidur sambil ngorok.

BACA 👇

.

.

.

Karya ini sedang di revisi. Jadi para pembaca jangan kaget dengan ceritnya yang kurng nyambung. Bijaklah dalam berkomentar. Terimakasih atas pengertiannya.

Terpopuler

Comments

Tina

Tina

Maaf nih ya thor,,, kl'u nulis yg teliti dong thooorrrr,,,masak katanya arsyi beda 2thn sama arsya,,,,padahal kan katanya waktu arsya umur 2thn, mamanya arsya kan udah hamil besar,??????? gimana ceritanya mereka beda umur 2thn,🙏🙏🙏🙏 jgn marah ya thor,,,,,hanya ngingetin aja, supaya lebih teliti lgi dalam bekerja.👌👌👌👌,BTW , tetap 💪💪💪💪💪💪💪💪💪💪💪💪💪 ,🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰

2022-07-03

0

缶新着

缶新着

awal cerita yg menarik

2021-10-26

0

re

re

Next

2021-10-21

0

lihat semua
Episodes
1 1
2 2.perjodohan
3 3. lamaran 1
4 fitting baju
5 Bersama Rahel
6 Rengcana akad
7 Amukan Arsya
8 r&a
9 kepergian arsya
10 di rumah sakit
11 kesedihan arsyi
12 kesedihan arsyi
13 pernikahan arsyi
14 keluarga baru arsyi
15 keluarga baru arsyi
16 mengantar mertuanya
17 surat perjanjian
18 bertemu pujaan hati
19 Rahel yang romantis
20 kemarahan Aditya
21 Kesibukan Arsyi
22 Aditya merasa bersalah
23 Arsyi terluka
24 Dokter Robert
25 Arsyi Terpuruk
26 Arsyi yang terpuruk
27 Rahel bertemu sahabatnya saat di ruang rawat Arsyi
28 Aditya memergoki Arsyi dan rahel berkencan
29 Aditya penasaran dengan teman kencan Arsyi
30 traveling
31 Aditya menyusul ke villa
32 Rahel emosi saat melihat Aditya menyakiti Arsyi
33 Ternyata mereka adalah?
34 Arsyi tidak bersemangat
35 Mulai melunak
36 kangen rumah
37 di rumah mama
38 menjemput Arsyi
39 ketakutan
40 Aditya mulai berubah
41 -
42 41
43 -
44 43
45 44
46 45
47 46
48 47
49 48
50 48
51 50
52 51
53 52
54 53
55 54
56 55
57 56
58 -
59 .
60 .
61 .
62 .
63 .
64 .
65 ,
66 .
67 Aditya
68 Kamu cantik
69 kepergian Aditya
70 koper
71 -
72 Carina
73 kepulangan Aditya
74 Menggoda istri
75 Racun
76 Aku ingin sendirian
77 Keinginan istri
78 Kecemasan Arsyi
79 Tempe goreng
80 Kepanikan Aditya
81 Di rumah sakit
82 Prasangka
83 salah paham
84 USG
85 Suasana hati dan perasaan
86 Siap-siap berkencan
87 Hari weekend
88 masih di hari weekend
89 Di kantor
90 CEO lapar
91 Mulai sensitive
92 kursi kebesaran CEO
93 CEO kejam
94 kejutan
95 Marah dengan mama
96 Rencana acara
97 aku tidak menggoda mu
98 mie rebus
99 ingin ke rumah orang tua
100 Di rumah mama
101 di rumah mertua
102 Masi di rumah mama
103 gara-gara soto betawi
104 Laki-laki menyebalkan
105 pikiran bodoh
106 Kuman
107 empati
108 jadwal checkup
109 Suami mesum
110 candaan suami istri sebelum tidur
111 kedatangan sahabat
112 nasi goreng spesial
113 tersulut emosi
114 Makan di restoran mewah
115 Tatapan permusuhan
116 bareng pria menyebalkan
117 hotel green
118 kejutan
119 gren opening
120 pingsan
121 Rahel tak berdaya
122 hujan deras
123 menabrak trotoar
124 mama dan Rasya di rumah sakit
125 Rahel kembali drop
126 Arsyi menjenguk Rahel di rumah sakit
127 wahana
128 Waterboom
129 kurang fit
130 makan di rumah mertua
131 ke-datangan papa Hans
132 menyambut kepulangan Rahel
133 dek-dek kan
134 USG terakhir
135 luar kota
136 makan berdua
137 Gelisah
138 ruang persalinan
139 persalinan 2
140 cemburu tanpa sadari
141 selamat datang bayi Arazka
142 Tidak terbiasa
143 tidak berjodoh
144 Kado buat baby boy Arazka
145 curhat
146 Aqiqah baby boy Arazka
147 Calon tunangan
148 Rencana pertunangan
149 pertemuan
150 kembali bekerja
151 kelelahan
152 liburan ke Bali
153 dikejar tukang cilok
154 gaun pengantin
155 Acara bainai
156 janji suci
157 resepsi
158 Kegagalan
159 sebuah kecupan
160 panik
161 Dokter Haris
162 Butik passion girls
163 Dinner romantis
164 Mesum sama istri sendiri
165 Dua angsa putih
166 MP
167 Dua sahabat
168 dokter Haris menghilang
169 Kembalinya Dokter Haris
170 membaik
171 kecurigaan
172 Dokter Haris lagi
173 ketahuan
174 bersyukur
175 aktivitas pagi hari
176 Kota romantis
177 Dalam perjalanan
178 makan malam
179 mual
180 Suasana pagi hari
181 Galeries Lafayette
182 Shopping
183 Bertemu mantan kekasih
184 Siapa tidur disini
185 Istriku yang aneh
186 Kejutan Lara
187 Keberanian Arsyi
188 Kamu hebat
189 Ke-kantor suami
190 Tetap waspada
191 Memulai aksi
192 Aksi ke-dua
193 aksi ke-tiga
194 percintaan dalam bathtub
195 Hamil lagi
196 akhirnya
Episodes

Updated 196 Episodes

1
1
2
2.perjodohan
3
3. lamaran 1
4
fitting baju
5
Bersama Rahel
6
Rengcana akad
7
Amukan Arsya
8
r&a
9
kepergian arsya
10
di rumah sakit
11
kesedihan arsyi
12
kesedihan arsyi
13
pernikahan arsyi
14
keluarga baru arsyi
15
keluarga baru arsyi
16
mengantar mertuanya
17
surat perjanjian
18
bertemu pujaan hati
19
Rahel yang romantis
20
kemarahan Aditya
21
Kesibukan Arsyi
22
Aditya merasa bersalah
23
Arsyi terluka
24
Dokter Robert
25
Arsyi Terpuruk
26
Arsyi yang terpuruk
27
Rahel bertemu sahabatnya saat di ruang rawat Arsyi
28
Aditya memergoki Arsyi dan rahel berkencan
29
Aditya penasaran dengan teman kencan Arsyi
30
traveling
31
Aditya menyusul ke villa
32
Rahel emosi saat melihat Aditya menyakiti Arsyi
33
Ternyata mereka adalah?
34
Arsyi tidak bersemangat
35
Mulai melunak
36
kangen rumah
37
di rumah mama
38
menjemput Arsyi
39
ketakutan
40
Aditya mulai berubah
41
-
42
41
43
-
44
43
45
44
46
45
47
46
48
47
49
48
50
48
51
50
52
51
53
52
54
53
55
54
56
55
57
56
58
-
59
.
60
.
61
.
62
.
63
.
64
.
65
,
66
.
67
Aditya
68
Kamu cantik
69
kepergian Aditya
70
koper
71
-
72
Carina
73
kepulangan Aditya
74
Menggoda istri
75
Racun
76
Aku ingin sendirian
77
Keinginan istri
78
Kecemasan Arsyi
79
Tempe goreng
80
Kepanikan Aditya
81
Di rumah sakit
82
Prasangka
83
salah paham
84
USG
85
Suasana hati dan perasaan
86
Siap-siap berkencan
87
Hari weekend
88
masih di hari weekend
89
Di kantor
90
CEO lapar
91
Mulai sensitive
92
kursi kebesaran CEO
93
CEO kejam
94
kejutan
95
Marah dengan mama
96
Rencana acara
97
aku tidak menggoda mu
98
mie rebus
99
ingin ke rumah orang tua
100
Di rumah mama
101
di rumah mertua
102
Masi di rumah mama
103
gara-gara soto betawi
104
Laki-laki menyebalkan
105
pikiran bodoh
106
Kuman
107
empati
108
jadwal checkup
109
Suami mesum
110
candaan suami istri sebelum tidur
111
kedatangan sahabat
112
nasi goreng spesial
113
tersulut emosi
114
Makan di restoran mewah
115
Tatapan permusuhan
116
bareng pria menyebalkan
117
hotel green
118
kejutan
119
gren opening
120
pingsan
121
Rahel tak berdaya
122
hujan deras
123
menabrak trotoar
124
mama dan Rasya di rumah sakit
125
Rahel kembali drop
126
Arsyi menjenguk Rahel di rumah sakit
127
wahana
128
Waterboom
129
kurang fit
130
makan di rumah mertua
131
ke-datangan papa Hans
132
menyambut kepulangan Rahel
133
dek-dek kan
134
USG terakhir
135
luar kota
136
makan berdua
137
Gelisah
138
ruang persalinan
139
persalinan 2
140
cemburu tanpa sadari
141
selamat datang bayi Arazka
142
Tidak terbiasa
143
tidak berjodoh
144
Kado buat baby boy Arazka
145
curhat
146
Aqiqah baby boy Arazka
147
Calon tunangan
148
Rencana pertunangan
149
pertemuan
150
kembali bekerja
151
kelelahan
152
liburan ke Bali
153
dikejar tukang cilok
154
gaun pengantin
155
Acara bainai
156
janji suci
157
resepsi
158
Kegagalan
159
sebuah kecupan
160
panik
161
Dokter Haris
162
Butik passion girls
163
Dinner romantis
164
Mesum sama istri sendiri
165
Dua angsa putih
166
MP
167
Dua sahabat
168
dokter Haris menghilang
169
Kembalinya Dokter Haris
170
membaik
171
kecurigaan
172
Dokter Haris lagi
173
ketahuan
174
bersyukur
175
aktivitas pagi hari
176
Kota romantis
177
Dalam perjalanan
178
makan malam
179
mual
180
Suasana pagi hari
181
Galeries Lafayette
182
Shopping
183
Bertemu mantan kekasih
184
Siapa tidur disini
185
Istriku yang aneh
186
Kejutan Lara
187
Keberanian Arsyi
188
Kamu hebat
189
Ke-kantor suami
190
Tetap waspada
191
Memulai aksi
192
Aksi ke-dua
193
aksi ke-tiga
194
percintaan dalam bathtub
195
Hamil lagi
196
akhirnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!