“Aku tidak mengizinkanmu menyentuhnya, seujung kuku sekalipun aku tak mengizinkankannya, J*lang!” Dave berteriak marah, membuat Arzu bergidik ngeri.
Wanita itu menjauh, mundur beberapa langkah. Ia takut melihat kemarahan Dave, kini dengan Murkanya Dave mendekat ke arah Arzu dan meraih sebuah samurai panjang dari balik lemari baju Cerin.
Ia mengerahkan samurai panjang itu ke kehadapan Arzu.
“Lancang sekali kau menyentuh wanitaku.” Dave murka, ia menarikan samurainya mengenai setiap inci bagian tubuh Arzu.
Wanita itu meringis kesakitan, meminta belas kasih, Andra melihat penyiksaan Arzu—si calon menantunya hanya bisa menelan saliva.
“Hentikan, Dave! Atau kau—”
“Atau kau akan apa?!” teriak Dave menatap tajam ke arah Andra, tatapannya seakan membunuh, ingin menerkam saat ini juga.
“Lepaskan dia atau kau akan kehilangan wanitamu!” ancam Andra segera menodongkan sebuah pistol ke kepala Cerin.
Dave terhenyak, pikirannya kembali berpikir keras menggunakan tak-tik, ia tidak boleh gegabah, jika salah melangkah, maka nyawa Cerin akan melayang saat ini juga.
Leo masuk ke dalam ruangan dengan wajah terkejut, pria itu tampak kaget dengan apa yang tengah disaksikannya.
Dave memberikan kode mata kepada Leo, membuat Leo mengerti apa yang harus dilakukannya.
Gerak cepat, Dave menghujam samurai panjang itu tepat di bagian dada Arzu, membuat wanita itu muntah darah dari mulutnya. Dave tersenyum tipis, lalu menepis tangan Andra dengan samurai yang kini tengah berlumur darah segar dengan banyak.
Pistol yang ada di tangan Andra terlepas, pria tua itu terkejut atas perlakuan putranya.
“Kau lihat atas perbuatanmu yang selalu memaksaku untuk bersama dengan wanita yang tak kucintai?” teriak Dave marah kepada Andra—papanya sendiri.
“Kau menghabisinya, Dave?” Andra tercengang, menatap tak percaya.
“Aku adalah Dave Matthew Cristian, aku tidak suka hidupku diusik oleh siapapun termasuk dirimu sekalipun! Jika kau menghargai keputusanku, maka aku akan menghargaimu sebagai orang tuaku!” Dave menatap tajam, auranya seakan memancarkan kemarahannya yang sangat luar biasa.
Andra menatap pistol yang tergeletak tidak jauh darinya, dengan cepat, ia meraihnya dan mengerahkannya diam-diam ke arah Cerin.
“Kau telah melenyapkannya, maka kau akan merasakan hal yang harus kau rasakan, Dave.” Andra tersenyum tipis, menatap tajam ke arah Dave.
Hal itu tidak membuat Dave menjadi takut.
Dave menatap ke arah Leo dengan tajam, memberikan isyarat melalui kedua bola matanya. Leo mengangguk mengerti.
Leo menepis pistol yang ada di genggaman tangan Andra, yang tengah ia bidik tepat di kepala Cerin. Namun, pistol itu lagi dan lagi terpental jauh darinya, karena Leo menepis tangannya dengan cukup kuat.
“Maafkan aku, Tuan Besar. Aku harus membawamu pulang ke rumahmu dan tidak seharusnya keberadaanmu ada di sini.” ucap Leo sambil membawa Andra keluar dari dalam kamar Cerin dengan beberapa anak buah Dave lainnya.
Dave memasang wajah datarnya tanpa minat, ia memberikan perintah kepada anak buahnya yang lain untuk membawa pergi jasad wanita j*lang itu dari dalam ruangan.
“Bawa dia pergi, berikan jasadnya kepada singa kesayanganku, agar mereka semakin montok dan menggoda untuk dilihat.” ujarnya sambil memainkan alisnya kepada anak buah yang berdiri di ambang pintu.
“Baik, Bos. Akan kami lakukan untukmu.” Anak buah Dave tersenyum, lalu segera menjalankan tugas mereka.
Dave mendekat ke arah Cerin, ia membuka ikatan yang mengikat kaki dan tangan Cerin dengan cepat. Kemudian, pria itu membuka penutup mulut yang membungkam bibir Cerin.
“Maafkan aku. Aku tak bermaksud membuatmu dalam bahaya, maafkan aku, Cerin.” Dave merangkul Cerin masuk ke dalam pelukannya.
Cerin menangis, seluruh tubuhnya bergemetar hebat, ia takut jika sesuatu yang buruk terjadi lagi padanya. Kejadian ini kembali mengingatkannya pada Dave yang dulu kejam terhadapnya.
“Hei, jangan menangis lagi, ya. Aku tidak akan membuatmu dalam bahaya lagi.” ucap Dave lirih, ia mengelus pucuk kepala Cerin dengan lembut.
“Ke … kenapa kau membunuhnya, Dave?” Cerin terisak, kedua matanya menangkap sisa-sisa darah segar berceceran di lantai kamar.
“Dia tidak pantas untuk bersama denganku, aku benci dipaksa dengan orang tuaku, hanya dengan itu, aku bisa lepas dari paksaan orang tuaku, Cerin. Kau tahu? Aku sudah lelah, lelah untuk selalu hidup dalam bayangan aturan mereka.” lirih Dave pelan.
Cerin terdiam, ia sedikit merasa kasihan terhadap Dave. Dibalik sikapnya yang kejam, ternyata Dave adalah sosok laki-laki yang memiliki banyak masalah di kehidupannya sendiri.
“Tapi, Dave. Kau tidak pantas hanya menghakiminya saja,” ujar Cerin.
“Dia berhak atas kematiannya sendiri, karena dia telah menyentuhmu, aku tak akan membiarkan siapapun yang menyentuhmu dan membahayakanmu seujung kuku sekalipun, aku tak akan pernah membiarkanmu terluka.” Dave mengangkat wajah Cerin, ditatapnya bola mata Cerin dengan dalam. “Itu semua adalah hukuman untuknya karena telah berani menyentuhmu.”
Cerin terdiam, bola matanya terasa perih, air matanya mengalir dengan deras. Pria yang dikenalnya sosok iblis ternyata memiliki sisi lain, seperti bukan Dave yang ia kenal.
“Sudah, jangan menangis lagi, ok? Aku ada di sini untukmu dan anak kita.” ucap Dave, ia menyeka air mata yang mengalir dari sudut mata wanita itu.
***
Setelah menunggu Cerin untuk tidur di kamar utama yang jauh lebih luas dari kamar sebelumnya, Dave mengelus pucuk kepala Cerin. Ia tak tega harus meninggalkan Cerin lagi, tetapi ia harus menyelesaikan permasalahnya dengan ayahnya sendiri.
Sesudah memastikan Cerin terlelap, pria itu turun dari ranjang dan berjalan keluar dari dalam kamar. Ia mendapati Leo yang ada di lantai bawah.
Dave menelusuri anak tangga mendekat ke arah Leo.
“Di mana si tua bangka itu, Leo?” tanya Dave, pria itu berjalan mendekat ke arah Leo.
“Tuan besar telah dikembalikan ke mansion, Dave,” jawab Leo.
“Baik, ayo kita ke sana sekarang!” ajak Dave.
Kedua pria itu segera berjalan keluar dari dalam rumah itu, mobil telah dipersiapkan di depan halaman rumah, kedua pria itu masuk ke dalam mobil.
Anak buah Dave menutup pintu mobil dan segera masuk ke dalam mobil.
Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, menuju mansion papanya.
Sesampainya di kediaman Andra, Dave turun lebih dulu.
Ia bergegas masuk ke dalam, dengan rasa emosi yang membara, bagaikan bom yang bisa meledak kapan saja.
“Andraaaaaa!” teriak Dave marah, memanggil nama papanya sendiri.
Semua pelayan dan orang yang ada di mansion keluar, karena suara Dave yang begitu besar membuat telinga semua orang di dalam mansion menjadi kurang nyaman.
“Ada apa, Nak?” Asa terkejut, kenapa putranya datang dengan keadaan emosi.
“Di mana pria tua itu?” tanya Dave secara langsung, ia malas jika harus memperpanjang pembicaraan.
“Papamu yang kau maksud, Dave?” tanya Asa bingung.
“Jika bukan dia, siapa lagi, Maa?” Dave menggeram marah.
“Papamu … Ah, itu dia.” Asa menunjuk Andra yang berada di lantai atas, tampak segera ingin turun ke bawah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Rosmawati Intan
marah betul dave nya.sama org tua nya
2021-07-14
0
Wendry Sinaga
cerita ya sangat kejam
2021-07-12
0
Haryati Atik Atik
mantap
2021-07-11
0