Dave berdiri di depan Cermin di dalam kamar Cerin.
Ia akan menghadiri undangan acara makan malam dari Mr. Johan—rekan bisnisnya.
“Kau akan ke mana, Dave?” tanya Cerin heran, pria itu tampak rapi dan gagah menggenakan stelan jasnya.
“Kau mau ikut?” tawar Dave, melirik ke arah Cerin.
“Tidak, aku hanya bertanya padamu, kau hendak ke mana?” tanya Cerin lagi, karena sejujurnya ia ingin sekali mengetahui Dave akan pergi ke mana.
“Aku ingin bertemu dengan rekan bisnisku, aku tidak akan lama, secepatnya aku akan kembali.” Dave tersenyum tipis, menatap Cerin.
Cerin mengangguk mengerti, sambil mengunyah cemilan yang ada di tangannya, entah apa yang terjadi pada dirinya. Terkadang, berada di dekat Dave sangat membuatnya muak, dan terkadang, jauh dari Dave membuatnya sedih.
Apakah itu bawaan dari bayinya? Entahlah, ia pun tak mengerti sama sekali.
“Aku pergi, jaga dirimu. Ingatlah, aku akan kembali kemari, aku tidak akan meninggalkanmu dengan lama.” ujar Dave pelan, tanpa sadar, pria itu mengecup pelan kening Cerin.
Cerin terdiam di tempat, ia tak berkata apa-apa, matanya membulat penuh—terkejut. Sebisa mungkin Cerin menutupi rasa terkejutnya.
“Baiklah, silakan pergi.” Cerin tersenyum.
Dave tersenyum tipis, lalu ia bergegas keluar dari rumah mewah itu menuju teras rumah, terlihat beberapa anak buahnya telah menunggu, pintu mobil telah terbuka, mempersilakan ia untuk masuk.
“Jaga rumah ini, jangan biarkan satupun yang mengusik ketenangan Nyonya Muda kalian.” perintah Dave dengan wajah datarnya, ia masuk melangkah ke dalam mobil. Ia memperhatikan semua anak buahnya menunduk, memberikan hormat.
Pria itu harus memberikan penjagaan yang ketat untuk Cerin agar ia tak terluka, jujur saja, Dave takut jika Cerin ikut terseret di dalam masalahnya.
Ia tahu betul siapa Andra, pria tua bangka itu akan selalu mencari cara agar dirinya mengikuti kemauannya.
Sungguh membuat Dave ingin mencabik-cabik kulit tubuhnya sampai tak tersisa lagi, namun apalah daya, pria tua bangka itu adalah ayahnya sendiri.
Mobil yang membawanya melanju dengan pelan, menuju sebuah hotel yang berada di Kota Las Vegas, Amerika Serikat.
Dave meraih ponselnya, hendak menghubungi sang Asisten pribadinya—Leo.
Panggilan terhubung.
“Kau di mana?” tanya Dave memasang wajah datarnya.
“Di mansion, Dave. Ada apa?” tanyanya balik dari dalam ponsel.
“Kau tahu bahwa aku memasang kamera pengintai di sudut ruangan manapun di rumah itu bukan? Kuminta padamu awasi kamera pengintai itu selama aku pergi dari sana. Kupinta padamu, kabarin kepadaku apapun yang terjadi, setiap perkembangan selama aku tak berada di rumah itu.” perintah Dave dingin.
“Baik, akan kulakukan untukmu, Dave.” ujar Leo.
Mendengar jawaban Leo, membuat hati Dave sedikit merasa legah, ia menghela nafas panjang, lalu memutuskan panggilan dan kembali meletakkan ponselnya ke dalam saku celananya.
Tak lama kemudian, mobil yang membawanya telah sampai di salah satu Hotel bintang lima yang amat terkenal di Kota itu sendiri.
Anak buahnya turun terlebih dahulu untuk membukakan pintu mobil, “Silakan, Bos. Kita sudah sampai.”
Dave merapikan jasnya, lalu turun dan bergegas masuk ke dalam Hotel, diikuti oleh para anak buahnya.
“Hi, Dave.” Mr. Johan mengulurkan tangannya ke arah Dave.
“Hi, Mr,” Dave menerima jabatan tangan itu, mereka berpelukan sesaat.
“You are okay, Dave?” tanya Mr. Johan pada Dave.
“Yes, i am okay, Mr,” jawab Dave tersenyum tipis.
“How about your business, Dave?” tanyanya sambil memberikan Dave sebotol minuman keras.
“Y**es, all my business until now has been safe,” ujarnya lirih, sambil meneguk segelas minuman ber-alkohol di tangannya.
“Baguslah jika begitu, Dave. Bagaimana dengan wanita? Apakah kau tidak tertarik untuk mencari pengganti istrimu?” tanya Mr. Johan langsung pada Dave, karena sebenarnya niatnya untuk menjodohkan Dave dengan anaknya.
“Tidak, aku sama sekali tidak berminat untuk mencari pengganti Anha. Tapi, aku akan memcari tempat di mana aku merasa nyaman,” jawab Dave menatap tajam ke arah Mr. Johan.
Ia yakin, pria tua itu pasti mempunyai maksud sesuatu dibalik pertanyaannya.
“Kau betah dengan statusmu yang menyandang gelar duda, Dave?” sindir Mr. Johan.
Dave merasa terhenyak oleh kenyataan, benar adanya bahwa statusnya sebagai seorang duda, ia menahan kekesalannya terhadap pria tua di hadapannya. Jika bukan karena bisnis, mungkin ia akan melenyapkan Johan sekarang juga, tanpa berpikir panjang.
“Kau tau? Meskipun aku duda, masih banyak yang ingin bersama denganku. Bahkan mereka akan sangat bersuka rela naik ke ranjangku tanpa meminta imbalan apapun.” cibir Dave sinis, ia tidak suka direndahkan.
Johan tersenyum kecut, ia merasa kalah telak dibuat oleh Dave. Rekannya satu ini, sangat susah untuk dilabuhi, akankah rencana yang telah ia susun akan berantakan?
Argkh, yang benar saja. Batin Johan.
Dave memutuskan untuk pergi, ia sudah tak berselera lagi untuk makan malam bersama si tua bangka ini, rasanya sangat menyebalkan.
“Jika begitu, pertemuan kita kali ini sampai di sini saja, Mr. Aku izin pamit untuk pergi mengurus bisnisku yang lain.” Dave langsung melenggang pergi bersama anak buahnya meninggalkan Johan yang masih berdiam diri di tempatnya.
Pria itu pergi menuju mobilnya yang sudah terparkir rapi di depan pintu lobi Hotel, menyambut kedatangan pria itu.
Ia masuk ke dalam mobil, ia menghirup udara dengan dalam, lalu mencoba menetralkan emosi di dalam dirinya.
Ponselnya bergetar, membuatnya segera meraih ponsel itu. Terlihat nama Leo yang ada di layar ponsel.
“Ada apa?” tanya Dave langsung to the point.
“Gawat, Andra membawa wanita kemarin malam ke rumah yang di tempati oleh Cerin!” ujar Leo dengan panik.
“Apa?!” Dave terkejut, matanya membulat penuh, emosi sudah menguasai dirinya. “Hentikan Andra sekarang juga, aku akan kembali. Jangan sampai Andra dan wanita itu sedikitpun menyentuh bagian tubuh Cerin, meski sehelai rambut sekalipun jangan biarkan itu terjadi!”
Dave memutuskan panggilan, ia mengusap kasar wajahnya.
“Jalankan dengan cepat, sekarang kita kembali ke rumah utama!” perintah Dave kepada anak buahnya.
Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, sesuai permintaan dari Dave. Dave tampak menahan kesal di wajahnya, Andra kembali mengusik hidupnya.
Setelah sekian lama hidup tanpa adanya orang tua di sisinya, kini kembali lagi sosok orang tua yang begitu egois hanya mementingkan kebahagiaan sendiri, tanpa memikirkan kebahagiaan anaknya.
Setelah sampai di halaman rumah utama, Dave bergegas turun tanpa dibukakan pintu mobilnya, emosi telah menggebu-gebu di dalam dirinya.
“Andra … hentikan perbuatanmu!” teriak Dave kencang, suaranya menggema di seluruh ruangan, ia terus berjalan menelusuri anak tangga menuju kamar yang di tempati oleh Cerin.
Terlihat, kedua kaki dan tangan Cerin terikat, dan bibirnya dibungkam dengan penutup—Arzu yang melakukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
🌼♥️Lusi
Azru pengen benar jadi umpan singa
2021-11-25
0
Gg
hmmm
2021-07-19
0
Irawati Sinta Uli
kasian cerin
2021-07-18
1