DOKTER PIAO datang dengan beberapa pelayan. Meminta mereka untuk mengisi bak mandi dengan air hangat dan rebusan obat. Lalu sisanya keluar ketika pria tua itu memerintah.
Gu Yihao terbatuk cukup keras membuat Dokter Piao semakin khawatir. Ia menghampirinya untuk memberi denyut nadi. Tapi pandangannya jatuh ke meja nakas di sisi ranjang.
Matanya membelalak tak percaya. Ini ... bukan ilusinya ‘kan?
Dengan perasaan campur aduk, Dokter Piao segera mengambil benda itu.
Bunga api! Teriaknya dalam hati.
Setangkai bunga berwarna merah api masih terlihat segar, memiliki aroma yang lembut. Dia bahkan dengan senang hati menciumnya berkali-kali.
Tanpa sadar, ia hampir melupakan Gu Yihao yang terbaring sakit. Jika pria menyadarinya saat ini, pasti akan dipecat dari istana raja.
Menahan kegembiraannya, Dokter Piao menatap Gu Yihao dengan penuh energi. “Raja, apakah dua bawahan Anda sudah kembali?”
Gu Yihao menatapnya bingung. Mungkin saat ini penglihatannya semakin kabur, tapi untungnya masih memiliki pendengaran yang baik.
“Belum. Jika mereka kembali, pasti melapor padaku. Apa ada masalah?”
Sebenarnya dia tidak ingin menceritakan ada penyusup ke kamarnya. Sosok itu tidak jelas apa niatnya. Memberinya sebuah obat yang agak hambar, tubuhnya semakin hangat kali ini. Dia belum mati.
Jika diingat kembali apa yang dikatakan sosok itu, sepertinya tidak memiliki niat untuk membunuhnya. Kini, napasnya tidak berantakan seperti tadi dan rasa sakit itu mereda.
Dokter Piao mendesah dan memegang bunga api dengan sedikit gemeta. Dia sangat khawatir akan merusak bunga itu. Hanya satu kelopak saja, sudah rugi.
“Jika bukan keduanya lalu siapa yang menyimpan bunga api di meja nakas ini?”
“Bunga api apa?” Pria itu bahkan kebingungan.
“Bunga api yang bisa mendetox racun bunga es dalam tubuh Raja. Saya kira bawahan Anda sudah kembali.”
Gu Yihao tertegun. Bunga api ada di meja nakas?
Apakah sosok itu meletakkannya di sana sebelum pergi?
Saat beberapa kemungkinan ini benar, ia meminta Dokter Piao untuk memeriksa denyut nadinya yang tertunda.
Benar saja, dokter itu terkejut saat mengetahui jika tubuh Raja Yi sudah lebih baik dari sebelumnya. Terutama pada cedera kakinya yang begitu parah.
Setelah mendapatkan ijin untuk memeriksa kedua kaki pria itu, ada perubahan yang sangat baik. Awalnya lutut Gu Yihao memiliki bengkak biru kehitaman.
Lalu luka bekas panah di betis juga meradang akibat racun aneh yang menggerogoti. Tapi sekarang, lututnya yang bengkak sudah mengempis. Begitu pula dengan luka di betisnya juga mengering. Sekarang sedang proses pengelupasan.
Menyadari jika keheningan itu tidak normal, Gu Yihao menanyakan apa yang terjadi. Barulah Dokter Piao pulih dari keterkejutannya yang tidak pernah surut.
“Raja, bisakah Anda merasakan sesuatu di kedua kaki?” tanyanya.
“Ya, gatal dan sedikit nyeri.”
“Bisakah Raja jujur pada saya apa yang terjadi ketika sendirian?”
Gu Yihao terdiam untuk waktu yang lama dan memintanya untuk mandi obat lebih dulu. Penglihatannya tidak nyaman saat ini.
Dokter Piao membantunya untuk mencapai bak mandi dan membiarkannya berendam selama kurang lebih satu jam. Ketika waktu berlalu, air obat sudah mendingin. Dokter Piao kembali membantunya berpakaian dan duduk di kursi roda.
Penglihatan pria itu sudah mulai jernih. Dan semua hal di sekitarnya menjadi lebih jelas. Karena kondisinya membaik, maka tidak perlu minum obat lagi.
Dokter Piao menyerahkan bunga api itu padanya untuk mengonfirmasi kebenarannya. Belum lagi, ada beberapa botol eliksir di samping bunga itu ketika Dokter Piao memeriksa.
“Meminum obat ini selama satu minggu penuh, racun di kedua kaki Raja bisa dikeluarkan. Belum lagi, sekarang hanya meninggal sedikit radang. Setelah itu ... Raja bisa berjalan lagi perlahan.”
Penjelasan Dokter Piao tidak diragukan lagi adalah godaan manis. Seperti membujuk seorang anak untuk tidak lagi merajuk.
“Raja ini tahu.”
Gu Yihao membiarkan dokter itu untuk mengekstrak bunga api ini dan menyimpan tujuh botol kaca kecil berisi cairan eliksir.
Sekarang dia benar-benar penasaran dengan sosok yang menyusup ke kamarnya dan memberi ini semua. Suara itu, rasanya tidak asing. Meski sedikit lebih dewasa, tapi nada bicaranya yang manis masih terngiang.
Ia bercerita sedikit tentang seseorang yang menyusup itu dan memaksanya meminum obat. Kemungkin obat yang diminum paksa oleh Gu Yihao masih berhubungan dengan meredanya radang di kaki.
Sangat efektip dan hasilnya cepat. Seharusnya obat itu dibuat dengan sangat hati-hati dan penuh kesabaran. Belum lagi ramuan sulit didapat. Siapapun sosok berjubah itu, Dokter Piao akin pasti seorang ahli. Jika dia bertemu, sangat ingin belajar darinya.
Kemudian pria tua itu juga menyerahkan sebuah anting giok kecil berbentuk kepala kucing yang lucu. Walau hanya sebelah, tapi mungkin bisa menjadi petunjuk.
Antik giok itu dia temukan di dekat jendela, mungkin tak sengaja jatuh. Membiarkan pria itu beristirahat, Dokter Piao meninggalkan kamar.
Gu Yihao masih memperhatikan anting giok berbentuk kepala kucing. Pikirannya menjadi dalam. Dan dia tidak memikirkan hal lain selain kata ‘Mao’ terucap begitu pelan.
“Mao ...?” gumamnya langsung mengerutkan kening.
Di Negara Quentian ini, keluarga bangsawan dengan marga Mao sangat jarang. Dan hanya ada marga Qing di ibukota hanyalah keluarga tersisa yang masih hidup ... Qing Mao.
“Qing Mao?”
Mungkin saat ini, gadis yang dibicarakan tengah bersin ....
***
Saat pagi hari tiba, kediaman Qing Mao masih sepi. Gadis yang menjadi pelaku semalam kini masih meringkuk di balik selimut. Rambutnya tersebar di bantai, begitu halus.
Belum lagi ketika tidur, sia selalu waspada terhadap lingkungannya. Namun malam tadi dia begitu lelah dan mengantuk. Belum lagi begadang untuk membuat eliksir selama beberapa hari di cincin ruang.
Dia bahkan tidak sadar jika di sampingnya, Hyou ikut berbaring dan memperhatikan dengan seksama. Manusia ini benar-benar makhluk yang butuh tidur.
Ketika Qing Mao bangun, hanya ada ekpresi cuek dan berbalik memunggunginya, melanjutkan tidur. Barulah dia membuka matanya dan mengambil duduk, menatao laki-laki yang menyentuh ranjangnya.
“Keluar!”
Dia menendangnya sekuat tenaga hingga Hyou terjatuh dari tempat tidur. Belum lagi melemparkannya ke luar kamar. Suara pintu yang dikuncipun terdengar.
“....”
Hyou pulih dari rasa sakit di tubuhnya dan mengambil sapu tangan dari saku dalam baju. Setelah mengusap keringat dingin di dahi, ia mendesah sambil menatap pintu yang tertutup rapat.
“Ini sudah hampir siang. Jangan lupa sarapanmu.”
“Ya.” Gadis itu menjawab dengan nada malas.
Qing Mao sendiri kembali berbaring dan berguling beberapa kali. Ini masih musim dingin. Dia enggan untuk pergi jalan-jalan. Tapi mengingat salah satu antingnya hilang, ia cemas.
Semalam, dia menyadari antingnya hilang ketika melepas jubah dan bercermin. Hyou sudah membantunya mencari, namun tidak ditemukan. Dan mungkin saja terjatuh di perjalanan.
Mau tidak mau dia bangun dan membersihkan diri. Setelah sarapan dan memakai jubah hangat, ia pergi menyusuri rute semalam. Mungkin tertimbun salju. Jadi dia juga menggali di beberapa tempat.
Anting giok berbentuk kepala kucing itu tidak besar, tapi memiliki makna yang dalam baginya.
Anting itu dari jaman modern. Ia selalu memakainya untuk mewakili identitas, bahwa dirinya memiliki kode tentara ‘Mao’.
Saat sedikit lebih dekat dengan istana Raja Yi, ada keengganan. Tidak mungkin jatuh di halaman ‘kan? Jika dia tidak menemukannya, maka sia-sia saja usahanya selama ini. Dengan tekad yang besar, dia diam-diam mencari ke sekitar sana.
Memastikan tidak ada yang berjaga atau pengawal yang berkeliling, Qing Mao langsung menyapu bersih beberapa tempat. Tapi tidak berani untuk masuk ke halaman istana pria itu. Ia bisa saja ketahuan dan dituduh pencuri. Belum lagi, pria itu membencinya. Namun usahanya nihil. Anting itu sama sekali tidak ditemukan dan dia agak frustasi.
Tanpa dia sadari, dua bawahan Gu Yihao yang telah kembali dini hari tadi, sedang memperhatikannya dari bayang-bayang.
Seorang gadis yang menyingkirkan tumpukan salju di sekitar jalan setapak dan semak-semak. Lalu salah satunya turun dengan cepat, menghampiri pria yang ada di kursi roda, tak terlalu jauh dari keberadaan Qing Mao.
Tentu saja Gu Yihao sudah memiliki beberapa spekulasi dalam hatinya. Kemungkin besar pemilik anting itu akan datang diam-diam untuk mencari.
Memperhatikan anting di tangannya, Gu Yihao tidak berniat untuk memberikannya pada gadis itu. Sekarang dia sudah mengonfirmasi jikalau sosok kecil yang menyelinap ke kamarnya adalah Qing Mao. Dia ingat samar-samar tentang gadis itu. Dulu begitu menyukainya dan selalu mengekorinya dengan semangat.
Tapi dia juga membuatnya sakit hati dan tersinggung ketika memilih Nu Qingge sebagai tunangan. Dan mengatakan jika dia hanyalah gadis yatim piatu yang tidak pantas untuk menjadi selirnya.
...****************...
CATATAN PENULIS: Qing Mao dan Gu Yihao akan melakukan pendekatan di bab dua puluhan. Karena Author tidak bisa membuat keduanya langsung dekat begitu saja. Jadi mohon bersabar sama alurnya. Author juga berharap kalian paham sama Qing Mao yang memiliki kehidupan kedua di zaman kuno ini. Gak beda jauh sebenarnya dengan bereinkarnasi di tubuh orang lain. Hanya saja ini masih tubuh dan dirinya sendiri, tapi mewarisi ingatan masa kecil kehidupan zaman kuno.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Diah Susanti
di bantal thor, bukan di bantai
2023-05-04
0
Anonymous
sadis kata2 lu coy awas jilat ludah sendir
2023-04-12
0
@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡
karna benda nya begitu penting jadi di cari ehhhh malah ketahuan deh 😅😅😅
2022-09-23
0