Perjalan masih belum sampai, keduanya kembali diam. El menghadap keluar jendela dan larut dalam pikirannya. Semetara Aaron kembali fokus pada layar ponsel milik nya.
"Oh iya om? "
" Hem... "Aaron menjawab tanpa menoleh.
" Umur om sebenarnya berapa sih? "tanya El.
" Menurutmu? "Aaron menoleh pada El.
El berpikir sambil memangku dagunya," emm, 45? "tebaknya.
" Mana mungkin segitu. "Aaron protes.
" Oh salah ya? emmm... "El. kembali berpikir," 55 ya om? "El kembali menebak asal.
Sang supir nyaris tertawa, untung saja ia dapat menahan diri karena kalau tidak nyawa bisa saja langsung melanyang saat itu juga.
Aaron mendengus kesal," emangnya aku setua itu, El! apa kamu gak bisa liat dari wajah ku? "
El memperhatikan wajah Aaron dari jarak dekat, Aaron mudur sedikit, saat ini jantungnya begitu berdetak kencang, dengan cepat ia mendorong pelan tubuh Eliana.
" Apa sudah selesai? "lirih Aaron menetralkan diri.
" Belum... lagian aku mana bisa menebak umur om berapa? emangnya kuis tebak-tebakan? "celetuk El kembali duduk.
Aaron menarik nafas beratnya," 32..."
Spontan El langsung menoleh, Aaron membuang mukanya sedikit malu.
"Oh... "kemudian El menjawab hanya ber 'o ria saja. Kini Aaron yang menoleh pada Eliana.
" Udah gitu doang? "komentar Aaron tidak senang.
El menaikan sebelah alisnya, keningnya mengkerut menatap Aaron.
" Terus gue harus bilang WOW, gitu! "tutur El sambil memutar bola matanya.
Astaga, gadis ini. Aaron menghembuskan nafasnya kasar. Lalu kembali membuang muka dengan wajah masam.
" Puji dikit kek, bilang apa kek. Ini mah apa? Oh doang, menyebalkan! "gerutu Aaron bergumam.
Di usia umurnya yang sudah tua, namun wajah tua nya di balut dengan wajah tampan membuat wajahnya yang tua tak terlihat.
Sampai di sebuah kantor megah dengan dua gedung yang berjejeran menjelang tinggi. Sebuah mobil mewah berwarna hitam lekat itu berhenti tepat di depan pintu kantor. Sang supir bergegas membukakan pintu untuk tuannya, Aaron turun, lalu ia berdiri menunggu Eliana turun dari pintu yang ia keluar tadi. Tetapi gadis itu tidak begitu peka, jadi ia membuka pintu dari sampingnya dan keluar begitu saja kemudian melewati Aaron yang terdegung melihatnya.
"Woy, ngapain bengong di situ. Ayo masuk! "
Aaron memiringkan kepalanya menatap punggung Eliana yang sudah berjalan lebih dulu, sebenarnya ini kantor punya siapa? namun yang ngajak masuk siapa? Aaron menggeleng-geleng kepalanya lalu mengekor masuk kedalam kantor.
Semua pegawai sudah siap menyambut kedatangan bosnya dengan raut wajah senang dan penuh senyum terukir di bibir para pegawainya. "Selamat datang, tuan."
Aaron berjalan tegak dengan wajah datar, tanpa menjawab apa lagi tersenyum. Jarak 5 meter itulah yang tertulis di kontrak kerja, tak ada satu dari mereka berani mendekati Aaron kecuali karyawan lelaki.
Namun pada saat Aaron berjalan berdekatan dengan Eliana, seluruh karyawan tercengang dan menatap tak suka pada gadis berdiri di samping bos mereka. "Siapa gadis itu? ada hubungan apa sama tuan direktur? kenapa mereka dekat sekali?" begitu isi hati para karyawan wanita maupun pria yang hanya berani melirik kan matanya saja.
El menjelajahi lirikkan mata tak suka itu, tak ada rasa takut sama sekali, ia berjalan santai berlenggak- lenggok layaknya seorang model menuju arah lift yang diiringi oleh Aaron di sampingnya.
"Ayo masuk. "ajak Aaron menarik tangan El lembut masuk kedalam lift.
" Kyaaaaa.... aduh-aduh gue mau pingsan, tolongin dong.. " syok melihat direktur mereka mengandeng tangan seorang wanita.
" Mata gue lagi gak sliwer, 'kan? "
" Apa itu benar tuan, Aaron? "
Kaget, syok rasa tak percaya, begitu lah kesan para karyawan untuk pertama kalinya melihat bos meraka mengandeng tangan wanita. Rumor kantor sudah tersebar dari puluhan Abate mengatakan bahwa Aaron adalah seorang gay. Sebab itulah selalu menjaga jarak dari wanita dan selalu di keliling oleh pria. Penyakit Aaron menjadi rahasia, tak ada yang tau kecuali orang terdekat dan keluarga saja yang tau. Namun Aaron tidak ambil pusing tentang rumor yang beredar itu, toh nyatanya ia tidak gay hanya saja tidak bisa bersentuhan dengan kulit wanita.
"Om... "
" Hem. "
" Bisa lepas? "pinta El merasa tidak nyaman, Aaron masih memegang tangannya.
Aaron menyeringai, lalu ia mendekat dan El melangkah mundur hingga terpojok ke dinding.
" Kenapa? apa kamu tidak suka. "tanya Aaron berbisik, menyadarkan tubuh lebih dekat lagi, tangannya yang satu menyentuh dagu El dan menariknya sedikit keatas hingga terlihat jelas warna pupil berwarna biru keabuan itu pada Aaron.
" Om, jangan menyentuhku. "ujar El sedikit gugup.
Aaron tersenyum simpul, menarik bibirnya tipis lalu semakin mendekatkan tubuhnya dan kembali berisik," kenapa aku tidak boleh menyentuh kamu? padahal aku ingin melihat wajah kamu dari dekat!" hembusan nafasnya itu begitu berat terasa di telinga, jemari tangannya menyilakan helaian rambut yang menutup wajah El kebelakang telinga.
DEG!
Oh Tuhan, siapa saja tolong jantung Eliana saat ini.
"O-om, jangan macem macem ya. "sekuat tenaga El mendorong tubuh kekar itu menjauh darinya, jangan tanya dengan wajahnya merah bak kepiting rebus itu.
Aaron menahan senyum, senang telah menggoda Eliana saat ini. Pintu lift terbuka, Aaron melangkah lebih dulu barulah Eliana menyusul yang masih gugup dengan jantung terus berdetak kencang, bibir mengerucut menunduk.
Aaron terus melangkah hingga membuka pintu ruangan, "ayok masuk," ajak Aaron membukakan pintu untuk Eliana masuk.
El matanya menyapu melihat sekeliling hingga tubuhnya berputar terus memperhatikan setiap inci dalam ruangan.
"Lumayan besar, lebih besar dari kantor Daddy dan abang Alex, "El bergumam dalam hati. Melihat kursi yang dapat di putar membuatnya tersenyum, Ia melangkah lalu duduk laku memutar-mutar kursi tersebut dengan senang yang sering ia lakukan sewaktu di kantor Bram.
Aaron yang melihat hanya diam, jika Eliana bukan orang yang spesial dalam hatinya, mungkin sekarang ini sudah ia lemparnya ke luar gedung karena sudah berani duduk di kursi kekuasaannya. Tak ada yang berani duduk di sana bahkan ayahnya sendiri. Namun pada gadis itu Aaron tak mampu berkutik.
Aaron mengalah, lalu ia duduk di shopa sekarang dan membuka leptopnya.
"Om, ngapain ngajak aku ke sini? "
" Nggak apa-apa, hanya ingin kamu temani aku kerja, "jawabnya, El mengangguk.
Beberapa saat kemudian, seseorang membuka pintu dengan paksa dan menerobos masuk kedalam lalu mengebrak meja dan menatap Aaron dengan serius.
"Apa benar kamu datang bersama seorang gadis? "
Aaron acuh, ia terus melanjutkan kerjaannya tak peduli sang sahabat bertanya padanya.
" Aaron, gue lagi ngo.... "
Lelaki itu menghentikan ucapnya sesat matanya tak sengaja melihat seorang wanita duduk santai di kursi kekuasaan sahabatnya itu.
" A-Aaron, dia... "sahabat Aaron terbata-bata melihat El.
" Hem.. "jawab Aaron hanya berdehem saja.
" Alhamdulillah, Ya Allah... akhirnya sahabatku tidak jadi perjaka sampai tua. "seru nya duduk menekuk lututnya dengan mengangkat kedua tangan bersyukur.
Aaron mengeram kesal, ia melempar pulpen di tangannya dan mengenai kepala sahabatnya itu.
" Woy... "sahabatnya yang bernama Arkan itu mantap Aaron kesal. Demi siapa dia begini!
El tertawa ngakak melihat kelakuan Arkan," om, lagi ngapain? "tanya nya seraya tertawa menutup mulut dengan satu tangan.
" Om... gue di panggil om? "ucap Arkan menunjuk wajahnya sendiri menatap Aaron syok tak percaya ada yang memanggil dirinya om.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Nona Logo
El mmng paling keren ,bisa membuat Aaron bucin. lanjut Thor.
2021-04-24
0
uhuuuyyy
yaa Alloh smpek sakit perutku baca nya
2021-02-21
0
Tri Hartatik
ngakak Thor😂😂
2021-02-09
0