CINTA Yang BERHARGA
Kenalkan, aku Jelita. Tidak ada yang spesial dari diriku, semuanya bagiku biasa saja. Tapi mereka sering berkata jika aku memiliki paras yang cantik.
Berkali kali aku bercermin, tak pernah kudapati sisi cantik itu. Karena jujur saja, aku tidak pernah bisa menghafal bentuk wajahku sendiri sampai aku bisa mengingatnya dan berkata, Iya aku cantik.
Hidupku pun normal dan berjalan lancar. Hingga, suatu hari musibah itu merenggut nyawa Ayahku.
Sebuah kecelakaan beruntun yang terjadi saat itu mampu merenggut nyawa Ayahku. Kesedihan, Kehilangan, dan Rasa kecewaku karena belum mampu membahagiakannya.
Tidak terasa waktu sudah lama berlalu. Aku dan ibu bekerja membanting tulang untuk menghidupi adik adikku.
Saat ini, aku sedang kuliah sambil bekerja. Tidak ada pilihan lain, kecuali bekerja sekeras mungkin.
Aku bekerja paruh waktu di Cafe milik pamanku. Meski dia adalah adik Ayahku, tak lantas membuat aku mendapat perlakuan istimewa. Sebagai karyawan, aku di perlakukan seperti karyawan yang lain.
Itulah caranya mendidik ku, untuk membedakan antara bisnis dan keluarga. Paman Lukman adalah pribadi yang baik dan hangat. Aku menganggapnya sebagai pengganti Ayah, karena nasihat nasihatnya yang selalu membimbingku ke arah yang baik.
,🐇🐇🐇🐇
"Totalnya Rp.125.000" Ucap Jelita sambil membacakan nominalnya.
"Tidak salah? Ini hanya kopi Loh mbak. Mbak sengaja nih, Naik naikin harga." Kata seorang pria paruh baya yang berdiri di hadapannya dengan setelan baju khas sopir.
"Bapak, saya tidak menaikkan harga. Ini sudah harga yang sebenarnya. Jika bapak keberatan, bapak bisa membatalkan pesanan, dan silahkan pergi." Jawab Jelita sambil menunjuk pintu keluar di iringi senyum tipis dan suara lembutnya.
"Apa katamu? Kamu kira saya tidak mampu bayar?" Bentak si bapak dengan nada tinggi.
Semua orang di dalam Cafe melihat ke arah mereka. Sementara Jelita masih dengan sabar menghadapi si bapak.
"Bukan begitu Bapak, tapi saya hanya memberikan solusi untuk bapak. Harga disini memang segitu untuk dua cup coffee. Kasihan yang di belakang bapak sudah pada mengantre." Kata Jelita dengan sopan.
"Halah di warung pinggir jalan, kopi seperti ini hanya 5000." Celetuk si bapak dengan nada kesal.
Masuklah seorang pria yang tinggi gagah dengan kaca mata hitam sambil menenteng jas masuk kedalam Cafe.
"Pak Eko, kenapa lama sekali?" Tanya Leo (Laki laki tampan yang baru saja masuk kedalam Cafe tadi)
"Ini pak, masa hanya dua gelas kopi saja mahal sekali." Keluh pak Eko sambil menggernyitkan dahinya dan melirik tajam Jelita.
"Oh, Maafkan dia. Dia sopir baru saya, Berapa semuanya?" Kata Leo dengan ramahnya sambil menarik kartu kredit dari dalam dompetnya.
Jelita mengangguk angguk paham sambil kembali lagi ke meja kasir. Perdebatan tadi terpaksa membuat kerja Jelita terhenti karena tidak ingin menahan antrian para pembeli.
"Makasih Nit, udah gantiin aku. Dasar bapak bapak nyebelin!" Keluh Jelita dengan wajah cemberut dan masih memegang kartu kredit milik Leo.
"Sabar Ta, Baru pertama kali jajan di tempat seperti ini bapak itu." Jawab Nita menenangkan Jelita yang sudah manyun.
Selesai menggesek kartu kredit milik Leo, Jelita lalu menghampiri meja Leo sambil memberikan pesanan kopi dan mengembalikan kartu kreditnya.
"Makasih, Maaf ya sudah merepotkan. Ini uang tips buat kamu. Anggap saja sebagai pengganti kerugianmu tadi." Kata Leo sambil memberikan uang seratus ribu rupiah kepada Jelita.
Sontak saja mata jelita langsung berbinar dan terlihat gembira.
"Makasih, Pak. Terimakasih!" Kata Jelita sambil menunduk beberapa kali.
Jelita kembali bekerja dengan wajah riangnya lagi.
"Kalau udah sama duit aja, senengnya." Ledek Nita.
"Iyalah, Lumayan bisa buat beliin daging ibu. Sudah lama kami tidak makan daging." Jawab Jelita dengan wajah bahagia.
🐇🐇🐇🐇🐇
"Pak, besok lagi jangan bikin saya malu ya. Di lihat dulu harganya, jangan seenaknya main tunjuk orang." Kata Leo sambil menatap jendela luar.
"Iya boss." jawab pak Eko.
"Seratus ribu yang saya kasih untuk pelayan cafe tadi, saya potong dari gaji bapak bulan ini. Ini sebagai pelajaran untuk bapak." Kata Leo dengan lugas.
Suasana di dalam mobil benar benar membuat pak Eko menjadi panas dingin.
Semenjak kejadian itu, dua bulan berlalu. Leo tidak pernah terlihat lagi mengunjungi cafe tempat jelita bekerja.
"Sudah dua bulan ya Ta. Tidak ada si om om yang memberi uang tips itu lagi?" Celetuk Nita asal.
"Iya. Mungkin dia punya langganan cafe lain." jawab Jelita dengan wajah datar dan tetap fokus bekerja.
Terdengar suara pintu terbuka. Masuklah pak Eko sambil membantu Leo yang kini berjalan pincang dengan bantuan tongkat yang terselip di ketiaknya.
"Eh, itu kan?" Kata Nita sambil mencolek Jelita.
Jelita melihatnya dengan seksama. Leo nampak pucat, dengan kaki yang di balut perban. Tanpa sadar, Jelita berjalan begitu saja meninggalkan meja kasir dan menghampiri Leo.
"Mari silahkan duduk pak, Mau pesan apa?" Kata Jelita sambil membantu Leo untuk duduk dan menanyakan pesanan sebagai awal perbincangan.
"Kamu, Masih ingat dengan saya?" Ucap Leo.
"Jelas ingatlah, uang tips seratus ribu kok lupa. Edan opo?" Gumam Jelita.
"Apa katamu?" Kata Leo.
"Oh, tidak pak. Iya saya masih ingat dengan bapak dan pak supir yang membuat keributan ini." Jawab Lita sambil melirik tajam pak Eko.
Leo tersenyum simpul sambil memperhatikan keduanya yang saling beradu mata laser.
"Pesan black forest sama coklat hangat sama satu lagi kopi americano satu." Kata Leo yang membuat tatapan laser itu terhenti.
Jelita memberlakukan Leo dengan spesial hari itu karena keadaan Leo yang cedera. Sebenarnya Cafe itu sudah self service. Tapi keadaan Leo membuat Jelita spontan saja mau melakukan semua itu.
🐇🐇🐇🐇
Leo tersenyum senyum sendiri mengingat kembali kejadian saat jelita membantunya berdiri dan memapahnya.
"Si boss, sudah mulai gila setelah terjatuh dari tangga tadi. Sudah mulai senyum senyum sendiri." Batin pak Eko sambil melihat kaca spion dalam.
dert.... dert....! ponsel Leo bergetar.
Leo mengabaikannya dan membalik ponselnya.
Dert......dert....! Ponselnya bergetar lagi dengan nama penelpon yang beda. Lagi lagi Leo mengabaikannya.
"Pak, bapak sudah menikah?" Tanya Leo tiba tiba.
"Sudah pak boss. Sudah yang ke 4 kali." Jawab pak Eko dengan sedikit menyombongkan diri.
"Apa, 4 kali? Sebanyak itu?" kata Leo heran.
"Iya pak boss. yang pertama kami bercerai baik baik, yang kedua berselingkuh dengan suami orang. Yang terbaik yang 3 tetapi tidak berumur panjang. Dan yg sekarang semoga yg terakhir sampai mati."Jawab pak Eko dengan jujur.
Leo mengangguk paham.
"Emmm, bapak ada cara untuk membuat wanita yang mengejar ngejar laki laki berhenti?" Tanya Leo serius.
"Ada, Menikah. Kalau status kita sudah berubah. Biasanya mereka akan berhenti, kecuali jika..." kata pak Eko yang menggantung ucapannya.
"Jika apa pak?"
"Jika diantara mereka timbul niat tercela untuk berselingkuh." Jawab pak Eko.
"Menikah, menikah...., menikah....." Gumam Leo sambil mengetuk ngetuk dahinya dengan telunjuk.
Mampir juga disini ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Bintang mehong
Kapan2 mampir🙏baru pemula bikin cerita nya 😁
2021-04-11
0
lilyreum
Mampir juga di karya lilyreum yang lain ya. " Agus D Luna "
Terimakasih sudah Sudi mampir 🙏😊
2021-03-11
1
nay
permisi thor
izin +favorit ya
permisi numpang promot
Pengantin Don Juan
silahkan mampir
terima kasih 🙏🙏
2021-03-10
2