"Aku ga mau berangkat kerja! Kamu kenapa sih Sayang, ga seneng banget aku di rumah? Kenapa jijik liat muka Mas?" Tanya Leo dengan nada naik satu oktaf.
"Bukan Mas, bukan. Masa iya aku jijik liat muka Mas. Kemaren aja aku ngidamnya pengen ketemu sama Mas terus." Jawab Jelita memberikan penjelasan.
"Terus kenapa? Aku curiga ya sama kamu. Jangan Jangan?" Ucap Leo menggantung.
"Mas, ga baik mikir yang aneh aneh." Ucap Jelita.
"Terus, kamu kenapa sih ga mau aku temenin di rumah. Ada apa? bilang sama Mas dong. Mas ga mau ada kesalahpahaman lagi diantara kita sayang. Bilang aja." Ucap Leo sambil mengusap wajah istrinya.
"Ga ga apa apa, ga ada apa apa. Aku bikin jus dulu ya. Mas mau?" Tanya Jelita mengalihkan pembicaraan.
"Mau, yang sama dengan punya kamu ya sayang." Ucap Leo.
Jelita memutar badannya, berbalik dan mulai berjalan perlahan. Tangganya memijit sendiri pinggangnya sambil berjalan. Sesekali bibir Jelita seperti meringis menahan nyeri.
Leo memperhatikan gerakan Jelita sebentar, lalu melanjutkan kegiatannya mengerjakan beberapa dokumen di laptopnya.
Tak berselang lama, Jelita datang membawa jus wortel. Leo menutup hidungnya ketika jus wortel itu semakin mendekat.
Wajah Leo berubah menjadi tidak nyaman, ekspresi wajah Leo sungguh menunjukkan ketidak sukaan.
"Sayang, kenapa jus itu sih? Bau tau." Celetuk Leo sambil menutup hidungnya.
"Kenapa? ini enak loh Mas. Sini geh cobain." Ucap Jelita mempromosikan jus buatannya.
Leo menggeleng cepat dan beranjak dari duduknya.
Jelita menaruh nampan jus itu di meja, ketika dia akan kembali berdiri Jelita berhenti cukup lama dalam posisi badan membungkuk. Leo mengernyitkan dahinya dan mendekati Jelita.
"Kamu kenapa sayang?" Tanya Leo khawatir.
"Sakit, Mas!" Rintih Jelita sambil menitikan air mata.
Leo yang kebingungan lalu membantu Jelita untuk duduk perlahan. Jelita menahan sakit dengan menggigit bibir bawahnya dan memejamkan matanya. Tangis itu terdengar sesekali.
"Apanya yang sakit sayang? Bilang sama Mas." Ucap Leo yang cemas dan menatap lekat wajah Jelita.
"ini Mas." Jawab Jelita sambil menunjukkan pinggangnya.
"Biasanya di kasih apa?Minum obat ya, Atau mau Mas Elus? " Tanya Leo kebingungan.
" Ambilkan koyok di bawah selipan bajuku Mas. Di lemari paling atas." Kata Jelita yang sudah tidak mampu menahan rasa sakitnya.
Leo segera mengambil koyok di tempat yang di katakan oleh Jelita. Betapa terkejutnya Leo ketika merogoh sangat banyak koyok dan krim pereda nyeri yang tersimpan di bawah tumpukan baju.
Leo lalu memasang koyok di pinggang Jelita dan mengusapnya perlahan. Dengan lembut dan penuh perhatian.
"Sejak kapan kamu menahan sakit seperti ini Sayang?" Tanya Leo dengan pandangan kosong.
"Tapi Mas jangan marah ya." Jawab Jelita lirih.
Leo mengangguk.
"Sejak awal kehamilan. Aku kira hanya nyeri karena akan datang haid. Ternyata bukan. Dan setiap bulan semakin bertambah sakit." Jawab Jelita dengan jujur.
"Kalau begitu tadi Malam?" Ucap Leo dengan rasa bersalah dalam hatinya.
"Mas, sudah kewajiban ku memenuhi kebutuhanmu. Jadi kamu jangan merasa bersalah ya. Lagipula, semalam tidak terlalu keras. Jadi tidak sebegitu sakit." Jawab Jelita dengan mengusap usap lembut tangan Leo lalu mengecupnya.
"Sayang, kenapa kamu ga bilang. Aku pikir hanya nyeri nyeri biasa. Tapi nyatanya kamu sampai menangis seperti ini. Ini berarti sangat sakitkan?" Tanya Leo.
Jelita ingin duduk, tapi itu amatlah sakit. Jelita merintih kesakitan.
"Sudah, jangan bangun dulu. Maafkan Mas ya, harusnya sedari awal Mas mendampingi kamu. Tapi malah Mas mengurusi masa lalu Mas dan merusak masa depan Mas." Ucap Leo menyesal.
"Cium aku Mas." Ucap Jelita tiba tiba.
Leo menurut dan mengecup bibir istrinya.
Cup!
"Sayang, sudah. Jangan bicarakan kebodohan kita lagi. Kebodohanku karena terlalu cemburu dan kebodohanmu yang mengutamakan masa lalu." Ucap Jelita.
"Sakit ini, sudah menjadi resiko ku. Tak perlu ada yang di sesali. Cukup kita jalani. Demi mereka, Demi kalian dan demi kita." Ucap Jelita.
Leo yang mendengar ucapan istrinya menjadi terenyuh dan dengan gemasnya menciumi wajah Jelita.
"Makasih sayang, Maafkan Mas ya!"
🍄🍄🐣🍄🍄🐇🐇🐇
Ting tung!"
Ting tung!
Ting tung!
"Ya, sebentar!" Sahut Jelita yang kesusahan hendak berdiri.
"Ga usah, kamu duduk aja sayang. Aku aja yang buka. Paket aku Dateng kayaknya." Ucap Leo.
Sebuah bungkusan besar datang. Leo membawanya keruang tamu dimana jelita masih berbaring.
"Paket apa Mas? kenapa besar sekali?" Tanya Jelita sambil mengusap lembut wajahnya.
Leo membukanya dan menunjukkannya kepada Jelita.
"Tara!" seru Leo dengan antusias.
Jelita terbelalak melihat isi paket itu.
"Mas, buat apa beli kursi roda? Aku ga lumpuh Mas. Cuma butuh istirahat aja." Kata Jelita sambil menggeleng tidak percaya.
"Ga papa. Biar kamu ga kecapekan." Jawab Leo.
"Tapi alat dokter juga disuruh sering jalan jalan kan?" Sahut Jelita.
" Iya udah besok kita jalan jalan. Kamu mau jalan jalan kemana, Eropa, Jepang, USA, atau korea?" Tanya Leo.
"Bukan yang jalan jalan seperti itu Papa sayang! Jalan jalan kecil, keliling taman atau komplek gitu pagi pagi" Ucap Jelita menjelaskan.
"Ya, berarti ini masih bisa di pakai kalau kamu di rumahkan?" Kata Leo membujuk jelita.
" Mas, udah deh jangan maksa. Aku ga mau pakai itu ya. Aku ga lumpuh, hanya lagi susah jalan saja." Ucap Jelita bersikeras.
"Oke! Mas taruh di kamar tamu aja." Ucap Leo yang malas adu argumen.
Seharian Jelita hanya berbaring dan menonton TV.
"Udah, pokoknya dari sekarang sampai anak kita lahir. Aku akan diem di rumah nemenin kamu. Ga ada penolakan atau usulan.!" Ucap Leo memutuskan keputusan dan berlalu pergi sebelum jelita sempat berkata apapun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Anita Jenius
Hadir kak..
10 like buatmu.
Mari kita saling dukung.
Semangat up terus ya..
2021-03-23
0