NovelToon NovelToon

CINTA Yang BERHARGA

1. Awal jumpa

Kenalkan, aku Jelita. Tidak ada yang spesial dari diriku, semuanya bagiku biasa saja. Tapi mereka sering berkata jika aku memiliki paras yang cantik.

Berkali kali aku bercermin, tak pernah kudapati sisi cantik itu. Karena jujur saja, aku tidak pernah bisa menghafal bentuk wajahku sendiri sampai aku bisa mengingatnya dan berkata, Iya aku cantik.

Hidupku pun normal dan berjalan lancar. Hingga, suatu hari musibah itu merenggut nyawa Ayahku.

Sebuah kecelakaan beruntun yang terjadi saat itu mampu merenggut nyawa Ayahku. Kesedihan, Kehilangan, dan Rasa kecewaku karena belum mampu membahagiakannya.

Tidak terasa waktu sudah lama berlalu. Aku dan ibu bekerja membanting tulang untuk menghidupi adik adikku.

Saat ini, aku sedang kuliah sambil bekerja. Tidak ada pilihan lain, kecuali bekerja sekeras mungkin.

Aku bekerja paruh waktu di Cafe milik pamanku. Meski dia adalah adik Ayahku, tak lantas membuat aku mendapat perlakuan istimewa. Sebagai karyawan, aku di perlakukan seperti karyawan yang lain.

Itulah caranya mendidik ku, untuk membedakan antara bisnis dan keluarga. Paman Lukman adalah pribadi yang baik dan hangat. Aku menganggapnya sebagai pengganti Ayah, karena nasihat nasihatnya yang selalu membimbingku ke arah yang baik.

,🐇🐇🐇🐇

"Totalnya Rp.125.000" Ucap Jelita sambil membacakan nominalnya.

"Tidak salah? Ini hanya kopi Loh mbak. Mbak sengaja nih, Naik naikin harga." Kata seorang pria paruh baya yang berdiri di hadapannya dengan setelan baju khas sopir.

"Bapak, saya tidak menaikkan harga. Ini sudah harga yang sebenarnya. Jika bapak keberatan, bapak bisa membatalkan pesanan, dan silahkan pergi." Jawab Jelita sambil menunjuk pintu keluar di iringi senyum tipis dan suara lembutnya.

"Apa katamu? Kamu kira saya tidak mampu bayar?" Bentak si bapak dengan nada tinggi.

Semua orang di dalam Cafe melihat ke arah mereka. Sementara Jelita masih dengan sabar menghadapi si bapak.

"Bukan begitu Bapak, tapi saya hanya memberikan solusi untuk bapak. Harga disini memang segitu untuk dua cup coffee. Kasihan yang di belakang bapak sudah pada mengantre." Kata Jelita dengan sopan.

"Halah di warung pinggir jalan, kopi seperti ini hanya 5000." Celetuk si bapak dengan nada kesal.

Masuklah seorang pria yang tinggi gagah dengan kaca mata hitam sambil menenteng jas masuk kedalam Cafe.

"Pak Eko, kenapa lama sekali?" Tanya Leo (Laki laki tampan yang baru saja masuk kedalam Cafe tadi)

"Ini pak, masa hanya dua gelas kopi saja mahal sekali." Keluh pak Eko sambil menggernyitkan dahinya dan melirik tajam Jelita.

"Oh, Maafkan dia. Dia sopir baru saya, Berapa semuanya?" Kata Leo dengan ramahnya sambil menarik kartu kredit dari dalam dompetnya.

Jelita mengangguk angguk paham sambil kembali lagi ke meja kasir. Perdebatan tadi terpaksa membuat kerja Jelita terhenti karena tidak ingin menahan antrian para pembeli.

"Makasih Nit, udah gantiin aku. Dasar bapak bapak nyebelin!" Keluh Jelita dengan wajah cemberut dan masih memegang kartu kredit milik Leo.

"Sabar Ta, Baru pertama kali jajan di tempat seperti ini bapak itu." Jawab Nita menenangkan Jelita yang sudah manyun.

Selesai menggesek kartu kredit milik Leo, Jelita lalu menghampiri meja Leo sambil memberikan pesanan kopi dan mengembalikan kartu kreditnya.

"Makasih, Maaf ya sudah merepotkan. Ini uang tips buat kamu. Anggap saja sebagai pengganti kerugianmu tadi." Kata Leo sambil memberikan uang seratus ribu rupiah kepada Jelita.

Sontak saja mata jelita langsung berbinar dan terlihat gembira.

"Makasih, Pak. Terimakasih!" Kata Jelita sambil menunduk beberapa kali.

Jelita kembali bekerja dengan wajah riangnya lagi.

"Kalau udah sama duit aja, senengnya." Ledek Nita.

"Iyalah, Lumayan bisa buat beliin daging ibu. Sudah lama kami tidak makan daging." Jawab Jelita dengan wajah bahagia.

🐇🐇🐇🐇🐇

"Pak, besok lagi jangan bikin saya malu ya. Di lihat dulu harganya, jangan seenaknya main tunjuk orang." Kata Leo sambil menatap jendela luar.

"Iya boss." jawab pak Eko.

"Seratus ribu yang saya kasih untuk pelayan cafe tadi, saya potong dari gaji bapak bulan ini. Ini sebagai pelajaran untuk bapak." Kata Leo dengan lugas.

Suasana di dalam mobil benar benar membuat pak Eko menjadi panas dingin.

Semenjak kejadian itu, dua bulan berlalu. Leo tidak pernah terlihat lagi mengunjungi cafe tempat jelita bekerja.

"Sudah dua bulan ya Ta. Tidak ada si om om yang memberi uang tips itu lagi?" Celetuk Nita asal.

"Iya. Mungkin dia punya langganan cafe lain." jawab Jelita dengan wajah datar dan tetap fokus bekerja.

Terdengar suara pintu terbuka. Masuklah pak Eko sambil membantu Leo yang kini berjalan pincang dengan bantuan tongkat yang terselip di ketiaknya.

"Eh, itu kan?" Kata Nita sambil mencolek Jelita.

Jelita melihatnya dengan seksama. Leo nampak pucat, dengan kaki yang di balut perban. Tanpa sadar, Jelita berjalan begitu saja meninggalkan meja kasir dan menghampiri Leo.

"Mari silahkan duduk pak, Mau pesan apa?" Kata Jelita sambil membantu Leo untuk duduk dan menanyakan pesanan sebagai awal perbincangan.

"Kamu, Masih ingat dengan saya?" Ucap Leo.

"Jelas ingatlah, uang tips seratus ribu kok lupa. Edan opo?" Gumam Jelita.

"Apa katamu?" Kata Leo.

"Oh, tidak pak. Iya saya masih ingat dengan bapak dan pak supir yang membuat keributan ini." Jawab Lita sambil melirik tajam pak Eko.

Leo tersenyum simpul sambil memperhatikan keduanya yang saling beradu mata laser.

"Pesan black forest sama coklat hangat sama satu lagi kopi americano satu." Kata Leo yang membuat tatapan laser itu terhenti.

Jelita memberlakukan Leo dengan spesial hari itu karena keadaan Leo yang cedera. Sebenarnya Cafe itu sudah self service. Tapi keadaan Leo membuat Jelita spontan saja mau melakukan semua itu.

🐇🐇🐇🐇

Leo tersenyum senyum sendiri mengingat kembali kejadian saat jelita membantunya berdiri dan memapahnya.

"Si boss, sudah mulai gila setelah terjatuh dari tangga tadi. Sudah mulai senyum senyum sendiri." Batin pak Eko sambil melihat kaca spion dalam.

dert.... dert....! ponsel Leo bergetar.

Leo mengabaikannya dan membalik ponselnya.

Dert......dert....! Ponselnya bergetar lagi dengan nama penelpon yang beda. Lagi lagi Leo mengabaikannya.

"Pak, bapak sudah menikah?" Tanya Leo tiba tiba.

"Sudah pak boss. Sudah yang ke 4 kali." Jawab pak Eko dengan sedikit menyombongkan diri.

"Apa, 4 kali? Sebanyak itu?" kata Leo heran.

"Iya pak boss. yang pertama kami bercerai baik baik, yang kedua berselingkuh dengan suami orang. Yang terbaik yang 3 tetapi tidak berumur panjang. Dan yg sekarang semoga yg terakhir sampai mati."Jawab pak Eko dengan jujur.

Leo mengangguk paham.

"Emmm, bapak ada cara untuk membuat wanita yang mengejar ngejar laki laki berhenti?" Tanya Leo serius.

"Ada, Menikah. Kalau status kita sudah berubah. Biasanya mereka akan berhenti, kecuali jika..." kata pak Eko yang menggantung ucapannya.

"Jika apa pak?"

"Jika diantara mereka timbul niat tercela untuk berselingkuh." Jawab pak Eko.

"Menikah, menikah...., menikah....." Gumam Leo sambil mengetuk ngetuk dahinya dengan telunjuk.

Mampir juga disini ya

2. Kencan Buta

Maaf semuanya jika cerita ini tidak berkenan di hati kalian. Aku tidak memaksa kalian untuk membaca cerita ini. Jika tidak suka silahkan pergi🙏.

Sejatinya, setiap manusia di ciptakan berpasang-pasangan. Maka jika saat ini kamu sendiri, Mungkin itu karena jodohmu sedang meminta pada Tuhan mu untuk menjagamu sebagai pasangannya kelak.

ponsel Leo tidak berhenti berdering sedari tadi. Ini masih sangat pagi, bahkan Leo belum terbangun untuk ibadah subuhnya.

"Iya, Hallo. Ada apa ma?" Kata Leo dengan suara malas dan mata setengah terpejam.

"Kamu baru bangun? Tidak ingat kamu sayang? Hari ini kamu ada janji kencan dengan anak bibi Della." Kata Mama Elfa.

"Ingat ma, Leo ingat." Jawab Leo malas.

"Terus, kamu belum siap siap?" kata Mama Elfa.

"Iya, ma iya. Leo mau subuhan dulu." Kata Leo.

"Yasudah sana, terus jangan lupa doa. Minta untuk segera di pertemukan jodoh. Kamu sudah berumur 32 tahun Leo." Ucap Mama Elfa mengingatkan soal umur Leo.

"Ya, Ma. iya. Wassalamu'alaikum!" Kata Leo mengakhiri percakapan.

🐇🐇🐇🐇

Waktunya sudah tiba, siang hari. Leo hanya mengenakan pakaian casual dan saat ini dia menggunakan kursi roda. Entah apa yang ada di dalam kepalanya. Padahal kakinya sudah hampir pulih.

Kencan mereka di Cafe tempat Jelita bekerja.

Sedari Leo datang dan menunggu wanita yang di usulkan oleh Mama Elfa, Mata Leo terus saja berlarian kesana kemari mencari sesosok wanita yang pernah berbincang dengannya.

Masuklah seorang wanita yang cantik dengan tampilan yang sungguh elegan. Rambutnya panjang tergerai, dan kulit putih mulus. Tingginya sekitar 165cm.

"Leo ya?" sapa wanita itu menghampiri Leo sambil memandang wajah Leo untuk memastikan.

"Iya." jawab Leo seramah mungkin.

"Kenapa duduk di kursi roda? Kamu cacat sekarang?"Tandas wanita itu tanpa basa basi.

Leo menelan ludah mendengar kata cacat yang terlontar dari mulut wanita itu. Leo tidak menjawab dan hanya diam. Sesaat Leo mengotak atik ponselnya.

"Oh, iya kenalkan. Aku Cerin." Kata Cerin dengan raut wajah yang datar.

"kenapa ga di jawab? sejak kapan kamu cacat?" Ulang Cerin lagi.

"Lumayan lama."Jawab Leo berbohong.

Kali ini Leo terkesan sudah jengah dan jenuh untuk menanggapi perbincangan dengan Cerin.

Banyak kata kata Cerin yang terbilang tajam dan melukai perasaan Leo hanya karena Leo sedang duduk di kursi roda.

Sampai Cerin pergi. Leo masih duduk di kursi roda.

"Gila aja Mama, masa iya dia pilih laki laki cacat untuk anak semata wayangnya ini. Cih!" Keluh Cerin ketika berjalan keluar dari cafe yang kebetulan berpapasan dengan Jelita yang mulai memasuki Cafe.

Hari ini bukan hanya satu, tapi dua wanita sekaligus. Mama Elfa memang sedang gencar mencarikan pasangan untuk Leo.

Nita yang sedari tadi memperhatikan Leo dan Cerin hanya bisa mencerna sebatas kemampuan mendengarnya saja.

"Om om itukan yang kasih Tata tis gede itu kan? Sejak kapan dia cacat? Aneh."Gumam Nita sambil mengelap gelas gelas.

"Sudah datang Ta? ini cepat gantian. Aku ada janji sama Dito." Kata Nita yang seketika melepas apronnya ketika melihat Jelita datang.

"Ih, iya sih yang mau kencan. Sabar boss aku ganti baju dulu."Kata jelita yang langsung masuk kebelakang untuk berganti baju kerja.

Terlihat seseorang duduk di kursi roda yang membelakangi meja kasir. Jelita hanya fokus bekerja, Tapi semuanya buyar ketika laki laki itu datang dengan kursi rodanya untuk memesan makanan.

"Ice lemon tea dua ya mbak, sama cup cake juga boleh." Kata Leo.

Tata hanya tertegun dan tidak percaya. Laki laki itu duduk di kursi roda. Tanpa aba aba air mata Tata menetes begitu saja. Meski hanya kebaikan dengan memberikan uang seratus ribu, tapi nyatanya uang itu mampu menyelamatkan nyawa ibu Tata.

Flash back on.

"Bayar hutang mu, atau aku akan mengangkut semua barang barangmu!" Teriak si penagih hutang.

Ibu Dewi memiliki hutang dengan temannya sendiri yang bernama Bu Tiur. Ibu Dewi tidak menyangka jika Bu Tiur akan tega membungkam pinjaman Bu Dewi sampai sebegitu besar melebihi angka pinjamannya.

Malam itu sepulang Tata dari kerja, keributan itu terjadi. Tepat sekali setelah Tata menerima gaji. Ibu Tata menangis sambil memegang dadanya karena serangan jantung. Kedua adiknya hanya bisa menangis sambil memegangi ibu Dewi tanpa mampu berbuat apa apa.

"Masih berapa hutang kami!" Teriak Tata dari kejauhan sambil berlari dan mengusap air matanya.

"Masih banyak! masih 7 juta 600 ribu." Jawab penagih hutang dengan lantang.

"Ini, dan ini. bawa ini pulang. Bilang pada majikanku, hutang kamu lunas!"Kata Tata sambil memberikan Kunci motornya dan juga uang sebesar satu juta rupiah.

"Bagus, kalau begini kan tidak perlu ada ancam mengancam!" Kata si penagih hutang dengan senyum liciknya.

"Ta, itu motorkan buat kamu kuliah dan kerja. Kamu juga dapet nyicil dari Nita." Kata ibu Dewi dengan nafas yang tersengal sengal.

"Ga apa apa Bu. Yang penting kalian bisa bernafas lega sekarang. Nana, kamu ambilkan obat ibu ya." Kata Tata kepada Nana adiknya.

"Kak, obat ibu habis." Ucap Nana dengan wajah bingung dan takut.

"Sudah, kamu disini buatkan ibu minuman hangat. Aku akan mencari obat untuk ibu." Kata Tata yang segera bergegas berlari menuju apotek.

"Seratus tujuh puluh lima ribu rupiah mbak." Kata apoteker yang memberikan obat kepada Tata.

Tata melongo dan merogoh semua kantong baju dan celananya. Dia benar benar lupa jika uangnya sudah dia berikan kepada utusan rentenir tadi.

Tata melupakan saku kecil di bajunya. Tanpa sengaja tangannya meraba dan di ambilnya. Uang itu adalah uang tips seratus ribu pemberian Leo tadi.

Malam itu nyawa ibu Tata tertolong dengan uang pemberian Leo.

Flashback off.

"Pak, bapak yang memberikan saya uang tips seratus ribu itukan? Bapak sakit apa?" Tanya Tata dengan wajah yang sendu dan matanya mulai berkaca-kaca.

"Bukannya, kemarin sudah bisa berjalan dengan tongkat? Tapi sekarang?" Kata Tata dengan bulir air mata yang jatuh begitu saja.

Leo melihat Tata yang menangis jadi bingung sendiri.

"Tidak apa apa. Aku baik baik saja. Mana pesanan saya?" Kata Leo santai.

"Kenapa dia menangis?" gumam Leo yang keheranan sambil kembali ke mejanya.

"Saat itu, tanpa tidak ku sadari. Tuhan menjadikan dia penolongku. Tapi saat dia seperti ini, aku tidak bisa berbuat apa apa." Batin Lita yang menangis sedih.

Leo menunggu lama, tapi tidak ada wanita yang datang setelah itu. Hanya sebuah pesan singkat yang masuk. Pesan dari nomor yang tidak di kenalnya yang bertanya. Apa benar Leo yang sedang duduk di kursi roda.

"Mereka hanya memandang fisik!" Leo terkekeh sambil melihat pesan singkat itu.

Mata Leo kembali melihat Tata yang sibuk bekerja dan sesekali mencuri pandang memperhatikannya.

"Namanya pun aku ga tau." Gumam Leo sambil melihat Tata dari layar ponselnya.

Cekrek...!

3. Pak Guru

Beberapa bulan berlalu dan kini Leo sudah menjadi pelanggan tetap di Cafe tempat Jelita bekerja.

Bisa dibilang sekarang mereka menjalin hubungan pertemanan. Leo adalah orang yang ramah dan baik. Sementara Tata adalah pribadi yang ceria dan suka bergaul dengan banyak orang.

Malam ini Leo datang bersama teman lamanya. Mereka tidak sengaja bertemu di jalan sepulang bekerja.

Mereka asik berbincang bersama. Tata malam ini masuk sif malam sehingga dari tadi Leo tidak melihat keberadaan Tata.

Sudah berbulan bulan mereka sering bertegur sapa tetapi Leo maupun Tata masih belum punya nomor telepon satu sama lain.

"Sibuk apa sekarang? kamu udah nilah?" Tanya Leo kepada Farhan.

"Belum, lah. Masih betah jomblo aja ini." Jawab Farhan sambil menikmati ice coffee.

"Sama." sahut Leo dengan tawa kecilnya.

"Loh, bukannya waktu itu. Tiara?" Kata Farhan mencoba mengais masa lalu.

"Ah, jangan di bahas Han. Muak aku sama dia." Ketus Leo sambil memasang raut kusam.

"Kenapa?" tanya Farhan menelisik.

"Ah, udahlah. Aku sedang mendekati gadis kecil sekarang. Sepertinya aku mulai menyukainya." Kata Leo dengan suara lembut.

"Uhuk.... uhuk...! Kamu pedophilia sekarang Le?"Cletuk Farhan ngawur.

"Enak aja. Maksudku selisih umur yang jauh. Bukan gadis kecil anak TK ya." Jawab Leo dengan nada kesal.

"Hahaha....! kirain." kata Farhan yang mulai fokus pada pandangan lain.

"Tata!" Seru Farhan memanggil Jelita.

Jelita yang baru saja masuk kerja langsung menoleh dan menghampiri meja tempat Farhan dan Leo berbincang. Sementara itu Leo mengerutkan dahinya karena bingung. Bagaimana Farhan bisa mengenal Jelita.

"Eh, Bapak!" Seru Lita sambil menjabat tangan dan mencium punggung tangan Farhan.

"Kamu bekerja di sini?" Tanya Farhan.

"Iya pak. Bapak sudah lama di sini?" Tanya Tata.

Sementara mereka berbincang hangat, Leo malah pura pura sibuk dengan ponselnya. Wajahnya terlihat tidak suka melihat keakraban mereka berdua.

"Lumayan, kenalkan ini teman Bapak." Kata Farhan.

"Oh, pak Leo?" sapa Tata dengan tersenyum manis menyapa Leo.

"Kalian sudah saling kenal?"tanya Farhan sambil menatap Leo Seperti meminta jawaban.

"Iya. Aku pelanggan tetap di sini." kata Leo.

"Ketemu kiyai apa, pake cium tangan segala. Huh!!" Batin Leo kesal.

"Khusus untuk hari ini, Bapak saya yang traktir." Kata Tata dengan tersenyum.

"Eh, ga usah Ta. Biar kami bayar sendiri." Ucap Farhan yang merasa tidak enak.

"Ga apa apa pak. Bapak kan mantan guru saya, jarang jarang kita bisa ketemu seperti ini. Jangan di tolak ya pak!" Kata Tata.

"Ya, sudah kalau kamu memaksa." Balas Farhan.

Jelita kembali bekerja dan Leo kembali berbincang dengan Farhan. Mereka saling mengingat memori lama mereka.

🐇🐇🐇🐇

"Hallo, Leo." kata Mama Elfa di ujung panggilan telepon seluler.

"Iya Ma. " jawab Leo.

"Leo, sebenarnya kamu ini niat mau menikah enggak sih? Mama capek ya, kamu selalu membuat alasan alasan yang berbelit-belit."

"Kenapa itu kemarin kamu pakai acara naik kursi roda segala?" Tanya Mama Elfa.

"Leo habis jatuh dari tangga waktu itu Ma. Lumayan parah sih, tulang kering Leo retak."Jawab Leo.

"Kamu ini ya, terus kenapa ga kasih kabar ke Mama? Pokoknya hari ini Mama mau pulang."Kata Mama Elfa.

"Leo tau kalau Mama bakal panik dan berlebihan. Leo udah pulih Ma. Leo baik baik saja."Jawab Leo.

"Ga mau tau, pokoknya Mama mau pulang. Mama udah ga tahan mau ngomelin kamu. Tunggu aja!"Kata Mama Elfa dan menutup panggilan telepon.

"Ah...! Mama balik? Bakalan ribet semua ini urusan." Kata Leo.

"Pasti istri lagi, istri lagi yang di bahas." Keluh Leo sambil duduk di ranjang dengan rambut yang berantakan.

"Kudu gimana ini Ya Rabb?!" Teriak Leo sambil mengusap kasar wajahnya.

🐇🐇🐇🐇

"Ta, kamu saya antar ya?" Kata Farhan yang berdiri menunggu Tata di depan Cafe.

"Loh, Bapak belum pulang?" tanya Tata.

"Belum, Tadi ada urusan. Tapi, balik lagi kesini karena kita kan se arah."Kata Farhan mencari Alasan.

"Yasudah, Ayok!" Kata Tata dengan wajah yang manis.

"Ah, senyum itu. Tetap sama, Bisakah sekarang? Ah, tidak... tidak ...! aku harus bersabar dan pelan pelan." Batin Farhan ketika berjalan bersama dengan Tata.

Sementara dari kejauhan sepasang mata mengawasi dua orang yang sedang berjalan bersama sambil berbincang ini.

"Farhan, dia? apa dia juga, dengan Tata?" Gumam Leo dengan pandangan yang fokus mengamati keduanya.

"Baru saja aku ingin membuka hati. Apa iya aku juga harus bersaing dengan teman dekatku sendiri?"Batin Leo yang memutar balik mobilnya.

🐇🐇🐇🐇🐇

"Eh, tunggu tadi Tata bilang jika Farhan adalah mantan gurunya. Atau jangan jangan Farhan sudah dari lama memiliki perasaan kepadanya? Atau aku saja yang terlalu berlebihan?"

"Shehh... ! Semua ini membingungkan." Gumam Leo sambil mengemudi.

Tin.....! Tin....!

Brugh!

Leo menabrak pesepeda, Tubuh mungil pesepeda itu tersungkur ke taman. Leo sontak berhenti dan memeriksa keadaan pesepeda itu. Anak SD perempuan sekitar umur 10 tahun.

Kecemasan nampak di wajah Leo. Sementara anak itu meringis kesakitan memegangi kakinya. Dengan sigap Leo membopong dan membawa anak itu kerumah sakit.

Kepanikan semakin bertambah ketika anak itu pingsan. Leo menjadi semakin kebingungan.

🐇🐇🐇🐇

"Bu, Tata pulang!" Seru Tata yang baru saja pulang.

"Iya, kamu tadi ada ketemu Caca enggak kak di jalan?" Tanya ibu Dewi panik.

"Tidak, Bu. memang kemana Caca?" tanya Tata sambil melepas sepatunya.

"Tadi adek nganterin pesanan Bu Yuli kak. Tapi kok belum pulang. ibu takut kalau adek ada apa apa kak." Jawab Nana yang juga ikut panik.

Sudah jam 10 malam, Mereka masih menunggu Caca. Belum juga ada kabar. Tanpa berlama lama, Tata mulai menyusuri rute kerumah Bu Yuli.

Tidak di temukan jejak apapun. Tata duduk di tepi taman dan mengusap air matanya. Badannya juga terasa sangat lelah. Tak lama ponselnya berdering, Ibu Dewi menelpon Tata.

Tata bergegas pulang sambil berlari,. Tata terengah engah ketika sampai di rumah. Di lihatnya Rumah sudah penuh dengan para tetangga dan ada mobil sedan hitam yang terparkir di depan rumahnya.

Tata berlari masuk kedalam rumah dan betapa terkejutnya dia melihat Caca. Tata mulai melemas dan ambruk begitu saja.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!