Bagi yang tidak suka dengan kisah ini segera tinggalkan dan cari cerita lainnya. Tidak ada unsur pemaksaan untuk menyukai kisah ini🙏.
Leo melihat Tata dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tata tampak cuek dengan stelan kaos oblong dan celana jeans. Leo hanya bisa menggeleng. Tampilan yang jauh dari harapan.
'Susah, banget menaklukkan mahluk satu ini. Yang lain itu pada ngantre kepingin jadi pacar bahkan istri aku. Tapi dia?' Batin Leo sambil melirik Tata yang duduk di sebelahnya.
"Kenapa, Mikirin apa?" Ucap Tata tiba tiba.
"Em, enggak. Bingung aja, kenapa kamu pakai baju santai seperti ini. Aku sudah bilang, hari ini kita kan ketemu Mama." Kata Leo dengan wajah kecewa.
"Tau, aku inget kok. Memang kenapa kalau aku pakai baju ini?" Jawab Tata.
Tiba tiba Leo menghentikan mobilnya di depan butik. Tata yang kebingungan lalu menahan tangan Leo yang hendak turun.
" Kenapa berhenti di sini?" Tanya Tata.
"Beliin kamu baju." Jawab Leo.
"Enggak, aku ga mau. Jangan buat aku berhutang terus padamu Bapak Leo yang Agung!" Ucap Tata sambil terus menahan tangan Leo.
"Ya terus gimana? Kita mau ketemu Mama dan tampilan kamu seperti ini!" Seru Leo yang semakin terlihat frustasi.
Ini kali pertama Tata melihat Leo seperti sangat kesal. Hal itu membuat hati Tata seperti merasakan tekanan yang di hadapi oleh Leo selama ini.
"Ceritakan semuanya kepadaku. Aku butuh kejelasan. Apa maksud dari semua tindakanmu Aku masih belum mengerti." Kata Tata dengan tangan yang masih merangkul lengan Leo.
"Oke! Aku mau kamu menikah denganku." Ucap Leo yang mulai terdengar lembut.
"Secepat ini?" Tanya Tata tidak percaya.
"Cepat? Kita sudah saling mengenal 8 bulan lalu Ta." Ucap Leo.
"Iya, tapi itu hanya sebatas berteman. Kita tidak pacaran atau apapun itu sebelumnya." Jawab Tata.
"Kamu tau, pacaran itu tidak bisa menjamin berlangsungnya sebuah pernikahan. Aku tidak mau kita pacaran, aku mau kita menikah." Kata Leo.
"Tapi aku belum siap Pak, Ini seperti mimpi bagiku. Terlihat aneh." Kata Tata.
"Aku tau, saat ini kamu sedang kesulitan biaya sekolah adik adikmu dan pengobatan ibumu." Kata Leo.
" Lalu, apa maksudmu?" Ucap Tata dengan tatapan serius ke wajah Leo.
"Menikahlah denganku. Itu akan mempermudah hidupmu dan keluargamu. Berapapun yang kamu minta aku akan berikan." Kata Leo dengan tatapan tajamnya.
Tata terdiam dan kembali mengingat keadaan sang ibu yang sebenarnya membutuhkan tindakan operasi jantung. Kendala biaya menunda pengobatan ibunya sudah hampir dua tahun.
Biaya sekolah dan tagihan kontrakan yang hampir jatuh tempo, belum lagi hutang hutangnya untuk menyambung obat ibunya.
Bulir air mata jatuh di sudut mata Tata. Leo mengusapnya perlahan.
"Hentikan perdebatan ini. Aku rasa menikah adalah jalan satu satunya untuk masalah kita berdua. Aku tidak merendahkan harga dirimu, aku sungguh sungguh mencintaimu Jelita." Kata Leo meyakinkan Tata.
Tata tidak menjawab, Tapi kini dia tertunduk lesu dan mulai menangis sesenggukan. Betapa besar tekanan yang dia tanggung seorang diri selama ini.
Ini sebab, ibu Dewi berkata semua akan lebih baik jika memiliki pasangan.
Tiba tiba Leo mendekap erat dan mengusap air mata Tata.
"Sudah, jangan menangis lagi. Aku tidak mau nanti Mama berfikir jika aku melakukan kekerasan terhadap mu." Kata Leo sambil mengusap pucuk kepala Tata.
Selesai dengan tangisannya, Tata dan Leo kemudian masuk kedalam butik.
Kini penampilan Tata terlihat lebih elegan dengan memakai gaun selutut berwarna moccha. Selesai dari butik, Leo memberikan hadiah kepada Tata.
Kotak kecil berwarna coklat gelap berulir kayu.
"Pakai ini." kata Leo sambil menyodorkannya kepada Tata.
"Apa lagi ini pak?" Tanya Tata dengan lembut.
"Pak? Jangan panggil pak Ta. Mama akan curiga. Kita akan segera menikah, tapi kamu masih memanggil calon suamimu dengan pak?" Kata Leo menceramahi Tata.
"Ih, Ga papa lah. Itu anak anak SD aja kalau pacaran panggilannya ayah bunda. Ayah dan Pak juga sama aja kan?" Cletuk Tata dengan polos.
" Ih, ya beda dong sayang! Apa gitu yang romantis." Sahut Leo sambil mengemudi.
"Barusan kamu panggil aku apa? Sayang?" tanya Tata dengan wajah yang memerah.
"Iya, kenapa? kan kita udah tunangan semalem." Kata Leo dengan percaya diri.
"Tunangan?" Sahut Tata.
"Iya, semalam aku lamar kamu kan? Lupa? Eh, cincinnya kamu mana?" Tanya leo.
'Cincin, kemana cincin?' Batin Tata.
"Lupa Mas, Tadi aku lepas pas mau mandi terus aku taruh di lemari baju. Gimana dong?" Tanya Tata yang kebingungan.
Tata melirik jari manis Leo yang sudah tersemat cincin yang sama dengan yang di kenakannya.
"Mas? okelah. Daripada Bapak. Kita beli lagi aja gimana?" kata Leo.
" Tidak tidak, tidak apa-apa kan tidak pakai cincinnya. Yang penting ikatannya." Tolak Tata dengan halus.
"Jangan di paksakan bila kamu belum memilki rasa kepadaku. Hanya aku mohon, sedikitlah berpura pura mesra di hadapan anggota keluarga kita. Soal perasaanmu, lambatlaun rasa itu akan tumbuh." Kata Leo sambil tersenyum.
"Makasih mas, kamu sudah memberiku ruang." Kata Tata sambil membalas senyum manis Leo.
🐇🐇🐇🐇❤️❤️
"Ini sungguh kejutan buat mama Yo. Kamu sengaja ya mau kasih kabar bahagia ini?" Kata Mama Elfa dengan antusias.
"Ma, Awalnya aku takut jika mama akan menolak pilihan Leo. Tapi, Leo berusaha memberanikan diri. Leo tidak menyangka jika Mama akan menerima Tata apa adanya." Kata Leo sambil menggenggam tangan Mamanya.
"Kamu pikir Mama ini wanita yang kejam? Ingat, Mama juga dulu bukan dari kalangan ningrat. Tapi Papa mu dulu cinta mati, jadi ya kakek mu mengalah." Kata Mama Elfa mengenang kisah lalunya.
Tata melongo mendengar ucapan Mama Elfa.
Mama Elfa tidak memandang seseorang dari status sosialnya karena dia dahulu juga dari kalangan tidak mampu. Sulitnya mencari sekeping koin sudah pernah di laluinya.
"Boleh dong, Mama ketemu sama calon besan besok?"Kata Mama Elfa tiba tiba.
Ucapan Mama Elfa mampu membuat Tata tersedak dan terbatuk-batuk.
"Pelan pelan sayang." kata Leo.
"Pelan pelan nak!" Kata Mama Elfa.
"Besok ya Tante?"Tanya Tata.
" Jangan panggil Tante dong nak. Panggil Mama."
"Sepertinya Mama akan di sini sampai kalian selesai melangsungkan resepsi. Pasti banyak kebutuhan yang akan di urus. Jadi semuanya biar Mama yang atur."
"Untuk Anak dan menantu Mama, kalian yang santai jangan terlalu stres biar bisa cepet kasih Mama cucu!" Kata Mama Elfa dengan wajah girangnya.
"Ma, " Seru Leo mengingatkan Mamanya untuk menjaga ucapan.
"Kenapa? kamu tidak tau, Mama ini menjadi bahan bullyan saat berada di grup keluarga besar kita. Karena kamu yang tertua tapi belum menikah juga."
"Ah, Mama mau pamerin kalian ke keluarga kita dulu." Kata Mama Elfa sambil mengaktifkan kamera ponselnya.
"Senei kita Selfi dulu. Kalian yang deketan ya, Yang rapetan."
"Di peluk dong Yo, Calon istrinya."Kata Mama Elfa memberi arahan pose.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments