Jangan dipaksakan bila tidak suka dengan jalan cerita ini, harap tinggalkan segera. Saya tidak memaksa 🙏.
Terkabulnya suatu doa terkadang melalui cara yang tidak bisa di pahami oleh manusia.
🐇🐇🐇🐇❤️
"Bu ada apa ini?" Tanya Tata dengan tangis yang merembes dari ujung matanya.
"Caca, terserempet mobil kak." jawab Nana sambil memapah Tata untuk berjalan dan duduk di tepi ranjang Caca.
"Caca, tidak apa apa kak. Hanya lecet sedikit dan terkilir." Kata Caca menenangkan Tata.
"Bilang sama Kakak, Siapa yang nyerempet kamu. Kabur pasti orangnya ya?" Desak Tata dengan panik.
Leo berdiri di pojokan kamar Caca yang sempit itu nyaris tidak terlihat karena kamar Caca sempit dan minim penerangan hanya bisa tertawa dalam hati mendengar ucapan Tata.
"Orangnya di belakang Kakak." Jawab Caca sambil menunjuk Leo.
"Pak Leo?" Seru Tata yang kaget dan membalikan badannya.
"Ya, saya. Maaf saya tidak sengaja dan lalai. Semua pengobatan akan saya tanggung. Juga kerugian materil keluarga kalian." Kata Leo dengan nada datar.
Mengingat kebaikan Leo yang waktu itu pernah memberikan uang tip, Tata menjadi terdiam dan merubah raut wajahnya menjadi lebih santai sekarang. Tata lebih bisa mengendalikan emosinya saat ini.
"Boleh kita bertukar nomor? Mungkin, jika nanti Caca ada keluhan lain karena kejadian tadi. Biar saya yang menanggungnya." Ucap Leo dengan santun.
"Baik pak." Jawab Tata dengan cepat.
Tata kemudian mulai memberikan nomornya kepada Leo dan begitu juga sebaliknya.
🐇🐇🐇❤️
"Harus ya, nyerempet adiknya dulu biar dapat nomor Kakaknya?" Gumam Leo lirih masih dengan mengemudi.
"Ah, iya. Sandy." Kata Leo sambil mengemudi dan menghubungi seseorang dari ponsel pintarnya.
"Hallo, Ndi. Besok aku minta kamu Carikan sepeda untuk anak SD kelas 5 ya. Kirim langsung ke alamat yang saya bagikan." Kata Leo yang kemudian menutup panggilan begitu saja.
"Enaknya jadi Boss. Apa apa tinggal mangap." Keluh Sandy yang kemudian kembali melanjutkan mimpinya.
Di Rumah Tata.
Tetangga pada silih berganti berdatangan untuk menjenguk Caca, Bahkan sampai keesokan harinya. Paman Lukman dan bibi Eti juga datang untuk membesuk.
Untunglah Caca tidak apa apa. Semua terpelongok kaget ketika seorang pria berjas hitam datang sambil membawakan beberapa bungkusan untuk Caca.
Tata saat itu yang baru pulang dari kuliahnya hanya bisa diam dan keheranan.
"Maaf Mas. Ini mungkin salah alamat. Kami tidak ada memesan apapun." Kata Tata dengan laki laki berjas hitam itu.
"Ini, benar kan alamatnya?" Kata Sandy sambil menunjukkan chat Bossnya.
Mata Tata tertuju kepada Nama kontak orang yang mengirimkan alamat itu. Terlihat juga beberapa list barang barang yang harus di beli Sandy.
Tas, Buku, Sepatu, Baju, Sepeda dan Juga sebuah meja belajar.
"Pak Leo? Ini semua berlebihan. Caca hanya sedikit lecet dan terkilir." Gumam Tata sambil Terdiam melihat para kuli sedang menurunkan barang barang.
Tata sedikit menjauh dan menghubungi seseorang.
"Hallo." Sapa Tata mengawali pembicaraan.
"Ya Hallo." Jawab Leo dengan wajah bahagia.
'Akhirnya dia menghubungiku juga.'Batin Leo girang.
"Pak, sebelumnya saya minta maaf. Tapi, bisa tidak barang barang yang bapak kirim ini bapak ambil kembali. Saya rasa ini berlebihan."Kata Tata dengan lirih namun teramat jelas di telinga Leo.
"Kenapa? Saya ikhlas memberikannya. Anggap itu sebagai hadiah untuk pertemananku dan Caca." Kata Leo dengan santainya.
"Tapi Maaf nih pak, maaf sekali lagi. Rumah kami ini bukan mansion pak. Bapak memberikan kami barang barang seperti ini. Kami akan taruh dimana?"Ucap Jelita.
Leo terdiam sejenak. Dia mengingat lagi rumah petak milik keluarga Tata yang terbilang mungil untuk 4 orang.
"Apa, Sebagai hadiah pertemanan kita kamu mau ku belikan rumah?" Ucap Leo.
'Gila dia, Rumah? dikasih ke orang. Asli sudah gila dia.'
"Ah, tidak pak tidak. terimakasih. Ini sudah lebih dari cukup. Wasallam." Kata Tata menutup panggilannya.
Tata menggeleng geleng kepalanya berkali kali dia masih sulit mencerna semua maksud Leo. Bukan apa-apa, yang dia takutkan adalah cibiran para tetangga.
Sejak mobil pickup itu terparkir di halaman rumahnya, para tetangga banyak yang bergerumul untuk melihatnya. Tak sedikit dari mereka yang saling berbisik. Tata tau benar kebiasaan bergosip ibu ibu di sekitar rumahnya.
🐇🐇🐇🐇🐇
Hari ini adalah waktunya bagi Tata untuk merayakan kelulusannya. Sedikit uang yang di terimanya sebagai gaji yang sudah mendapat potongan untuk membayar hutang kepada pamannya.
Paman Lukman memberikan uang sebesar dua ratus ribu rupiah kepada Jelita untuk mengajak ibunya pergi makan makan.
Saat mereka sedang makan malam di pinggiran jalan. Tiba tiba berhenti sebuah mobil sedan berwarna kuning. Dan turunlah si pengemudi.
"Pak Leo?" Kata Lita sambil melongo dan menghentikan kunyahan makanannya.
Leo berjalan dengan santainya dan menyapa semua anggota keluarga Tata. Tata hanya terdiam dan kebingungan. Leo duduk tepat di sebelah Tata dengan seenaknya.
Tata hanya pasrah dan tidak bisa bergeser karena memang warung baso pinggir jalan itu sedang penuh pengunjung.
"Pantas saja aku chat tidak di balas. Sedang enak makan disini rupanya." Bisik Leo di dekat telinga Tata.
"Apa?"Tata terkejut dan kemudian memeriksa ponselnya.
Ada 4 chat yang masuk. Semuanya dari Leo. Tata semakin tidak mengerti. Kenapa juga Leo bisa tau jika dia sedang makan di warung ini.
"Kenapa bapak kesini? bapak tidak jijik? ini bukan restoran berkelas." Kata Tata lirih.
"Aku bukan orang seperti itu. Yang penting aku nyaman dan bisa menikmatinya sudah cukup." Jawab Leo sembari tersenyum dan melahap baso milik Tata tanpa permisi.
"Pak, itu baso saya."Kata Tata dengan nada heran.
"Tau!" Jawab Leo dengan cuek.
"Bapak ga jijik? ga pengen muntah gitu? itu bekas mulut saya." Kata Tata sambil menunjuk garpu yang di pakai Leo.
"Enggak, enak kok." jawab Leo cuek sambil terus melahap baso milik Tata.
"Aku ada asma loh pak. Ga jijik?" Kata Tata berbohong.
"Bohong! kamu tuh pinter bohong." Kata Leo.
'Tau dari mana dia kalau aku bohong? Ah, bodo amat lah yang penting mau makan aku.' Batin Tata kesal.
Tata kemudian memesan satu porsi baso lagi. Tapi saat dia mau melahapnya, tangan Leo lebih gesit dan kembali melahap baso milik Tata.
"Bapak ini laper apa doyan sih? Semua punyaku di lahapnya!" Gerutu Tata kesal.
"Ga papa, Kamu pesen lagi aja Kak." Kata Ibu Dewi yang tertawa kecil melihat tingkah Tata dan Leo.
Tata memesan lagi dan baru kali ini dia bisa menikmatinya.
Selesai makan dan Tata hendak membayar.
" Berapa pak semuanya?" Tanya Tata kepada Abang penjual baso.
"Semuanya sudah di bayar mbak." Jawab si Abang baso.
"Siapa yang bayar pak?" tanya Tata dengan raut wajah tidak percaya.
"Tadi Mas yang itu yang membayar, katanya sebagai perayaan atas kelulusan teman barunya." Kata si Abang baso.
Tata menggaruk garuk keningnya dan serasa mustahil untuk semua ini. Dia tidak percaya kenapa Leo bisa sebaik ini.
Dilihatnya Leo yang tengah asik berbincang dengan ibu dan adik adik Tata. Bahkan mereka saling ber swafoto.
"Leo, kenapa kamu sebaik ini. Ada apa?" Gerutu Tata dengan tidak percaya.
'Jangan panggil aku Leo jika aku tidak bisa mendapatkanmu.' Batin Leo sambil menyeringai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Dinda Natalisa
Hai author aku mampir nih kasih like jangan lupa mampir di novel ku "menyimpan perasaan" mari saling mendukung.
2021-03-08
1