Malam itu, sebelum Tata memutuskan untuk pergi. Dia masih berfikir jika dia salah paham dengan tindakan Suaminya.
Setelah berkemas dan memesan taksi, Tata benar benar tidak tenang dan menuju ke rumah sakit untuk memastikan apa yang tengah di lakukan oleh suaminya.
Kejutan besar sudah menanti tata. Tepat di hadapannya, wanita itu bergelayut manja dan memanggil nama Leo dengan panggilan sayang. Gerak tubuh Leo juga tidak memperlihatkan adanya penolakan.
Tata kemudian merekam kejadian itu melalui ponsel yang baru saja di belinya. Diam diam tata sudah mempersiapkan ancang ancang yang cukup matang. Mulai dari uang untuk bertahan hidup dan membuang jejak.
Tata Cukup menahan emosi selama mengumpulkan bukti. Kesabarannya selama ini akhirnya runtuh juga ketika melihat Leo bersama wanita lain. Terdengar jelas kata kata sayang meluncur dari mulut Tari dan Leo ketika mereka berbincang.
Nita melongo lalu memeluk Tata dengan erat. Nita mencoba untuk memberi semangat dan menenangkan sahabatnya itu. Mereka berdua menangis bersama dan tidak peduli lagi dengan orang orang yang berlalu lalang memperhatikan mereka.
Seharian ini Nita memutuskan ijin kerja mendadak dan memilih untuk menemani Tata memeriksakan kesehatannya.
Selesai periksa, keduanya saling melempar pandangan dan kemudian menangis lagi bersamaan. Keadaan Tata sungguh rancu, disisi lain hatinya perih dan terluka. Tapi disisi lainnya seharusnya dia berbahagia menyambut kedatangan calon anggota baru di dalam keluarga kecilnya.
" Nit, aku hamil. Aku harus bagaimana Nita?" Tanya Tata meminta solusi.
"Tenang, kamu punya suami." Jawab Nita sambil menarik nafas.
"Tapi, suamiku bahkan sudah tidak menghiraukan aku lagi Nit." Kata Tata dengan mata yang sembab.
"Benar, juga. Lalu? Begini saja, Kamu fikiran dulu matang matang. Kamu pergi ke suatu tempat untuk menenangkan pikiran. Kasihan bayimu jika ibunya stres." Ucap Nita sambil tersenyum dan mengusap perut Tata.
"Nita, Kamu yang terbaik!" Ucap Tata sambil memeluk Nita.
"Sekarang kita mau kemana? aku temani kamu. Jangan di sini, banyak polusi asap knalpot. Tidak baik untuk jabang bayi." Kata Nita sambil merapikan rambut Tata yang kusut karena angin.
"Kamu, kerja apa sekarang?" Tanya Tata sambil berjalan beriringan dengan Nita.
"Aku sekarang bekerja di Cafe milik calon suamiku lah." Jawab Nita.
"Dito? Kalian mau menikah?"Tanya Tata memastikan.
"Bukan Dito. Kami putus, ternyata dia hanya mengharapakan kekayaan Ayahku saja. Akhirnya aku pasrah dan kembali ke rumah. Mungkin menuruti perintah ayah adalah yang terbaik." Ucap Nita sambil tersenyum simpul.
"Lalu, bagaimana calon suamimu yang Sekarang?" Tanya Tata penasaran.
"Aku suka, dia bule Ta dan juga mualaf. Dia duda beranak dua, istrinya meninggal saat melahirkan. Kamu tahu aku dan anak anaknya sudah seperti teman. Mereka sungguh baik dan cantik."Kata Nita dengan antusias.
"Begini saja, Bagaimana kalau kamu sementara ini menginap di penginapan milik Ayahku yang ada di pantai xxx itu. Tidak usah bayar. Ayah pasti mengerti keadaanmu."Ucap Nita menawarkan bantuan.
"Boleh, sekalian aku juga ingin membuka usaha disana." Kata Tata spontan.
"Usaha? Memang kamu minggat membawa apa? Bukannya tadi kamu bilang Kartu kredit dan ponsel kamu tinggalkan. Lalu...?" Tanya Nita penasaran.
"Aku menjual gelang berlian yang dia berikan sebagai kado Ta. Uangnya ya lumayanlah untuk aku dan anakku nanti bertahan hidup." Kata Tata dengan jujur.
"Kamu cerdas sekali Ta! Aku salut sama kamu. Jangan mau di bodoh bodohin laki laki." Ujar Nita sambil mengacungkan jempolnya.
"Tapi, kamu ga pengen. Mencari tau lagi?" Tanya Nita.
Hati Tata Seperti tergerak ingin mencari bukti lagi. Nita mempuanyai ide, dia menyuruh tata memakai niqab dan baju gamis. Hanya mata Tata yang terlihat. Nita dan Tata kemudian menuju ke rumah sakit tempat Tiara di rawat.
Mereka berusaha masuk dan menggali informasi lebih, tetapi nihil. Hingga Nita memiliki akal lain lagi.
"Jam berapa suamimu pulang kerja?" Tanya Nita.
"Sekitar jam 5 Nit." Jawab Tata.
"Tapi dia sering pulang telat dan pulang larut." Tambah Tata.
"Itu kan karena dia menemui wanita itu kan. Coba kita lihat apa dia diam di rumah saat kamu tidak ada. Atau paling tidak kita tanya ke satpam dia mencari-cari kamus tau tidak." Usul Nita.
Kini mereka berdua sedang berdiskusi di dalam taksi.
"Mbak, kalian bukan jaringan ******* kan?" Tanya pengemudi taksi online.
Tata dan Nita sontak berhenti berbicara dan menatap sopir itu.
"Bukan pak. Tenang kami hanya akan memata matai seorang buaya." Jawab Nita.
"Hahahaha, untung saja bukan ******* Mbak. Saya sudah keringat dingin ini. Ternyata kalian pawang buaya." Ucap Supir yang terlihat lega dan menghembuskan nafas kelegaan.
"Sampai mana kita tadi?" Tanya Nita kepada Tata.
" Satpam mbak." Jawab pengemudi.
"Nyamber aja bapak kayak bensin." ketus Nita.
pengemudi itu terkekeh geli melihat tingkah aneh kedua penumpangnya.
Sampailah di depan gerbang pintu rumah Leo.
"Eh, kita lupa. Pak, antarkan kita membeli hiasan dari keramik ya." Ucap Nita.
"Loh, katanya mau kerumah Mas Leo?" Tanya Tata yang kebingungan dengan perubahan rencana Nita.
"Iya, tapi kita beli dulu cangkir atau apapun sebagai alasan. Nanti bilang saja mau antar paket COD." Jawab Anita menjelaskan.
Barang sudah di beli dan di kemas mirip seperti paket pesanan online. Tata mempersiapkan mental dan diri untuk melihat suaminya lagi. Tangan Tata gemetaran dengan nafas yang tidak beraturan.
Mereka berdua berhasil masuk melewati gerbang pos satpam dan mengetuk pintu. Sungguh kejutan yang luar biasa, yang keluar adalah Tari dengan memakai kaus putih milik Leo dengan celana pendek di atas paha.
Tata sudah tidak dapat berkata kata lagi melihat itu. Ponsel Nita merekam semua yang terjadi.
"Paket!" Teriak Nita.
pintu terbuka dan Tari berdiri menyambut mereka. Tat sangat gugup dengan tangannya yang bergetar. Nita menyembunyikannya dengan berdiri menghalangi Tata.
"Apa benar ini rumah Bapak Leo Anggara?" Tanya Nita.
"iya." Jawab Tiara.
"Saya mengantarkan paket atas nama ibu Jelita Prastika. Pesanan ini COD Bu." kata Nita sengaja memancing agar Leo keluar.
" Maaf disini tidak ada nama Jelita mbak. Mbak salah kali."Ucap Tari sambil menerima dan membaca alamat yang ada di paket.
" Tapi benar kan ini rumah bapak Leo Anggara?" Tanya Nita lagi.
"Benar. Mbak tunggu sebentar biar saya panggilkan ya."
"Sayang!!" Seru Tiara memanggil Leo.
Leo keluar dengan rambut yang agak basah. Tata menangis dalam hati melihat pemandangan itu.
"Ada apa?"tanya Leo dengan wajah datar.
"Ini ada paket COD. pemesannya Jelita. Siapa jelita sayang?" Tanya Tiara sambil menggandeng lengan Leo.
"Oh, Jelita? Dia istri sopir aku yang baru sayang. sopirku minta tolong untuk di kirim kesini karena istrinya sedang pulang kampung." Jawab Leo.
Tata sengaja membelakangi Leo dan Tari. Dirinya berusaha keras menyembunyikan tangisnya. Hatinya hancur remuk tak berbentuk.
"Ini pak. Nominalnya Rp.2500.000." Kata Nita yang kemudian meminta tanda tangan dan pergi.
Leo dengan cepat mengambil uang dan membayarnya dan mengajak Tari untuk masuk.
Kaki tata lemas dan hilang tenaga. Nita memapahnya untuk berjalan.
"Kenapa temennya mbak?" Tanya pak Heru sambil membukakan gerbang.
"Sepertinya vertigonya kambuh pak. Pak, cantik juga ya istri majikannya." Kata Nita.
"Bukan istrinya itu mbak, tapi mantan pacarnya dulu. Tapi sekarang sepertinya mereka punya hubungan lagi."
"Kalau nyonya majikan saya mah, lebih cantik dari itu. Baik lagi. Tapi sayang Bapak sepertinya sakit mata. Atau di pelet ya jangan jangan." Kata pak Heru yang menambah bukti kuat yang di cari Tata.
"Makasih ya pak!" Ucap Tata dengan suara lirih dan berlalu pergi.
"Eh, kayak pernah denger suara itu. Suara siapa ya?" Pikir pak Heru sambil menutup gerbang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Anggra
Leo 😠😠😠milih seng karatan u
2021-03-10
1