Malam ini Leo datang berkunjung ke Cafe tempat Tata bekerja sebelumnya. Berjam-jam sudah Leo duduk disana menunggu kedatangan Tata tetapi tidak juga nampak batang hidungnya.
Leo semakin gusar hingga akhirnya memutuskan untuk bertanya kepada pelayan yang sedang bekerja.
"Mas, permisi. Pelayan Atas nama Tata kenapa tidak hadir ya malam ini?" Tanya Leo dengan serius.
"Oh, maksud om Jelita? Dia sudah tidak bekerja di tempat ini lagi. Sudah di terima mengajar katanya di sekolah SMA." jawab pelayan cafe.
"Mengajar di sekolah SMA? Farhan, dia...." Kata Leo yang kemudian beranjak pergi.
Satu hal pasti yang menggelayuti pikiran Leo saat itu adalah Farhan yang memberi peluang kepada Tata untuk menjadi guru.
Flashback on.
"Han, sejak kapan kamu menyukai gadis itu?" Cletuk Leo tiba tiba.
"Maksudmu Le?" Jawab Farhan.
"Aku tau kamu menyukai Tata kan?" Kata Leo dengan wajah serius.
"Hem iya." jawab Farhan jujur.
"Sama, aku juga. Bagaimana kalau kita bersaing secara sehat?" Usul Leo sekaligus menantang Farhan.
"Oh, jadi kamu juga.... Oh, I see. Oke!" Jawab Farhan dengan nada tinggi.
Flashback off.
Tetapi yang terjadi setelah itu adalah Leo mendapat pekerjaan keluar kota hingga membuatnya kalah start. Farhan sudah menunjukkan banyak perkembangan. Bahkan saat ini Tata mengajar di sekolah yang sama dengan Farhan.
"Sial, Sial! goblok!!!" Seru Leo meluapkan emosi.
Leo bergegas menuju ke kediaman Tata.
Di rumah Tata.
"Ca, tolong tutup pintunya dek. Kakak kedinginan." Perintah Tata yang masih sibuk membaca beberapa buku.
"Enggak ah kak, Caca gerah." Jawab Caca.
"Bilang gerah kok pakai jaket. Kamu sehat dek?"Tanya Tata yang mulai khawatir dengan sikap Caca.
"Eh, iya. Gimana ga dingin orang masih gerimis gini. Kalau ga demi Kak Leo, aku males bukain pintu lebar lebar gini." Batin Caca.
"Enggak kak, lagi pengen ngangin aja aku." Ucap Caca berkilah.
Sementara itu Nana sudah tertidur pulas bersama ibu di kamar dan Tata masih mengerjakan tugasnya sedang Caca masih asik menonton TV.
Tiba tiba Leo sudah berdiri di depan pintu. Nafasnya tersengal sengal dan tidak beraturan.
"Tata!" Panggil Leo.
"Astaga, hoah! ngagetin aja ini orang." Gerutu Tata kesal.
"Pak, Ini malam ya. Bapak Dateng Dateng teriak aja. ngagetin tau." Keluh Tata sambil berdiri menghampiri Leo.
Terlihat ruang tamu Tata kini juga penuh bertambah sempit dengan adanya satu lemari belajar milik Caca.
"Aku ingin bicara. Penting!" Kata Leo langsung pada inti.
"Iya, tapi jangan di sini. Kita ke sana saja." Tata menunjuk teras rumahnya.
Mereka duduk berhadap hadapan.
"Kenapa nomor ku kamu block?" Tanya Leo dengan nada kesal.
" Sejak kapan dia pakai aku kamu?" Batin Tata bingung.
"Maaf pak. Tapi saya cuma ingin bapak berhenti mengirim barang barang kebutuhan kami setiap hari. Saya malu pak sama tetangga." Jawab Tata dengan jujur.
"Kenapa kamu selalu berusaha menolak kebaikan ku. Tapi, kamu justru menerima kebaikan Farhan?" Ucap Leo.
"Apa sih bapak ini. Pak Tau tidak kalau saya ini malu. Malu menghadapi bapak yang setiap hari selalu memberikan keluarga saya segala kebutuhan."
"Saya hanya berharap, jika saya bekerja merangkap sebagai guru honorer dan juga buruh di cafe lain maka akan ada sedikit peningkatan. Paling tidak saya bisa mencicil semua yang sudah bapak berikan." Kata Tata dengan meluapkan emosinya.
"Baik, jika kamu ingin membalas. Maka turuti satu hal yang aku minta." Kata Leo
" Katakan apa itu." Ucap Tata mendesak Leo.
"Tapi aku tidak ingin ada penolakan." Kata Leo tegas.
" Apapun itu, akan saya turuti asalkan tidak merendahkan harga diri dan martabat keluarga saya." Jawab Tata dengan lugas.
" Aku ingin, kamu menjadi istriku." Kata Leo tiba tiba.
Tata yang terkejut dan tidak habis pikir hanya bisa diam tertegun dan membeku.
"Istri? apa maksudnya?" Batin Tata heran.
"Kenapa, kamu bahagia sekali ya. Sampai tidak bisa berkata-kata?" Ledek Leo kepada Tata.
"Pernikahan itu bukan hal yang pantas untuk di permainkan. Janji suci dan sakral." Kata Tata memberikan penjelasan.
"Aku sudah tau, untuk itu aku sudah meminta ijin dari ibumu dan beliau juga setuju. Juga kedua adikmu." Kata Leo.
Tata semakin tidak bisa berkata apa-apa. Lidahnya kelu dan membeku tubuhnya diam mematung.
"Pakai ini, Malam ini kamu sudah resmi menjadi tunangan ku." Kata Leo sambil menyematkan cincin di jari manis Tata.
"Menikah denganku tidak akan merendahkan harga diri dan martabat keluargamu." Kata Leo yang sengaja memancing amarah Tata.
Tata hanya diam tanpa ekspresi. Wajah datarnya sendu menatap Leo. Leo bergegas pergi setelah berhasil melamar Tata.
🐇🐇🐇🐇
"Bu, sejak kapan ibu menjalin komunikasi dengan pak Leo?" tanya Tata dengan tatapan kosongnya.
"Sejak dia menyerempet Caca. Bukan hanya ibu, tapi Ki semua. Dia calon menantu yang baik." Puji ibu Dewi kepada Leo.
"Kalian semua penghianat! Bu, aku masih ingin menikmati masa sendiri ku Bu." Rajuk Tata yang tidak siap dengan permintaan Leo.
"Lihat ibu, Semua akan lebih baik jika kamu menemukan pasanganmu. Terkadang Tuhan itu memberikan kita jodoh melalui jalur instan. Jadi kamu terima ya."
"Ibu sangat setuju jika kalian segera menikah. Telinga ibu sudah tidak kuat mendengar cibiran tetangga. Paling tidak jika kamu menikah dengan dia itu akan mengangkat derajat keluarga kita." Kata ibu Dewi membujuk Tata.
"Entahlah, aku pusing!" kata Tata sembari berjalan masuk kedalam kamarnya.
🐇🐇🐇🐇❤️❤️
"Bersiaplah, berdandan secantik mungkin. Persiapkan mentalmu. Malam ini kamu akan menemui calon ibu mertuamu." Isi pesan dari Leo.
Tata menanggapi dengan cuek. Bahkan dia sengaja tidak merias diri atau berpakaian rapi. Itu semua agar Calon Mama mertuanya.
'Apa semua ini aku baru mengenalnya 8 bulan yang lalu. Tiba tiba dia melamar dan mengajak serius? Kita tidak pacaran atau apapun itu. Tidak, tidak!! Aku tidak bisa terjebak dalam situasi yang membingungkan seperti ini.'
'Baik, ya memang baik. Tapi maksud tersembunyi apa yang ada di kepalanya?'
'Kenapa ibu dan adik adikku sekarang lebih menakutkan daripada mata mata?'
'Omelannya tadi tentang pak Farhan. Apa dia mencemburui ku?'
'Ah....! Aku hampir gila!!' Pikir Tata yang masih tidak bisa percaya dengan semua yang terjadi.
Jelita masih berdiri mematung bersandar di pintu.
Pagi ini, Hari Minggu. Leo sudah siap menjemput Tata dengan mobil mewahnya. Tangannya terus saja sibuk mengotak atik ponselnya.
Di dalam rumahnya, Tata sudah bersiap untuk pergi. Ibu Dewi yang masih sibuk memasak tidak mengetahui keberangkatan Tata yang di jemput oleh Leo. Hanya Nana dan Caca yang mengintip dari jendela kamar mereka.
"Gimana? Siap ketemu calon mertua?" Kata Leo tiba tiba di tengah perjalanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments