Maaf semuanya jika cerita ini tidak berkenan di hati kalian. Aku tidak memaksa kalian untuk membaca cerita ini. Jika tidak suka silahkan pergi🙏.
Sejatinya, setiap manusia di ciptakan berpasang-pasangan. Maka jika saat ini kamu sendiri, Mungkin itu karena jodohmu sedang meminta pada Tuhan mu untuk menjagamu sebagai pasangannya kelak.
ponsel Leo tidak berhenti berdering sedari tadi. Ini masih sangat pagi, bahkan Leo belum terbangun untuk ibadah subuhnya.
"Iya, Hallo. Ada apa ma?" Kata Leo dengan suara malas dan mata setengah terpejam.
"Kamu baru bangun? Tidak ingat kamu sayang? Hari ini kamu ada janji kencan dengan anak bibi Della." Kata Mama Elfa.
"Ingat ma, Leo ingat." Jawab Leo malas.
"Terus, kamu belum siap siap?" kata Mama Elfa.
"Iya, ma iya. Leo mau subuhan dulu." Kata Leo.
"Yasudah sana, terus jangan lupa doa. Minta untuk segera di pertemukan jodoh. Kamu sudah berumur 32 tahun Leo." Ucap Mama Elfa mengingatkan soal umur Leo.
"Ya, Ma. iya. Wassalamu'alaikum!" Kata Leo mengakhiri percakapan.
🐇🐇🐇🐇
Waktunya sudah tiba, siang hari. Leo hanya mengenakan pakaian casual dan saat ini dia menggunakan kursi roda. Entah apa yang ada di dalam kepalanya. Padahal kakinya sudah hampir pulih.
Kencan mereka di Cafe tempat Jelita bekerja.
Sedari Leo datang dan menunggu wanita yang di usulkan oleh Mama Elfa, Mata Leo terus saja berlarian kesana kemari mencari sesosok wanita yang pernah berbincang dengannya.
Masuklah seorang wanita yang cantik dengan tampilan yang sungguh elegan. Rambutnya panjang tergerai, dan kulit putih mulus. Tingginya sekitar 165cm.
"Leo ya?" sapa wanita itu menghampiri Leo sambil memandang wajah Leo untuk memastikan.
"Iya." jawab Leo seramah mungkin.
"Kenapa duduk di kursi roda? Kamu cacat sekarang?"Tandas wanita itu tanpa basa basi.
Leo menelan ludah mendengar kata cacat yang terlontar dari mulut wanita itu. Leo tidak menjawab dan hanya diam. Sesaat Leo mengotak atik ponselnya.
"Oh, iya kenalkan. Aku Cerin." Kata Cerin dengan raut wajah yang datar.
"kenapa ga di jawab? sejak kapan kamu cacat?" Ulang Cerin lagi.
"Lumayan lama."Jawab Leo berbohong.
Kali ini Leo terkesan sudah jengah dan jenuh untuk menanggapi perbincangan dengan Cerin.
Banyak kata kata Cerin yang terbilang tajam dan melukai perasaan Leo hanya karena Leo sedang duduk di kursi roda.
Sampai Cerin pergi. Leo masih duduk di kursi roda.
"Gila aja Mama, masa iya dia pilih laki laki cacat untuk anak semata wayangnya ini. Cih!" Keluh Cerin ketika berjalan keluar dari cafe yang kebetulan berpapasan dengan Jelita yang mulai memasuki Cafe.
Hari ini bukan hanya satu, tapi dua wanita sekaligus. Mama Elfa memang sedang gencar mencarikan pasangan untuk Leo.
Nita yang sedari tadi memperhatikan Leo dan Cerin hanya bisa mencerna sebatas kemampuan mendengarnya saja.
"Om om itukan yang kasih Tata tis gede itu kan? Sejak kapan dia cacat? Aneh."Gumam Nita sambil mengelap gelas gelas.
"Sudah datang Ta? ini cepat gantian. Aku ada janji sama Dito." Kata Nita yang seketika melepas apronnya ketika melihat Jelita datang.
"Ih, iya sih yang mau kencan. Sabar boss aku ganti baju dulu."Kata jelita yang langsung masuk kebelakang untuk berganti baju kerja.
Terlihat seseorang duduk di kursi roda yang membelakangi meja kasir. Jelita hanya fokus bekerja, Tapi semuanya buyar ketika laki laki itu datang dengan kursi rodanya untuk memesan makanan.
"Ice lemon tea dua ya mbak, sama cup cake juga boleh." Kata Leo.
Tata hanya tertegun dan tidak percaya. Laki laki itu duduk di kursi roda. Tanpa aba aba air mata Tata menetes begitu saja. Meski hanya kebaikan dengan memberikan uang seratus ribu, tapi nyatanya uang itu mampu menyelamatkan nyawa ibu Tata.
Flash back on.
"Bayar hutang mu, atau aku akan mengangkut semua barang barangmu!" Teriak si penagih hutang.
Ibu Dewi memiliki hutang dengan temannya sendiri yang bernama Bu Tiur. Ibu Dewi tidak menyangka jika Bu Tiur akan tega membungkam pinjaman Bu Dewi sampai sebegitu besar melebihi angka pinjamannya.
Malam itu sepulang Tata dari kerja, keributan itu terjadi. Tepat sekali setelah Tata menerima gaji. Ibu Tata menangis sambil memegang dadanya karena serangan jantung. Kedua adiknya hanya bisa menangis sambil memegangi ibu Dewi tanpa mampu berbuat apa apa.
"Masih berapa hutang kami!" Teriak Tata dari kejauhan sambil berlari dan mengusap air matanya.
"Masih banyak! masih 7 juta 600 ribu." Jawab penagih hutang dengan lantang.
"Ini, dan ini. bawa ini pulang. Bilang pada majikanku, hutang kamu lunas!"Kata Tata sambil memberikan Kunci motornya dan juga uang sebesar satu juta rupiah.
"Bagus, kalau begini kan tidak perlu ada ancam mengancam!" Kata si penagih hutang dengan senyum liciknya.
"Ta, itu motorkan buat kamu kuliah dan kerja. Kamu juga dapet nyicil dari Nita." Kata ibu Dewi dengan nafas yang tersengal sengal.
"Ga apa apa Bu. Yang penting kalian bisa bernafas lega sekarang. Nana, kamu ambilkan obat ibu ya." Kata Tata kepada Nana adiknya.
"Kak, obat ibu habis." Ucap Nana dengan wajah bingung dan takut.
"Sudah, kamu disini buatkan ibu minuman hangat. Aku akan mencari obat untuk ibu." Kata Tata yang segera bergegas berlari menuju apotek.
"Seratus tujuh puluh lima ribu rupiah mbak." Kata apoteker yang memberikan obat kepada Tata.
Tata melongo dan merogoh semua kantong baju dan celananya. Dia benar benar lupa jika uangnya sudah dia berikan kepada utusan rentenir tadi.
Tata melupakan saku kecil di bajunya. Tanpa sengaja tangannya meraba dan di ambilnya. Uang itu adalah uang tips seratus ribu pemberian Leo tadi.
Malam itu nyawa ibu Tata tertolong dengan uang pemberian Leo.
Flashback off.
"Pak, bapak yang memberikan saya uang tips seratus ribu itukan? Bapak sakit apa?" Tanya Tata dengan wajah yang sendu dan matanya mulai berkaca-kaca.
"Bukannya, kemarin sudah bisa berjalan dengan tongkat? Tapi sekarang?" Kata Tata dengan bulir air mata yang jatuh begitu saja.
Leo melihat Tata yang menangis jadi bingung sendiri.
"Tidak apa apa. Aku baik baik saja. Mana pesanan saya?" Kata Leo santai.
"Kenapa dia menangis?" gumam Leo yang keheranan sambil kembali ke mejanya.
"Saat itu, tanpa tidak ku sadari. Tuhan menjadikan dia penolongku. Tapi saat dia seperti ini, aku tidak bisa berbuat apa apa." Batin Lita yang menangis sedih.
Leo menunggu lama, tapi tidak ada wanita yang datang setelah itu. Hanya sebuah pesan singkat yang masuk. Pesan dari nomor yang tidak di kenalnya yang bertanya. Apa benar Leo yang sedang duduk di kursi roda.
"Mereka hanya memandang fisik!" Leo terkekeh sambil melihat pesan singkat itu.
Mata Leo kembali melihat Tata yang sibuk bekerja dan sesekali mencuri pandang memperhatikannya.
"Namanya pun aku ga tau." Gumam Leo sambil melihat Tata dari layar ponselnya.
Cekrek...!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments