Adzan Zuhur berkumandang segala aktifitas di Batalyon berhenti sementara. Apalagi para tentara baru yang berlatih memasang tenda dihalaman rumput menghentikan kegiatannya. Mereka berhenti sejenak mendengarkan suara Azan dan sebagian dari mereka beranjak pergi mencuci tangan atau be bersih diri untuk melaksanakan Sholat Zuhur di Masjid yang berada didalam Batalyon. Begitu juga Banu yang memang sedari tadi berada disitu menemani para junior atau para tentara muda dalam berlatih membuat tenda kini mulai berjalan pergi meninggalkan halaman rerumputan itu, menuju kran yang terletak di setiap pinggir halaman.
Selesai mencuci tangan ia langsung pergi menuju rumah dinasnya, untuk sholat dan untuk melihat adiknya apakah baik-baik saja atau tidak.
…………
Banu membuka pintu rumahnya, melihat kedalam yang terlihat sepi. Ia mencari keberadaan Jihan..
"Jihan,..Dek" panggilnya melangkah menuju ke kamar yang ditiduri Jihan.
Tidak ada, Jihan tidak ada di sana. Banu melihat kearah meja yang ada di dalam kamar itu. Meja itu yang semulanya tempat menaruh tas Jihan kini kosong tidak ada barang yang ada disitu.
Banu langsung keluar dari kamar, memastikan kembali bahwa benar Jihan tidak ada didalam rumah. Alhasil ia mengeluarkan ponsel miliknya dari kantung depan baju loreng nya. Berniat untuk menghubungi Jihan memastikan keberadaan gadis itu.
"Nomer yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan" Terdengar suara operator yang menyahuti. Nomer Jihan tidak aktif gadis itu tidak menghidupkan ponselnya.
Banu semakin bingung serta rasa khawatir dengan adiknya yang tidak bisa dihubungi saat ini.
Dia harus mencaritahu kemana adiknya pergi tetapi sebelum itu tentu saja ia tidak melupakan kewajibannya sebagai umat muslim yaitu mendirikan Sholat lima waktu. Banu sholat terlebih dahulu sebelum mencari dimana Jihan dengan berinisiatif untuk bertanya kepada rekan-rekannya yang lain siapa tahu melihat keberadaan Jihan.
………………
Bara juga bara pulang ke rumah Dinasnya, diluar rumah dinasnya lebih tepatnya dimeja depan rumahnya itu. Ia melihat segelas teh yang masih utuh, serta beberapa cemilan seperti gorengan yang berada di atas piring. Bara melihat itu dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Perlahan ia mendekati meja kecil itu melihat lebih dekat makanan dan teh tersebut.
"Ini pasti dari Jihan tadi pagi" lirih Bara sambil mengambil teh nya lalu meneguk teh yang sudah dingin itu hingga tandas. Ingatannya langsung teringat pada Jihan tadi, apalagi saat gadis itu meneteskan air matanya. Bara segera menghilangkan bayang-bayang itu lalu menaruh gelas yang ia pegang dengan keras di atas meja meninggalkan itu semua disitu tidak berniat untuk membawanya masuk kedalam rumah.
Saat Bara sudah masuk kedalam, Banu datang dengan terburu-buru lalu mengetuk-ketuk pintu Bara. Bara yang sedang bersiap melepas baju atasannya haris terhenti karena ketukan di pintu rumahnya.
Memakai kembali bajunya, lalu berjalan menuju pintu rumah.
Saat membuka pintu, ia tampak terkejut karena melihat Banu yang berdiri didepan rumahnya sambil tidak sabaran.
"Ada apa bang?" tanya Bara heran.
"Kamu,.." ucapan Bara terhenti saat ia melihat gelas serta piring yang masih berisi gorengan berada dimeja luar rumah Bara.
"Loh, bukannya ini yang dibawa Jihan tadi pagi?Dia membawanya ke tempatmu?" tambah Banu sambil memperhatikan Bara yang juga memperhatikan kemana arah Banu melihat.
"Iya itu yang Jihan bawa tadi pagi bang" Bara membenarkan ucapan Banu barusan.
°°°°°
Sementara Jihan saat ini berada di Sebuah mal dengan masih menggunakan baju yang ia kenakan tadi saat berangkat dari batalyon.
Dia berada di salah satu foodcourt ice cream, dengan satu es cream besar didepannya saat ini. Ia tidak sendiri melainkan dengan kedua temannya Wirda dan juga Nina yang memang sedang berada di mall ini.
Mereka bertiga memang telah janjian untuk hang out bersama saat Jihan kembali ke Jakarta setelah dari Bogor. Jihan telah janji kepada mereka berdua kalau ia akan menceritakan apa yang dilakukan gadis itu selama berada di Bogor dan bagaimana hubungannya dengan Bara saat di sana.
"Udah buruan cerita, jangan cemberut murung begini" Rasa penasaran Nina begitu menggebu apalagi melihat wajah Jihan yang tertekuk seperti saat ini. Seharusnya kan temannya ini bahagia karena bisa menghabiskan liburannya untuk berada didekat pria impian.
"Males, mau cerita" manja Jihan.
"Gimana sih temen lo Wir?Tadi di telpon katanya mau curhat. Nyuruh ketemu disini, eh sekarang udah ketemu bilangnya males" adu Nina pada Wirda.
"Temen lo juga tuh" bala Wirda tidak terima.
"Udah cerita aja sih, kenapa males?" ucap Nina tidak sabaran.
"Habisnya sakit banget nih hati nginget tadi" ucap Jihan dibuat-buat.
"Lebay banget sih, buruan. Nanti kita cabut nih kalau lo gak buruan ngomong" sudah habis kesabaran Nina melihat tingkah Jihan.
………………
Di Batalyon garuda Banu benar-benar sudah bingung harus melakukan apa, karena sedari tadi ia mencari tidak mendapati keberadaan Jihan dan saat ia tanya Bara tadi Bara bilang bahwa tadi pagi memang Jihan menemuinya tapi setelah itu ia tidak tahu Jihan pergi kemana.
Sebenarnya Banu biasa saja kalau adiknya pulang atau pergi kemana andai nomernya bisa dihubungi saat ini. Tetapi sayangnya nomernya sedari tadi tidak aktif, ditambah lagi saat Banu menghubungi kedua orang tuanya bertanya tentang Jihan apakah sudah sampai di rumah atau belum orang tuanya menjawab belum. Bertambah khawatir sudah dirinya saat ini,..
"Bang, tanya aja ke pos gimana?Siapa tahu Rosyid sama Dika melihat Jihan keluar dari Batalyon" usul Bara yang memang saat ini membantu Banu mencari keberadaan Jihan dengan bertanya kepada rekan-rekannya yang lain.
"Astaga, kenapa saya tidak kepikiran buat tanya ke pos ya" Banu mengusap wajahnya kasar, bagaimana bisa ia tidak terpikirkan sama sekali untuk bertanya ke pos jaga. Pasti mereka tahu, karena setiap keluar masuk dipantau terus oleh orang yang berjaga di pos. Sangking khawatirnya ia pada adik kesayangannya sampai-sampai lupa dengan hal itu.
Dengan segera Banu dan Bara berlari kecil menuju pos.
…………
Di pos Jaga Rosyid yang tengah makan melihat Kedua atasannya sedang berlari kearah pos saat ini.
"Danki, Wadanyon" ucapnya
"Ngapain bang marathon" celetuk Dika saat melihat pimpinan Batalyon di depan mereka saat ini.
Banu serta Bara hanya mengacuhkannya saja. Karena mereka saat ini tidak berminat untuk menanggapi bercandaan Dika.
"Kamu lihat adik saya nggak sid?" tanya Banu langsung sambil mencoba mengatur nafasnya yang naik turun karena berlari.
"Adik Wadanyon yang kemarin menginap disini kan?" balas Rosyid sembari memastikan ucapannya benar atau tidak.
"Iya," jawab Banu sambil mengangguk tangannya ia taruh di pinggang. Masih terlihat ia sangat kelelahan begitu juga dengan Bara yang sesekali membungkukkan badan.
"Oh, abang-abang ku ini nyari Gacil ya?" sahut Dika yang mendekatkan diri ke mereka.
Bara dan Banu saling melihat satu sama lain mereka tidak tahu siapa Gacil itu.
"Gacil? Siapa?" Tanya Bara dan Banu secara bersamaan.
"Gadis kecil bang, ya adik Bang Banu lah"
"Oh, kamu tahu dimana dia?" Tanya Bara mendahului Banu berbicara.
"Dia tadi pergi naik bis bang, sambil bawa tas sama pake jaket. Saya tanya dia mau kemana tapi dia tidak jawab dan malah pergi gitu aja" tutur Rosyid memberitahu pada Banu dan Juga Bara.
"Kemana anak itu,.." Banu tampak bingung memikirkan kemungkinan dimana Jihan saat ini
"Apa dia benar-benar pulang?" Batin Bara.
°°°
T.B.C
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 382 Episodes
Comments
Erma Wahyuni
sadarlah jihan..beljarlah dr pengalaman sdah ditolak bara..kamu harus merubah sfat dan sikap mu..jangan mngejar laki2 lgi..hijrah lah jihan
2021-09-18
0
گسنيتي
thor tolong dong ubah sifatnya sinjihanntu. supaya baranya mengejarnya balek..🙏
2021-05-25
5
Puji Ati
bara....
2021-05-23
1