"Iih kok cepat banget sih cutinya Mas,." protes Jihan saat Banu sudah siap dengan seragam PDL nya dan kini dia sedang mengenakan sepatu di kursi meja makan. Ya masa cuti Banu sudah berakhir kini saatnya dirinya kembali bertugas di batalyon Garuda. Dimana tempatnya dinas. Sudah empat hari juga Banu cuti dan berada di rumah jadi dia tidak bisa berlama-lama lagi
"Ya namanya mas kamu abdi negara dek, jadi ya nggak bisa lama-lama to di rumah" ucap Rossa, Ibu Banu dan Jihan.
"Kenapa kamu masih kangen ya sama mas,?" tanya Banu yang masih sibuk memakai sepatunya sambil sekilas melihat kearah Jihan yang duduk disampingnya.
"Nggak, siapa juga yang masih kangen sama mas Banu. Aku cuman ngerasa sepi aja nih rumah" ucap Jihan cemberut sambil bersiap mengambil makanan yang sudah tersaji.
"Kamu dek, kalau ada kakak kamu aja berantem terus. Sekarang kakaknya mau berangkat dinas cemberut," Pandu ayah Jihan baru saja datang kemeja makan memperhatikan putrinya yang cemberut saja.
"Iya nih dasar,." Banu yang sudah selesai memakai sepatunya langsung duduk tegap kembali sambil mengacak-acak rambut adiknya gemas.
"Iss, apaan sih mulai" Jihan merapikan rambutnya menatap kesal kearah Banu yang tertawa.
"Udah, kalian berdua cepat makan. Nanti terlambat loh" tegur Rossa yang juga mulai duduk di samping Pandu keluarga mereka memang terbiasa untuk makan bersama. Jadi tidak heran pagi-pagi sudah berkumpul saja dimeja makan.
"Kamu berangkat ke Batalyon dengan siapa Mas?" tanya Pandu pada putranya.
"Dengan Bara Yah, dia juga cutinya cuman empat hari" balas Banu sambil mengambil beberapa lauk.
"Hah, sama mas ganteng Mas?Nanti dia yang kesini atau mas Banu yang ke sana jemput dia?" Jihan mendengar nama Bara disebut langsung sangat antusias.
"Jihan.." tegur Pandu memperhatikan anaknya.
"Iya Yah," antusias Jihan langsung redup mendengar teguran ayahnya tersebut. Tetapi matanya masih menatap Banu berharap.
"Mas yang akan ke sana, Mas kan bawa mobil" balas Banu.
"Asikk, aku nebeng kalau gitu. Ya Kak, Ya" Jihan tampak senang dan terus memohon.
"Kamu berangkat sama ayah aja Jihan" Rossa bersuara.
"Nggak bun, aku mau berangkat sama Mas Banu. Kan rumahnya Mas Bara sebelum sekolahan ku" Jihan tetap teguh dengan keinginannya.
"Ayah, boleh ya aku berangkat sama Mas Banu?" ucap Jihan penuh harap pada Ayahnya.
"Boleh,.." balas Pandu singkat sambil meminum tehnya. Dia tentu saja mengijinkan putrinya, karena Jihan kalau sudah berkemauan tidak bisa yang namanya ditolak.
"Asik, Asik, aku bakal berangkat sekolah sama mas ganteng" Jihan sangat senang sekali.
"Dasar, adek gue" Banu menepuk jidatnya sendiri. Melihat tingkah adiknya yang terlalu sekali dengan seorang tentara.
"Kamu nurun siapa sih dek, perasaan Fira nggak kaya kamu deh" lanjut Banu melihat tingkah adik bungsunya tidak seperti Fira adiknya yang satunya yang kini ikut suaminya dinas di Sulawesi.
"Aku tak tahulah kak, tanya tuh kedua orang tua kita. Aku nurun siapa?" tunjuk Jihan pada kedua orang tuanya yang tengah makan.
"Yang jelas kamu bukan nurun bunda, kamu tuh nurun ayah mu tuh. Dulu ayah mu orangnya suka ter obsesian sama bunda" Rossa menatap suaminya yang sedang makan.
"Uhuhukkk" Pandu tersedak karena mendengar omongan istrinya barusan.
"Pelan yah, pelan makannya. Aku gak mau minta kok" celetuk Jihan sambil menahan tawa melihat Ayahnya yang tersedak.
Banu hanya tersenyum saja melihatnya. Keluarga Jihan memanglah sebuah keluarga yang hangat dan sangat harmonis satu sama lain, mereka saling bercanda dan bergurau bersama.
°°°°°
Bara sudah siap dengan seragam PDL nya, ia duduk di sofa ruang tamu. Menunggu abang seniornya datang. Siapa lagi yang ditunggu Bara kalau bukan Banu. Mereka memang berdinas di satu batalyon yang sama dan mereka juga kemarin mengambil cuti bersama, padahal mereka bukanlah saling mengenal dalam waktu yang lama, tetapi mereka sangat dekat sekali.
Bara sangat menghormati Banu, yang menurutnya sangat ramah dan mudah bersosialisasi serta merendah padahal pangkat Banu termasuk tinggi seorang kapten tetapi mau bergaul dengan perwira pertama, bahkan pergaulan Banu juga dibawah lagi termasuk para perajut secata maupun bintara.
Awal perkenalan mereka dulu terjadi di Akmil Semarang, saat ini Banu menjadi senior Bara di sana. Ketika itu Bara sangat sedih sekali karena Ibunya sakit dia tidak bisa pulang sehingga membuatnya sedih dan merasa rindu.
Tetapi entah bagaimana pada saat itu Banu melihat dirinya yang tampak ber murung di sudut asrama,.Banu mendekati dirinya dan mulai pembicaraan ringan.
Dari situlah mereka menjadi dekat, apalagi satu kata motivasi Banu membuat Bara begitu sadar bahwa dirinya harus terlepas dari belenggu kerinduan keluarga.
Karena jiwa raganya bukan milik keluarga lagi tetapi seluruh rakyat Indonesia.
Saat Bara tengah asik mengingat pertemuannya dulu dengan Banu. Sebuah mobil baru saja masuk ke halaman rumahnya.
Itu mobil Banu yang datang untuk menjemput dirinya. Bara segera berjalan keluar menghampiri Banu.
Papa dan Mama Bara keluar dari dalam saat melihat mobil yang datang ke rumah mereka.
"Itu senior kamu ya Bar,?" Tanya Lidya di samping Pramono suaminya.
"Iya Ma," jawab Bara singkat. Sambil menenteng tas loreng miliknya.
"Pagi Bang Banu,!" sapa Bara yang berjalan mendekat kearah Banu yang baru saja keluar dari mobil. Kaca Mobil Banu terbuka menampakkan sosok Jihan di sana.
"Pagi Mas ganteng" sapa Jihan sambil tersenyum. Kepalanya keluar dari jendela.
"Pagi juga Bar," sapa Banu balik
"Pagi Dek,." sapa Bara balik.
"Pagi Om, tante" sapa Bara sambil mendekat kearah orang tua Bara yang berdiri di samping Bara. Banu langsung mencium kedua tangan orang tua Bara bergantian.
"Udah siap-siap Bar,?" tanya Banu melihat Bara yang sudah siap menenteng tas dinas.
"Udah bang, tinggal berangkat. Bang Banu mau masuk dulu atau mau terus" ucap Bara.
"Terus aja Bar, gue harus nganterin tuh bocah ke sekolah" ucap Banu sambil menunjuk Jihan yang masih cengengesan
"Ya udah kalau gitu bang"
" Ma, Pa kita berangkat dulu ya" pamit Bara pada kedua orang tuanya.
"Loh, nggak mampir dulu nak?" ucap Lidya dan Pramono pada Banu.
"Nggak, Om Tan. Saya harus nganterin adek saya ke sekolah, nanti dia telat masuk sekolah" jawab Banu ramah.
"Itu adek nya,?" Tanya Pramono
"Iya om, itu adik saya" balas Banu.
"Halo, calon mertua aku" ucap Jihan sambil melambaikan tangannya dari dalam mobil.
Sementara Banu yang mendengar tingkah adiknya itu hanya tersenyum menahan malu.
"Hehheehe, maap ya om tante. Adik saya memang agak, gimana gitu" ucap Banu merasa tidak enak pada orang tua Bara.
"Mari Om tante, kita berangkat dulu" pamit Banu sambil mencium tangan kedua orang tua Bara dan dia bergegas berjalan kedalam mobil diikuti oleh Bara yang mulai masuk ke mobil.
°°°
T.B.C
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 382 Episodes
Comments
Erma Wahyuni
😂😂😂😂
2021-09-18
1
Sinsin Nur Syifa Karimah
hallo calon mertua aku.. hahaha
2021-07-02
1
Laelatul Khoeriyah
di semarang mah akpol
2021-04-15
2