Rumah dinas Banu tampak lebih besar dari milik Bara, karena memang jabatannya yang berbeda. Banu yang menjabat sebagai Wadanyon tentu saja memiliki fasilitas yang lebih di batalyon. Saat ini Jihan tengah berada di rumah dinas milik Banu ia mengerucutkan bibirnya terduduk diam di sofa rumah Banu. Sesekali melihat kakaknya yang duduk di kursi depan dirinya memperhatikannya horor.
"Ngapain kesini?" sungut Banu melihat tajam adiknya yang melihatnya was-was.
"Liburan.." singkat Jihan.
"Liburan?Ini bukan tempat liburan Jihan. Kamu nih bandel sekali sih, ijin sama ayah sama bunda nggak kalau kesini" tatapan Banu penuh tuntutan.
"Ijin.."
"Serius ijin, kalau kamu bohong lihat hukuman dari mas. Ijin nggak, mas bilang telpon ayah nih" ucap Banu penuh ancaman di setiap katanya.
"Iya ijin, tapi ijinnya waktu sudah berangkat hehehe" tawa Jihan takut-takut.
"Jihan..."
"Issh, mas Banu nih pagi-pagi udah marah-marah. Kalau mas Banu nggak suka aku disini, aku pulang. Lagian pula tadi juga aku mau pulang eh keburu mas Banu nya yang udah dateng duluan"
"Mas tobat tau nggak han punya adik kayak kamu, kamu nih kesini pasti ada maksud lain kan.? Kamu mau nemuin Bara?Kamu suka sama Bara?Udah buang suka kamu sama dia, dia udah punya pacar bahkan tunangan. Jadi cewek jangan ngejar-ngejar cowok adikku sayang"
Mendengar perkataan Banu tadi membuat Jihan tak percaya masa Bara sudah punya tunangan. Jelas kakaknya ini sedang berbohong, untuk dia agar tidak mengejar-ngejar Bara lagi. Bukanya sakit hati mendengar kakaknya yang berbicara agak keras pada dirinya justru Jihan malah berdiri memeluk kakaknya itu tentu saja membuat Banu heran dengan adiknya padahal ia sedang tidak bercanda,
"Mas ku sayang, nggak usah bohongin aku ya, nggak mempan" Jihan memeluk Banu sambil menepuk-nepuk punggung Banu.
"Mas, aku keliling-keliling bogor dulu ya?nanti aku balik kesini lagi" lanjut Jihan lalu pergi, dia sudah tidak mau berlama-lama lagi mendengar ocehan kakaknya yang hanya memekakkan telinganya saja.
Banu hanya geleng-geleng kepala, memutar tubuhnya menghadap ke Jihan yang berjalan keluar rumahnya. Ia lalu bangkit berdiri melihat adiknya dari jendela, dia melihat Jihan yang berjalan riang sambil melangkah-langkahkan kakinya lebar sambil bersenandung menyanyikan lagu naik-naik kepuncak gunung tinggi-tinggi sekali. Nyanyian itu terdengar sangat jelas bahkan tentara-tentara yang masih ada di rumah Bara mendengar itu begitu juga Bara.
"Kenapa dia senang sekali?Apa bang Banu tidak memarahinya?" batin Bara saat melihat Jihan yang berjalan begitu riang.
"Bang, bang, serius tuh anak udah kelas tiga SMA?Kok kaya bocah bener?terus itu beneran adiknya bang Banu, gak mirip banget" Dika memukul-mukul bahu Bara pelan agar Bara beralih melihatnya.
Bara melihat Dika sekilas lalu penglihatannya kembali mengarah ke Jihan yang sudah berjalan jauh.
"Ih, nyebilin abang pendiem ku satu ini. Saya tanya aja deh sama bang Banu" Dika mendorong pelan Bara sehingga membuat Bara yang tak siap hampir ter dusur ke depan. Lalu ia menatap Dika kesal, sungguh juniornya yang satu itu tidak ada akhlak sama sekali rasa sopan nya entah menghilang kemana. Padahal dulu Dika paling sopan sekali, bahkan sangking sopan nya dulu ia sering diledek pencitraan eh sekarang sudah menjadi tentara sungguhan malah tidak punya akhlak sama sekali anak itu.
Sementara Dika sudah menghampiri Banu yang mendekat kearah mereka semua saat ini.
°°°°°
"Bara saya minta maaf ya karena Jihan pasti sudah membuat repot kamu" ucap Banu merasa bersalah. Banu sedang berada di kantin Batalyon bersama Bara tetapi disitu juga ada Dika yang mengikuti mereka terus sedari tadi, entah Prada satu ini selalu mengikuti kemanapun dua perwira ini pergi. Dika memang sudah seperti adik bagi mereka,.
"Nggak bang, dia nggak bikin saya repot kok" jawab Bara sambil menyeruput teh hangatnya.
"Bang Banu, cewek kecil tadi nggak bikin repot Bang Bara tapi bikin repot saya, gara-gara dia semalem saya hampir telat apel tahu bang" sahut Dika sembrono tanpa berpikir. Sontak dua orang didepannya itu langsung menatapnya beda ekspresi,.
"Kenapa kok natap aku begitu?" Dika merasa tak mengerti kenapa dengan dua orang didepannya yang menatap aneh pada dirinya.
Bara langsung menginjak kaki Dika, bisa dibayangkan seberapa sakitnya itu kaki diinjak dengan sepatu berat milik tentara.
"Sakit bang, bang Bara apaan sih?" protes Dika menahan sakit dikakinya.
"Itu adik saya Dika,.." ucap Banu mengalihkan tatapan Kesal Dika pada Bara.
Dika menatap Banu, matanya terbuka lebar antara percaya dan tidak percaya dengan apa yang dikatakan wadanyon nya.
"Serius bang? itu adik abang? kok nggak mirip" ucap Dika asal dan kembali menerima hadiah dari Bara berupa pukulan pelan di kepala nya.
"Bang Bara nih apa-apaan lagi, tadi nginjek kaki saya sekarang mukul kepala saya besok apa lagi bang" ucap Dika sambil mengangkat kedua tangan nya dengan wajah aneh.
"Makanya mulutnya dijaga!!" peringat Bara menatap Dika yang masih terlihat lebay.
"Sudah-sudah, .." Banu mencoba melerai mereka yang mungkin kalau dibiarkan akan beradu argumen lebih lanjut.
"Ayo makan, keburu dingin nasi uduknya" tambah Banu mengajak kedua rekannya itu untuk makan.
"Bang aku tadi tanya loh, penasaran awak nih. Serius cewek itu adik abang?kok beda banget?" Dika masih terus ingin tahu bahkan dia mengulangi lagi apa yang ingin ia tanyakan.
Banu yang sudah mulai menyendok nasinya langsung mengeluarkan tatapan mautnya pada Dika. Dika yang tadinya begitu antusias untuk mendengar jawaban Banu langsung terdiam bagaikan patung yang tak bergerak, lalu dengan buru-buru ia mengambil sendok dan memasukkannya kedalam mulut sesekali melihat Banu takut-takut.
Bara yang melihat itu tersenyum dan hanya sesekali memperhatikan kedua orang yang saat ini sedang makan. Dia menertawakan Dika didalam hatinya karena sudah membuat kucing jinak berubah menjadi macan buas, itu sebuah perumpamaan untuk Banu karena Banu terkenal baik serta ramah murah senyum jarang sekali memperlihatkan kegarangan ketika bersama rekan-rekannya saat tidak berdinas.
"Kenapa Dik kok langsung diam?" ledek Bara menaham tawa melihat Dika yang seperti mati kutu.
Dika memperhatikan Banu yang sedang makan lalu melihat kearah Bara yang tersenyum meledeknya. Dika menaruh jarinya didepan mulutnya sendiri seakan bilang pada Bara untuk diam jangan berisik.
"Prada Dika makan, Letda Galbara berhenti tersenyum" tegas Banu serius. Jujur ini pertama kalinya bagi Dika melihat Banu yang berbicara dengan tegas saat mereka bersama, biasanya ia melihat Banu tegas saat bersama para pemimpin-pemimpin serta saat dinas semata.
"Ternyata Bang Banu bisa galak seperti bang Bara ya, iih takut" Batin Dika sambil sesekali memperhatikan Bara dan Banu yang sedang melahap nasi uduk mereka. Sekarang sang anggota baru sudah tahu, ia merasa takut sendiri.
°°°
T.B.C
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 382 Episodes
Comments
Erma Wahyuni
😂😂😂😂
2021-09-18
0
Gia Gigin
Next
2021-06-12
0
Nirmalasari
gak suka sikap Jihan..kasar ke org gtu klw ngomong...
2021-05-04
4