Bara sedang lari pagi mengitari taman kota, taman yang begitu luas nan asri. Dan taman yang sangat cocok untuk olahraga pagi karena tidak ada pedagang di sana. Taman tersebut bersih dari pedagang asongan yang biasanya memenuhi taman sehingga mengganggu para penikmat olahraga disitu.
Bara mengenakan celana pendek, kaus putih, kaca mata hitam dan Smart watch serta sepatu berwarna biru. Penampilannya pagi ini begitu mempesona kaum hawa apalagi badannya yang proporsional tampak membuat dirinya begitu menakjubkan.
Sudah lama sekali ia tidak menikmati hiruk pikuk kotanya ini. Bukan lama lagi tapi begitu lama, Saat dia pulang cuti. Selalu tidak sempat joging seperti ini pasti selalu ada kesibukan lain sehingga membuatnya jarang untuk keluar.
Bara sudah memutari taman itu kurang lebih sepuluh kali, membuat tubuhnya penuh sekali dengan keringat. Keringat nya begitu banyak terlihat basah baju yang ia kenakan dan nafas Bara mulai tersengal-sengal karena kelelahan,.
Bara berjalan ke salah satu bangku yang ada di taman tersebut. Saat sedang asik melihat ke sekeliling taman mencermati setiap orang di sana. Netra matanya menangkap seorang gadis kecil yang begitu ia kenal beberapa hari lalu.
Tidak jauh didepan Bara ternyata ada Jihan yang sedang menaiki pohon yang ada di taman tersebut, dia naik di sana karena harus mengambilkan balon untuk anak kecil yang menangis karena balonnya terbang ke atas pohon.
"Sebentar ya, kakak ambilin" lembut Jihan mencoba naik lagi ke ranting yang agak lebih tinggi.
"Awas nak jatuh, udah turun saja. Ibu nanti belikan lagi untuk anak ibu" Ibu anak itu merasa takut bila terjadi sesuatu dengan Jihan yang naik lebih tinggi.
"Nggak pa-pa kok bu, aku bisa ngambilnya. Udah tenang aja" jawab Jihan santai dan masih terus berusaha mengambil balon itu.
Bara yang duduk tidak jauh dari situ hanya memperhatikannya saja. Sebenarnya ia merasa khawatir dengan adik seniornya itu apabila jatuh. Karena terus khawatir akhirnya Bara berjalan mendekati ibu dan anak yang sedang melihat Jihan yang naik ke pohon dengan was - was.
"Dek, awas jatuh" ujar Bara yang sudah berada dibawah pohon bersama ibu dan anak-anak itu.
Jihan yang mendengar suara itu langsung melihat kebawah dirinya langsung tersenyum saat melihat siapakah gerangan orang tersebut.
"Eh, mas ganteng..Kok disini mas" Jihan melihat kebawah sambil berpegang ke salah satu ranting pohon.
"Kamu ngapain disitu?, udah turun" suruh Bara menyuruh Jihan untuk turun.
"Saya mau ngambil balon itu,." kekeh Jihan dan mencoba meraih balon yang sudah dekat dengan nya.
"Udah nak nggak usah, anak ibu udah gak nangis lagi kok. Turun aja nak ibu takut kamu jatuh" ibu-ibu itu memeluk anaknya ngeri melihat Jihan yang berada di atas pohon.
"Yah, tanggung bu. Saya udah ada di atas pohon. Udah saya bisa kok ngambil ini," Jihan masih dalam pendiriannya yang tetap berusaha ingin mengambil balon itu.
"Jihan turun, kalau kamu tidak turun saya laporin ke bang Banu" ancam Bara karena Jihan masih kukuh dengan keinginannya.
"Waahh, mas ganteng tahu namaku" Jihan malah kagum karena Bara mengetahui namanya bukanya menuruti kata Bara yang menyuruhnya untuk turun.
"Jihan saya tidak bercanda, turun sekarang juga. Atau saya benar-benar lapor sama bang Banu" ancam Bara sekali lagi sambil mengambil ponselnya disaku celana.
"Iya-iya aku turun" kesal Jihan. Bara sudah memasukan kembali ponselnya kedalam saku celana. Tetapi Jihan malah sebaliknya tindakannya dengan ucapannya berbeda justru ia naik lagi keatas dan berusaha mengambil balon itu.
Tanpa diduga-duga ranting satunya yang menjadi pegangannya patah begitu saja. Sehingga membuat Jihan terjun bebas kebawah karena tidak waspada.
"Akhhhhhh" teriaknya
Bara yang melihat itu langsung mendongak ke atas melihat posisi Jihan dan dengan sigap ia mengepas kan posisinya.
"HAPP"
Bara menangkap Jihan yang jatuh, mereka berdua terjatuh bersama ketanah dengan posisi Jihan berada di atas Bara. Jihan begitu takut sehingga membuatnya tidak sadar kalau sudah jatuh di atas tubuh Bara.
Bagaimana bisa sadar, saat ini Jihan memejamkan matanya. Sehingga tidak mengetahui kalau dia jatuh di atas tubuh Bara.
"Dek, bisa bangun sebentar. Saya bisa pingsan kalau ketindihan tubuh kamu seperti ini" Bara memegang Bahu Jihan yang masih memejamkan mata memeluk Bara yang terbaring di tanah.
"Suara siapa itu, suara malaikat ya" ujar Jihan masih memejamkan matanya.
"Nak, Nak..kamu tidak apa-apa kan?" ibu tadi menepuk-nepuk pelan tubuh Jihan yang masih berada di atas Bara.
Mendengar suara ibu-ibu itu Jihan perlahan membuka matanya, melihat kesamping lebih tepatnya kearah ibu-ibu itu.
"Wah, ibu saya selamat ya" ujar Jihan konyol.
"Iya, allhamdulillah kamu selamat nak berkat mas-mas ini"
Mendengar ucapan ibu itu Jihan baru merasa kalau dia saat ini sedang berada di atas tubuh pria.
Jihan melihat Bara yang meringis menahan sakit. Karena Jihan tidak kunjung bangkit dari tubuhnya. Ya walaupun tubuh Jihan kecil tapi cukup berat untuk berbaring ditubuh Bara, bukan itu saja itu membuat Bara tidak nyaman karena posisi mereka saat ini yang begitu intim.
"Bisa bangun sebentar" ujar Bara pelan dan langsung membuat Jihan dengan sigap bangkit dari tubuh Bara yang sebelumnya ia sempat terpesona dengan wajah tampan milik Bara.
"Yaah, maaf ya dek. Kakak nggak bisa ngambil itu balon" ujar Jihan kecewa.
"Nggak pa-pa nak, nanti ibu bisa belikan yang baru" sahut ibu dari anak itu.
Sedangkan anak kecil yang menangis tadi hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja sambil mengusap ingusnya.
"Terimakasih ya nak, tadi udah mau ngambilin balon anak ibu"
"Iya bu, sama-sama"
"Kalau begitu, ibu pamit dulu ya. Nak, salim dulu sama kakaknya sama omnya" pinta ibu itu pada anaknya.
Anak kecil tersebut segera mendekat kearah Jihan. Mengambil tangan Jihan dan menciumnya, lalu beralih kearah Bara yang berdiri tidak jauh dari Jihan. Kembali anak itu mengambil tangan Bara dan menciumnya. Bara tersenyum lembut menerimanya,..
"Saya permisi ya mas, nak" pamit ibu-ibu itu lalu menggendong anaknya berjalan pergi menjauh dan semakin menjauh dari dua orang yang saat ini tengah menatap kepergian mereka berdua.
Jihan tersenyum bahagia sambil, melambai-lambaikan tangan dada kepada anak itu yang juga melakukan hal yang sama seperti Jihan. Bara yang melihat itu tersenyum sekilas,..
"Kamu, jangan pernah nekat naik pohon lagi dek. Kalau jatuh bahaya" ujar Bara saat melihat Jihan yang masih dada kepada bocah tadi. Padahal ibu dan anak tadi sudah tak terlihat.
"Iih, kok mas ganteng cerewet sih kayak kak Banu" Jihan malah cemberut.
……………………
"Kamu mau makan apa biar saya yang bayar" ucap Bara pada Jihan. Kini mereka berdua berada di rumah makan yang berada diseberang pojok taman.
Bara mengajak Jihan untuk sarapan bersamanya, karena tadi tanpa sengaja ia mendengar suara perut Jihan yang kroncongan. Alhasil karena tidak tega membiarkan adik dari seniornya kelaparan ia memutuskan untuk mengajak Jihan makan.
"Mas ganteng baik banget sih sama aku, makin suka deh aku" Jihan menopang dagunya dengan kedua tangan sambil memperhatikan Bara yang hanya diam.
"Jangan panggil saya mas ganteng, saya gak ganteng kok. Gantengan kakak kamu?"
"Panggil saya Kak Bara saja atau panggil mas Bara. Kamu kan udah tahu nama saya kenapa manggil saya mas ganteng terus"
"Whahaha, tadi mas ganteng..eh maksud saya mas Bara bilang kakak saya ganteng. Ganteng darimana coba, gantengan juga Mas ganteng ini" tawa Jihan sambil mencoel-coel lengan Bara.
"Mas, mbak silahkan dinikmati" Salah satu pelayan datang membawakan dua piring nasi beserta lauknya.
"Terimakasih mbak" ucap Bara.
"Terimakasih mbaknya" ucap Jihan tersenyum manis.
°°°
T.B.C
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 382 Episodes
Comments
papz channell
thor...pangkat banu kapten ya?umur 22thun?di jelaskan karena pintar...kok ga masuk akal banget umur 22 udah kapten?belajar lagi gih thor...soal jenjang kepangkatam mulai dari lulus akmil dari letda ke kapten butuh waktu brpa lama....jangan asal tulis
2022-07-28
0
Sinsin Nur Syifa Karimah
hahahhahahaha
2021-07-02
1
Gia Gigin
Duplikatnya Rinda tapi Rinda lebih berani 😄😄
2021-06-12
1