"Mas Bara tadi itu orang tuanya ya?" Tanya Jihan Pada Bara yang duduk di depannya. Bara memang duduk disebelah Banu yang sedang mengemudi, sementara Jihan harus duduk dibelakang.
"Kenapa kamu tanya-tanya begitu?" Banu tampak curiga dengan adiknya.
"Diam Mas, aku tidak tanya sama Mas Banu. Aku tanya sama mas Bara" ucap Jihan kesal.
Galbara yang tadinya akan menjawab kini hanya diam tersenyum saja melihat perdebatan kakak adik.
"Mas, Mas Bara. Aku tanya loh" ucap Jihan masih ingin mendapat jawaban.
"Iya tadi orang tua saya" jawab Bara pada akhirnya.
"Yes, gue udah ketemu calon mertua gue" girang Jihan. Ucapannya yang lirih itu mampu didengar oleh Banu.
"Gak jelas sih kamu dek, masih kecil juga" desis Banu sambil terus fokus menyetir.
"Biarin" singkat Jihan.
"Mas Bara berapa bersaudara mas?" lanjut Jihan yang masih begitu penasaran dengan sosok keluarga Bara.
"Hanya dua bersaudara dek," ucap Bara menanggapi pertanyaan Jihan.
"Berarti Mas Bara punya adik atau kakak dong?" lagi-lagi Jihan terus merasa penasaran.
"Jihan..." tegur Banu
"Saya punya adik dek," meskipun Jihan sudah ditegur. Itu tidak membuat Banu tidak menjawabnya. Entah kenapa ia menanggapi pertanyaan dari Jihan.
"Bagus deh, nanti aku nggak jadi anak terakhir lagi dong" Jihan semakin senang membayangkannya.
Bara yang mendengar itu hanya tersenyum kecil, dia tidak terlalu mengambil pusing perkataan Jihan yang menurutnya masih remaja jadi tidak terlalu serius.
Sementara Banu geleng-geleng kepala tobat sendiri dengan kelakuan adiknya yang bungsu ini.
………………
Mobil Banu sudah berhenti didepan sekolah Jihan SMA Pelita.
Jihan segera turun dari mobil sebelum itu didalam mobil ia mencium tangan kakaknya dulu.
"Mas Banu, aku berangkat sekolah dulu ya" Jihan mengambil tangan Banu dan menciumnya.
"Mas Bara,.." ucap Jihan mengulurkan tangannya di depan Bara. Bara yang tadinya menatap ke depan saja kini berbalik menatap kursi belakang menatap Jihan tak mengerti
"Iya dek," ucapnya.
"Tangan mas Bara mana?" tanya Jihan membuat Banu dan Bara sedikit bingung.
Walaupun begitu, Bara tetap saja menunjukkan tangannya.
Dengan cepat Jihan mengambil tangan itu dan menciumnya. Lalu ia segera buru-buru kabur dari mobil sebelum Banu mengomel tidak jelas padanya.
Tentu saja Bara sedikit terkejut dengan itu, ia melihat kearah Jihan terus yang berlari keluar mobil masuk kedalam pintu gerbang Sekolah.
Banu hanya menghela nafas gara-gara tingkah adiknya tersebut.
"Bar, gue minta maaf ya. Atas kelakuan Jihan tadi" Banu merasa tidak enak dengan Bara.
"Nggak pa-pa bang, maklum masih remaja" senyum Bara tanda dia tidak masalah dengan itu.
Saat Banu sudah melihat adiknya benar-benar telah masuk kedalam sekolah. Ia segera menjalankan mobilnya menuju Batalyonnya yang mungkin memakan waktu kurang lebih dua jam.
"Bang Banu Kayaknya sayang banget ya sama Jihan" tanya Bara tiba-tiba. Sehingga itu membuat Banu mengalihkan pandangannya sekilas melihat kearah Bara.
"Hahaha, kamu aneh deh Bar. Ya jelaslah saya sayang sama Jihan. Dia adik saya" tawa Banu menjawab pertanyaan Bara.
"Hehehe, iya juga ya bang" Bara merasa konyol sendiri dengan pertanyaannya.
"Kamu juga pasti sayangkan sama adik kamu" Banu balik bertanya.
"Jelas bang, saya sayang banget" jawab Bara.
"Bagus, kita sebagai kakak harus sayang dan mengerti adik kita. Apalagi terhadap adik cewek, kita ini bagaikan sayap pelindung untuk mereka disaat mereka menginjak remaja" ucap Banu penuh nasehat. Bara yang mendengarnya mengangguk setuju dengan ucapan Banu barusan.
°°°°°
Jihan sedang berada di kantin sekolah miliknya. Di sana dia tampak tersenyum sendiri, memangku dagunya dan duduk sendiri di pojok meja kantin. Banyak yang memandangnya aneh di sana mereka heran sendiri kenapa dengan Jihan yang senyum-senyum sendiri seperti orang gila.
"Woy han,." Wirda mendorong bahu Jihan pelan. Membuat gadis itu menoleh kebelakang melihat siapa gerangan yang telah mengagetkannya.
Benar, Jihan memang benar-benar kaget karena suara Wirda yang begitu cempreng begitu menusuk ke gendang telinganya.
"Isshhh, apaan sih lo" kesal Jihan sambil mengkorek-korek telinganya. Mengurangi kepekaan dari suara Wirda.
"Lo yang apaan, disini senyum-senyum sendiri kaya orang miring" Wirda duduk di samping Jihan. Sambil menaruh minuman dan makanannya dimeja kantin.
"Gue..."
"Wah kalian berdua kumpul di kantin, nggak ngajak-ngajak gue" Protes Nina yang baru saja muncul didepan kedua orang itu dengan wajah cemberut.
"Jangan marah sama gue, marah nih sama orang satu ini. Udah pergi ke kantin sendiri, eh disini malah senyum-senyum sendiri coba" Wirda memperhatikan wajah Jihan yang masih tampak senyum-senyum sendiri menerawang entah kemana.
"Ya elah, nih anak udah kumat lagi" lanjut Wirda saat kembali memperhatikan wajah Jihan yang kembali senyum-senyum sendiri.
"Eh, eh kenapa ni bocah" celetuk Nina yang juga memperhatikan Jihan yang hanya senyum-senyum sendiri.
"Woi, Lo kenapa dah" Nina mengibas-kibas kan tangannya di depan Jihan.
Sontak saja Jihan langsung tersadar dari lamunannya.
"Lo ganggu aja sih" sungutnya pada Nina yang tentu saja hanya mlongo bingung. Kok kenapa dia yang jadi dimarahi.
"Gue, lagi bayangin pernikahan gue sama mas ganteng. Jadi buyar semua kan gara-gara lo" ucap Jihan lagi.
"Mas ganteng?" ucap Nina dan Wirda berbarengan.
"Mas ganteng siapa?" ucap Nina penasaran.
"Dia itu pangeran ganteng temen kakak gue" ucap Jihan sambil membayangkan sosok Bara.
"Ya siapa, yang lo bilang ganteng itu" Nina masih saja merasa penasaran.
"Kok lo kepo amat deh Nin" sahut Wirda.
"Biarin, gue pengen tahu aja. Siapa mas ganteng yang buat Jihan senyum-senyum sendiri kaya orang gila" balas Nina.
"Lo kayak gak tahu Jihan aja, ya siapa lagi kalau bukan cowok berseragam. Dia kan tipe-tipenya begitu" selosor Wirda
"Wiih, kayaknya terwujud nih keinginan" senyum Nina pada Jihan.
Jihan hanya cengengesan saja mendengar teman-temannya.
"Lah kumat maning nih" Nina menepuk jidatnya sendiri melihat Jihan yang cengengesan.
"Udah ah daripada lihatin gue, yang lagi bayangin calon imam. Lebih baik lo berdua makan tuh. Mbak sum udah dateng bawain bakso buat kalian berdua" tunjuk Jihan pada Mbak sum yang berjalan mendekat membawa nampan yang diatasnya terdapat dua mangkuk bakso.
"Nih, eneng-eneng. Baksonya udah jadi" ucap Mbak Sum sambil meletakkan bakso tersebut didepan Nina dan juga Wirda.
Sementara Jihan kembali memakan mie ayamnya yang sudah mulai dingin gara-gara ia abaikan untuk membayangkan Bara sedari tadi.
Sungguh paginya tadi begitu membahagiakan, Besok-besok kalau dia libur sekolah pokoknya ia harus main ketempat Kakaknya supaya bisa bertemu Bara.
Sungguh keinginan Jihan saat ini, dia sudah membayangkannya terlebih dahulu. Mengenai pertemuan yang bahkan belum terjadi di tempat pria itu berdinas, tetapi segala macam pemikiran sudah hambat di otaknya.
°°°
T.B.C
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 382 Episodes
Comments
Gia Gigin
Next
2021-06-12
0
Ranita Adellya PuspitaSari
jagan jangan mas ganteng itu kk nya si wirda ya thor
2021-03-05
2
Deva Santi
visualnya mana thor
2021-02-26
1