Jihan kembali ketempat dinas kakaknya sore hari menjelang magrib dia diantarkan oleh temannya Fano yang ternyata tadi mengajak Jihan untuk kepuncak.
Mobil Fano berhenti di depan pos masuk batalyon kebetulan disitu ada Fatur serta Bara yang sedang berjaga di pos.
"Bang, itu adiknya bang Banu kan?Darimana dia?" tunjuk Fathur kearah Jihan yang baru saja turun dari mobil.
"Tidak tahu," walupun berbicara begitu Bara langsung berjalan mendekat kearah Jihan dan juga Fano yang tengah berbincang di samping mobil.
"Anak kecil darimana?Magrib baru pulang tidak baik anak kecil keluyuran magrib-magrib" entah itu lelucon Bara atau apa yang jelas muka Bara hanya datar-datar saja melihat kedua orang didepannya.
Fano dan Jihan langsung menoleh bersamaan, melihat Bara yang sudah berdiri dibelakang mereka.
"Eh, Mas Ganteng..Kok manggil aku anak kecil sih" antusias Jihan langsung hilang saat Bara tadi memanggilnya anak kecil seketika wajahnya berubah menjadi cemberut.
"Kenapa senyum-senyum" sentak Jihan saat melihat Fathur yang berusaha menahan ketawanya dengan membungkam mulutnya sendiri.
"Ih, galak bang sih neng" Fano menimpali sambil tersenyum melihat Jihan yang menatap tak suka kearah Fathur.
"Kenapa kamu juga mau ngeledek aku" nyolot Jihan melihat Fano.
Bara yang dari tadi bergantian menatap mereka hanya menghembuskan nafasnya pelan. Ternyata adik seniornya begitu meresahkan, jauh seperti Fira kakak dari Jihan.
"Gara-gara mas Bara nih, lihat mereka berdua ngeledek aku kan" Jihan protes sambil menunjuk Fathur dan Fano satu persatu.
"Kenapa gara-gara saya? yang saya bilang kan memang benar kamu masih anak-anak" ucap Bara dengan wajah datar-datar saja.
"Udah ah, gue mau masuk kedalam. Awas kamu Fano, aku gak mau lagi kamu ajak jalan" marah Jihan menghentakkan kakinya ketanah lalu berjalan pergi meninggalkan mereka bertiga.
Sepeninggalan Jihan, Bara melihat Fano yang masih berdiri disitu saja memperhatikan Jihan yang masuk kedalam Batalyon, mata Bara begitu menelisik penampilan Fano yang menurutnya berantakan. Dilihat saja, celananya yang robek serta ada tato di pergelangan tangannya serta rambut yang tak rapi ditambah cara pandangnya pada Jihan patut diwaspadai.
"Silahkan pergi dari sini, Jika tidak ada kepentingan lagi" usir Bara secara halus.
Fano melihat Bara dengan tatapan yang entah tak bisa dijelaskan. Namun setelah itu ia tersenyum miring, dan pergi tanpa bicara.
"Siapa pria itu bang?Apa pacarnya adik bang Banu. Tampilannya kayak preman aja ya bang" bisik Fathur pelan agar tidak terdengar oleh Fano yang berjalan masuk ke mobil.
Bara diam saja meninggalkan Fathur yang terlihat tidak terima jika dia dicueki oleh Bara yang tiba-tiba pergi.
"Kayaknya tadi bukan anak sekolah deh bang, masa anak sekolah tampilannya macem preman gitu" Fathur masih saja membahas pria yang mengantar Jihan tadi padahal kini ia dan Bara sudah duduk di Pos jaga. Fathur orangnya memang hampir sama seperti Dika yang super-super ingin tahu sekali. Bedanya Fathur dia tidak berani asal ceplos dengan senior, mungkin ia akan bertanya secara halus dulu. Jika tidak dijawab maka baginya ya sudahlah mungkin orang yang ia tanya tidak ingin menjawabnya. Tapi tidak dengan Dika anak itu akan terus bertanya sampai mendapatkan jawabannya, bahkan dengan senior saja ia sangat gamblang dalam bertanya. Bahkan ia pernah dihukum untuk lari seratus kali oleh Banu, karena mulutnya yang tidak berhenti bicara alias meledek Banu saat Banu menolong seorang wanita di jalan. Orang yang masih sedikit ditakuti Dika tentu saja Bara, Dika langsung diam atau menghindar saat sudah melihat tatapan maut yang dikeluarkan oleh Bara. Bara memang di batalyon terkenal sebagai Danki killer dia begitu tegas dan menakutkan saat sudah marah.
...***...
"Nanti mas anterin kamu pulang" Banu membawa piring makannya mendekat kearah Jihan yang sedang makan diruang tv.
Jihan langsung menatap kakaknya yang tengah makan duduk di kursi sebelahnya.
"Ih mas, aku mau disini. Mau liburan" tolak Jihan
"Pokoknya pulang nanti habis mas makan kita berangkat" kekeh Banu tidak perduli dengan tatapan adiknya yang menatapnya tidak suka.
"Mas, nanti kalau aku pulang. Mas Bara kangen loh sama aku," ucap Jihan dengan Pdnya.
"Ngarang kamu, Nggak mungkinlah Bara kangen sama kamu, kamu loh siapanya dia"
"Mas kenalin, aku calon istrinya mas Bara" Jihan mengulurkan tangannya pada Banu yang sedang menyendok nasi.
Banu menepis tangan itu lalu menempeleng kepala adiknya.
"Kamu ini, masih sekolah. Kan mas udah bilang sama kamu Bara udah punya tunangan, kamu nggak usah terlalu berharap sama dia." tegas Banu mengingatkan Jihan kembali.
Jihan terdiam, kembali mengingat serta mencerna setiap kata yang diucapkan kakaknya kemarin serta sore ini. Jujur dia sedih bila benar Bara sudah memiliki tunangan tapi kan masih tunangan belum istri masih ada kesempatan untuknya selagi janur kuning belum melengkung kebawah.
"Bodo, masih tunangan kan? belum menikahkan? masih ada harapan buat aku mas. Selagi janur kuning belum melengkung" Jihan benar-benar tidak perduli dengan status Bara dengan orang lain saat ini. Intinya ia harus mendapatkan Bara. Hatinya sudah menetap ke laki-laki itu, titik pokoknya Bara ya Bara.
"Memang udah konslet kayaknya otak kamu dek"
"Mas tuh bilang begitu biar kamu..." belum juga Banu selesai bicara Jihan sudah memotongnya dulu.
"Nggak mau denger, nggak mau denger.." ucap Jihan bangkit dari duduknya sambil menutup buka telinganya tidak mau mendengar apa yang ingin Banu katakan.
"Jihan, Jangan pergi kemana-mana pokonya habis mas makan kamu mas anterin pulang" Teriak Banu saat adiknya itu sudah pergi menjauh keluar dari dalam rumah dinasnya.
………………
Jihan ternyata keluar ke lapangan duduk disebuah bangku sambil memperhatikan para tentara yang sedang bermain volly. Ya olahraga Voly memang sebuah olahraga yang sering dilakukan di Batalyon untuk mengisi kekosongan mereka. Bahkan ini bisa dibilang juga olahraga wajib bagi tentara, istri-istri para tentara juga nantinya bakal diminta untuk bisa bermain voly juga. Karena saat mengadakan acara maka istri para tentara diminta untuk bermain voly sebagi ajang perlombaan.
Jihan duduk sendirian di bangku itu melihat Para tentara yang bermain begitu bagus. Apalagi ditunjang dengan tubuh mereka yang sangat atletis sekali, Ternyata diantara mereka ada juga Bara yang sedang bermain. Kini netra mata Jihan hanya terfokus pada Bara seorang, tetesan keringat membanjiri wajah Bara serta begitu nampak di kaos loreng hijau milik Bara kaos itu begitu basah sekali. Wajah Bara begitu terpancar pesona dibawah lampu malam lapangan yang begitu terang, Bara tersenyum bersama rekan-rekannya saat tim mereka berhasil menang.
Tak lepas dari penglihatan Jihan setiap Bara bergerak serta tersenyum.
"Ternyata Mas Bara bisa senyum yang terlihat bahagia seperti itu" lirih Jihan bagaikan tersihir senyum manis Bara.
Bara yang telah selesai bermain, saling bertepuk tangan kepada rekan-rekannya lalu tanpa sengaja ia melihat Jihan yang melihatnya tersenyum seketika senyum Bara langsung hilang. Entah kenapa dia begitu, Jihan pun juga heran..
"Mas, Mas Bara senyum lagi dong. Aku masih belum puas lihat mas Bara senyum kaya begitu" Teriak Jihan dari pinggir lapangan. Sehingga para tentara yang tadinya tidak menyadari Jihan ada disitu sekarang semuanya melihat Jihan dan mereka sesekali melihat Bara.
"Cie, Cie Danki..Pacarnya nonton tuh" sorak mereka semua yang ada disitu.
°°°
T.B.C
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 382 Episodes
Comments
Dyah Natalia
jihan,,jihan,,,unyuuuuu
2022-01-22
0
Tiwik Firdaus
jihan jadi cewek kok ganjen amat padahal cowoknya ngak meladeni apalagi ngak sepadan dia kan pendek
2021-11-19
0
Erma Wahyuni
wah bakalan patah hati donk jihan jika bnar bara sdh tunangan
2021-09-18
0