"Mas Bara, Mas Bara" panggil Jihan berkali-kali mengikuti langkah kaki Bara yang lebar.
"Hemmm," hanya deheman semata yang diberikan Bara pada Jihan, dia masih saja berjalan tidak perduli pada Jihan yang kepayahan mencoba mengimbangi langkah kakinya.
"Mas Bara berhenti kenapa?Aku susah tahu ngimbangi mas Bara. Mas Bara tuh jalannya cepet banget kayak MRT tau nggak" omel Jihan yang berjalan dibelakang Bara.
Brakk..
Jihan terbentur tubuh Bara yang tiba-tiba saja berhenti tanpa aba-aba, membuat Jihan menabrak punggung gagah Bara.
"Ih mas Bara nih berhenti tiba-tiba aja, bilang kek" protes Jihan sambil melihat Bara yang sudah berbalik memandangnya.
Bara memandang Jihan menghembuskan nafasnya pelan, mencoba menimbang-nimbang apa yang akan ia katakan.
"Kamu sebenernya kenapa sih dek?" Bara memberikan tatapan yang pasrah.
"Aku nggak kenapa-kenapa kok mas?Memang aku kenapa?" ucap Jihan polos.
"Kamu kenapa ngikutin saya terus? bukannya kamu hari ini harus pulang besok sekolahkan?" Bara memperhatikan wajah Jihan.
"Aku pengen deket terus sama mas Bara"
"Saya mohon sama kamu dek, jangan dekat-dekat dengan saya. Saya nggak mau kalau orang-orang disini menganggap kamu ada hubungan dengan saya, saya disini bekerja" jelas Bara mencoba memberikan sedikit pengertian untuk Jihan. Jujur Bara sebenarnya tidak suka dengan perilaku Jihan saat ini, bukan saat ini saja tetapi dengan kelakuan sebelum-sebelumnya. Ia sangat risih sungguh risih kalau ada wanita yang mengejar-ngejar seorang laki-laki. Karena mengejar itu bukan kodrat perempuan tetapi kodrat seorang Pria yang harus mengejar wanita.
"Mas Bara marah ya sama aku, gara-gara aku teriak-teriak kasih semangat sama mas Bara tadi" ekspresi wajah Jihan tampak cemberut sedih memperhatikan wajah Bara yang datar tak berekspresi melihat dirinya.
"Kamu pikir saja sendiri dek, sebenernya saya nggak ingin bicara begini sama kamu. Tapi mau gimana lagi, maaf ya dek sebenernya saya risih melihat kamu yang selalu mengejar-ngejar saya semenjak kamu bertemu saya. Saya bukan tipe yang suka dikejar-kejar saya malah merasa ilfil melihat cewek yang ngejar-ngejar cowok,." tegas Bara pada Jihan.
"Lalu kalau risih kenapa mas Bara nggak bilang waktu itu, sebelum aku bener-bener pengen ngajar Mas Bara" Jihan masih belum paham mengenai apa yang dikatakan Bara.
"Saya terpaksa, pura-pura bersikap biasa sama kamu. Karena saya nggak enak dek sama Bang Banu, kamu adiknya" jujur Bara dan Langsung membuat raut wajah kecewa tercetak jelas di wajah Jihan.
"Mas Bara tahu nggak aku suka sama mas Bara" lirih Jihan masih berusaha tersenyum melihat Bara.
Tentu saja Bara terkejut mendengar, apa yang baru saja dibicarakan oleh Jihan, ia ter kisap berdiri ditempatnya melihat Jihan yang terlihat sendu. Sesekali menunduk dan memperhatikan Bara.
"Aku jatuh cinta sama kamu mas, aku pengen selalu ada bersama mu" entah kenapa Jihan meneteskan air matanya. Padahal cuman kata-kata begitu tapi mampu membuatnya terpengaruh sendiri saat seketika ia melihat wajah Bara yang semakin menatapnya tak suka.
Bara hanya diam saja melihat Jihan yang entah kenapa tiba-tiba saja meneteskan air matanya.
"Cintamu hanya cinta monyet, itu nanti pasti bakal hilang." tutur Bara penuh penekanan.
"Saya selama ini terlihat ramah baik sama kamu ya karena bang Banu, kamu juga sudah saya anggap adik tidak lebih. Saya su..." jelas Bara tapi harus terpotong karena Jihan yang menyahut.
"Saya tahu kok mas, Mas Bara sudah tunangan kan..?Saya tidak perduli pokoknya sebelum janur kuning melengkung aku gak bakal menyerah buat terus jatuh cinta sama mas Bara" Jihan masih setia dalam pendiriannya.
Bara diam ditempat terkejut untuk kesekian kalinya dengan ucapan Jihan. Bagaimana gadis didepannya mengetahui tentang pertunangannya..Raut wajah Bara dari raut terkejut kini berubah menjadi dingin. Auranya sungguh berbeda tidak seperti Bara yang biasanya, entah kenapa ia juga semakin menatap Jihan tidak suka bahkan tatapannya itu terkesan tajam.
Tanpa mengucapkan apa-apa Bara langsung pergi begitu saja meninggalkan Jihan yang menangis pelan menatap Bara.
"Pokoknya Mas Bara harus denger kalau aku cinta sama mas Bara" teriak Jihan tak menyerah padahal Bara sudah berjalan jauh darinya.
°°°°°
Jihan melangkah gontai memasuki rumah Dinas Banu, wajahnya tertekuk tak bersemangat. Lalu berjalan masuk kedalam kamar yang ia tinggali, mengambil tasnya serta memasukkan barang-barang yang ia bawa dulu kedalam tas. Rasa semangatnya saat ini seketika hilang melihat sikap Bara padanya,
sepertinya kembali ke Jakarta adalah pilihan tepat saat ini untuk Jihan.
Sekarang sudah pukul 08.00 WIB pagi, jelas tidak orang di rumah dinas Banu, karena kakak Jihan itu sudah berangkat Dinas dari pagi tadi saat Jihan keluar rumah membawakan teh untuk Bara. Benar teh, teh yang ia bawa tadi beserta gelas serta piringnya tertinggal didepan rumah Bara karena Jihan tadi meninggalkannya begitu saja saat melihat Bara yang malah pergi kearah lain ketimbang kerumahnya. Membuat Jihan terburu-buru mengejar Bara dan meninggalkan itu semua begitu saja.
"Ah bodo amat, gue mau pulang ke jakarta ajalah sekarang" Ucap Jihan didalam hati, ia langsung mengambil tasnya dan menggendongnya. Lalu ia melangkah keluar rumah dinas Banu.
………………
Penghalang jalan gerbang Batalyon terbuka, karena ini masih pagi dan banyak orang yang keluar masuk sehingga terbuka. Di pos ada Rosyid dan juga Dika yang tengah berjaga membuka tutup penghalang jalan itu.
Saat mereka berdua tengah berbincang tanpa sengaja mereka melihat Jihan yang memakai jaket jeans sambil menggendong tas berjalan didepan mereka keluar dari Batalyon
"Eh, eh dek, dek tunggu" panggil Rosyid menghentikan langkah Jihan.
Rosyid berlari kecil menghampiri Jihan yang memandang kearahnya. Dika juga ikut mendekat kearah mereka,..
"Wah si gacil mau kemana ini?" celetuk Dika memperhatikan Jihan yang masih terlihat murung. Namun dia langsung menatap Dika tidak suka.
"Gacil apa tuh?" sungut Jihan.
"Gadis kecil" jawab Dika sambil senyum-senyum meledek.
"Lo mau gue pukul" Jihan siap-siap melayangkan tinjunya.
"Kenapa tadi om manggil saya," Ketus Jihan melihat Rosyid.
"Whahahhaa," tawa Dika begitu membahana, ia begitu puas menertawakan Rosyid.
"Waduh, adek ini rabun atau bagaiman. Saya seumuran bang Banu tahu" tukas Rosyid memperhatikan Jihan tidak terima.
"mau ngomong gak penting ya, udah ah gue pergi bye" Jihan malas meladeni mereka berdua. Membuatnya berjalan pergi meninggalkan Rosyid dan Dika yang saling pandang satu sama lain. Mereka seperti bertanya-tanya tidak menyangka serta tidak percaya jika itu adiknya Wadanyon mereka yang terkenal ramah dan suka bercanda beda sekali dengan Jihan.
"Woiii dek mau kemana, udah pamit belum sama Bang Banu?" teriak Rosyid, karena ia merasa heran kenapa Jihan bisa pulang sendiri atau pergi sendiri seperti itu. Karena kemarin ia sempat mendengar kalau Jihan dilarang keluar-keluar dari Batalyon selama dia disini. Itu dikarenakan kemarin Fathur keceplosan bahwa dia melihat Jihan diantarkan seorang pria yang bertato dan penampilannya seperti preman.
Sehingga membuat Banu marah dan memarahi Jihan habis-habisan di depan Juniornya. Oleh sebab itulah Rosyid mengetahui jika Jihan harus keluar bersama seseorang dari batalyon atau keluar dengan Banu.
Jihan tidak perduli dengan teriakan Rosyid ia terus saja melangkah menyeberangi jalan, lalu naik kedalam sebuah bus yang akan membawanya ke Jakarta.
°°°
T.B.C
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 382 Episodes
Comments
Fransiska Siba
jujur kurang suka dengan karakter Jihan kenak kanakan, manja, susah di atur dan egois. dan parahnya bikin ifill. aku jadi perempuan malu sifat Jihan kayak gitu
2022-03-12
0
Erma Wahyuni
jihan pulang aja ngapain ngemis cinta sama bara..kasihan sama jihan hati nya pasti kecewa😥😢
2021-09-18
0
Nitaza Sahida
jihan..
melas e rek😢
2021-04-09
1