Waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam, waktu dimana menjelang magrib dan waktu dimana para tentara yang sedang berolahraga di lapangan batalyon mengakhiri kegiatan mereka. Rutinitas sore mereka tadi yakni bermain Voly senior dan Junior saling berkumpul dan bermain. Mereka dalam mix tema atau tim campuran di sana tidak ada yang namanya junior ataupun senior. Kata Junior dan Senior mereka gunakan dalam kegiatan militer saja jika seperti ini mereka layaknya teman tetapi juga saling memberikan rasa hormat satu sama lain.
Bara berjalan keluar dari lapangan menjinjing sepatunya yang ia pegang. Dibelakangnya ada beberapa rekan prajuritnya juga, ia tampak lelah terlihat dari dadanya yang mengambil udara serta keringat yang bercucuran di dahi serta membasahi baju olahraganya yang bernomor kan 4 serta tertera namanya di sana.
"Bang Bara!" Panggil salah satu rekan Bara yang berjalan dibelakangnya.
Bara menoleh, melihat siapa yang telah memanggilnya.
"Eh iya Thur," ternyata itu Fathur salah satu rekan Bara. Dia seorang prajurit muda yang baru menjadi seorang tentara yang berpangkat Prada.
"Gilak bang Bara tadi mainnya keren banget" Fathur berjalan di samping Bara sambil mengacungkan jempolnya.
"Kamu bisa aja, saya mah biasa aja mainnya. Itu si Rosyid justru bagus mainnya" sangkal Bara dan dia malah menunjuk seorang rekan lain yang saat ini berjalan mendekat.
"Waah bang Bara merendah aja, malah nunjuk saya lagi" ujar Rosyid yang sudah berada di samping mereka berdua. Rosyid adalah seorang bintara yang berpangkat Sertu. Sebenarnya usia Rosyid seumuran dengan Banu tetapi dia tidak enak jika harus memanggil Bara dengan namanya saja. Padahal kerap kali Bara menyuruh Rosyid untuk memanggilnya dengan namanya saja tetapi Rosyid selalu menolak, alasannya karena Bara komandan kompinya.
Sehingga Bara menerimanya saja saat Rosyid memanggilnya dengan embel-embel bang. Dia sebenarnya juga merasa tidak enak tetapi mau bagaimana lagi itu kemauan Rosyid.
"Siapa yang merendah, memang benarkan kamu yang bagus bermainnya" tawa Bara.
"Ah, komandan kita mah selalu merendah. Gak asik" ujar Dika yang ikut bergabung berjalan beriringan bersama mereka. Dika sama seperti Fathur seorang prajurit berpangkat Prada. Bara memanglah seorang komandan kompi di batalyon Garuda ini. Sementara Banu dia adalah Wadanyon di Batalyon Garuda berpangkat Kapten inf Banu Nugraha Hutomo.
"Waah tambah lagi nih, saya bakal digoda terus sama kalian" senyum Bara sambil memperhatikan Dika yang baru saja datang.
"Nggaklah bang, ngapain kita goda abang" sahut Dika. Dika memang orangnya lebih berani bicara dan sedikit blak-blakan.
Mereka berempat berjalan sambil senyum-senyum saling mengobrol dan saling goda. Mereka juga kompak saling menjinjing sepatu mereka masing-masing. Ya begitulah setiap harinya ketika mereka sedang bermain voly maka mereka akan melepas sepatu mereka sehingga saat selesai Voly para prajurit tampan di Batalyon Garuda akan berbondong-bondong berjalan beriringan kembali ke rumah dinas mereka masing-masing yang terdapat di batalyon menjinjing sepatu. Itu bukanlah hal yang aneh memang itulah kebiasaan mereka.
"Gimana Bang waktu ke Palembang beberapa waktu lalu?" Tanya Rosyid pada Bara yang berjalan menunduk.
"Gimana apanya?" Bara mendongak melihat Rosyid yang berjalan di sampingnya saat ini.
"Ya di sana, nemu cewek atau gimana gitu bang?" penasaran Rosyid. Bukan Rosyid saja tetapi Dika dan Fathur juga melihat kearah Bara penasaran.
"Yaelah cewek aja dipikiran kalian. Di sana saya dinas bukan untuk liburan. Jadi yang gak lihat ada cewek" jawab Bara sambil tersenyum kecil.
"Serius bang, " Dika sedikit menggoda Bara yang kembali diam sambil berjalan.
"Udah sore, sana masuk ke rumah kalian masing-masing. Saya mau masuk terus sholat magrib" ujar Bara yang langsung menaiki tangga kecil didepan pintu masuk rumah dinasnya. Meninggalkan junior-juniornya yang tampak kecewa tidak mendapatkan jawaban memuaskan dari Bara.
"Yah, Bang Bara gak seru" teriak Dika saat Bara sudah menutup pintu rumahnya rapat-rapat.
"Udah-udah gak usah kesel bang Bara kan memang begitu. Orang yang misterius dan pendiam. Jadi mana mau dia cerita" Rosyid menenangkan Dika yang menghela nafasnya pelan tanda kecewa.
Lalu mereka berempat segera berjalan menuju rumah dinas mereka masing-masing.
...🥀🥀🥀...
"Jihan makan malam dulu nak" Teriak Rossa pada putrinya yang sibuk nonton tv di ruang tengah.
"Iya bunda,.." balas Jihan lalu segera melangkah mendekat keruang makan. Dimana ayahnya sudah duduk disitu.
"Tumben ayah gesit banget dateng kemeja makan" desis Jihan melihat ayahnya.
"Kenapa?kamu nggak suka" Pandu menatap putrinya cemberut.
"Nggak tumben aja" lirih Jihan.
"Gara-gara bunda kamu masak gulai, ayah jadi antusias banget buat cepat makan. Gulai buatan bunda kamu kan memang paling markotop" binar Banu sambil menatap Gulai yang sudah disendokkan Rossa ke piringnya.
"Waduh, kayaknya ini mau punya adik gue" celetuk Jihan sambil mengunyah makanannya dan sesekali melihat Bunda dan ayahnya bergantian.
"Kamu bilang apa tadi dek" ucap Rossa yang sedikit mendengar ucapan Jihan barusan.
"Nggak kok bun, salah ngomong aja" sahut Jihan cepat. Kalau ayahnya mendengar apa yang ia bicarakan tadi bisa-bisa ia mendapatkan getokan di kepala.
………………
Setelah selesai makan Jihan kembali duduk diruang Tv menonton acara kesukaannya acara luar negeri yang ia tonton di tv secara prabayar. Sekarang dia tidak sendiri tetapi juga bersama keluarganya yang juga duduk disitu lebih tepatnya di sofa didekat dirinya. Karena saat ini Jihan duduk di single sofa.
"pindah dek acaranya, pindah sinetron" pinta Rossa pada anaknya.
"Males bun, ini aja. Bunda nih tontonan nya sinetron, gak bagus tau bun gak berkualitas, ceritanya itu-itu mulu yang ditayangin" protes Jihan menolak perintah bundanya.
"Iya bener, udah ini aja bun. Kurangin lah nonton sinetron, gak bagus" Pandu membenarkan perkataan putrinya barusan.
"Udahlah, bunda ke kamar aja. Ngalah sama kalian, kalian berdua kalau udah bersatu bunda kalah, kalian mah kembar" Rossa mengalah dan beranjak pergi meninggalkan suami serta putri bungsunya di ruang tengah.
"Bunda ngambek nggak tuh" ucap Jihan sambil sekilas memperhatikan bundanya yang mulai masuk kedalam kamar. Lalu ia memperhatikan ayahnya bertanya.
Ayahnya hanya mengangkat bahu tanda tidak tahu, lalu kembali fokus menonton acara luar negeri. Dia tidak ambil pusing kalau istrinya itu marah, Rossa memang selalu seperti itu.
"Yah, mbak Fira kapan pulang?udah lama loh dia nggak pulang masa mas Hanafi nggak ada cuti" tanya Jihan pada ayahnya mengenai kakak perempuan dirinya yang sudah lama tidak pulang.
"Iya memang, mas Hanafi belum ada cuti dek jadi kakakmu Fira ya nggak bisa pulang kalau nggak sama suaminya" jelas Pandu pada putri bungsunya.
"Yah, padahal aku kangen sama mbak Fira. Mau curhat" ucap Jihan tampak murung.
"Curhat apa kamu? tumben mau curhat sama mbak mu biasanya aja dulu kamu ribut sana ribut sini. ngelebihin ribut kamu sama mas mu" Pandu menatap anaknya penasaran.
" Ayah mau tahu atau mau tahu banget" goda Jihan pada ayahnya yang sesekali memperhatikan layar televisi.
"Kamu ya dek,." Pandu tampak gemas dengan putri bungsunya itu yang berbeda dengan kakak kakaknya yang pendiam tidak berani menggoda orang tua. Lah anaknya satunya ini, selalu saja menggoda. Tapi Pandu sungguh bahagia memiliki Jihan karena anak ini selalu saja tidak bisa diam dan menghibur.
°°°
T.B.C
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 382 Episodes
Comments
Erma Wahyuni
jihan cempreng😂😂😂
2021-09-18
0
Adila Nisa Ardani
mampir thor mudah"Han ceritanya nga membosankan dan nga ber tele"
2021-06-15
0
Gia Gigin
Lanjut
2021-06-12
0