15. Percakapan Pria

Jangan lupa dilike ya sayang-sayangnya Pak Dean, eh Mas Bara XD

Selamat membaca :*

************

Pagi itu sesampainya di Polsek, Bara segera menuju ke sebuah meja tempat di mana para wartawan menyimpan barang-barang.

Dari bawah meja ia mengambil sebuah kotak yang isinya adalah sebuah helm yang kemarin dibelikannya untuk Dijah. Hal itu dilakukannya untuk mengantisipasi kalau-kalau ia akan membonceng wanita itu lagi.

Sambil tersenyum-senyum Bara mengelap helm itu dengan tisu dan memastikannya mengkilap. Bara memang berniat pergi ke kos-kosan Dijah untuk mengantarkan wanita itu wawancara ke kantor perusahaan rokok.

Setelah mengelap bersih memastikan helm itu mengkilap dengan mematut-matutnya, Bara meletakkannya di stang sepeda motor dan ia segera naik ke motornya.

Sesaat ketika motornya menyala dan diputarnya menghadap ke arah pagar, ia melihat Dijah yang sedang menyeberangi jalan dan buru-buru masuk ke gang rumahnya yang tepat berada di sebelah Polsek.

Pagar batu Polsek yang setinggi dada orang dewasa hanya dapat memperlihatkan puncak kepala Dijah saja saat wanita itu menghilang sebelum sempat dipanggilnya.

Harusnya Dijah pagi itu langsung berangkat untuk wawancara, dengan sedikit heran ia melajukan motornya pelan-pelan memasuki gang.

Bara tak tahu yang mana rumah Dijah, tapi dari kejauhan ia mendengar suara Dijah memanggil seseorang dan kemudian seorang lelaki tua keluar dari rumah masih dengan rambut acak-acakan. Bara langsung mematikan mesin motornya.

Awalnya bara ingin langsung menyapa Dijah. Tapi mendengarkan perkataan wanita itu kepada laki-laki yang ternyata ayahnya, sangat membuat perasaan Bara tak enak.

Tega sekali ayahnya itu, pikir Bara. Harusnya dengan usia segitu, Dijah bisa berkuliah dan nongkrong bersama teman dan pengeluarannya masih ditanggung oleh ayahnya.

Bara melemparkan tatapan benci pada laki-laki yang sedang berdiri menggaruk-garuk kepalanya salah tingkah karena diomeli anaknya.

Tiba-tiba Bara mendengar suara isak Dijah. Bara yang tadinya menunduk sekarang mendongak melihat wanita itu mengusap wajahnya berkali-kali. Tampilannya yang tadi rapi kini sedikit berantakan karena wanita itu berkali-kali mengelap wajah dan menyisir rambutnya yang terikat ke belakang.

Bara semakin membenci ayah Dijah. Apakah Dijah akan marah padanya kalau ia menonjok pria itu sekarang? Bisa-bisanya dia memperlakukan anak perempuannya seperti itu.

Dari sela-sela pagar Bara melihat penampilan Dijah yang mirip pegawai cafe dalam masa training. Hitam putih. Sangat sederhana. Dengan sepasang sepatu murahan dan sebuah tas yang beberapa malam ini dilihatnya tergantung di pegangan lemari. Tas Dijah cuma itu saja, tak ada yang lain pikir Bara.

Dul yang tadinya menangis, kini menatap Bara dan motornya dengan terkagum-kagum. Dengan sorot mata terpesona, Dul memandangi motor Bara dengan antusias.

"Ayo naik," ajak Bara mengulurkan tangannya. Dul yang masih sedikit bingung tapi menurut, menyambut uluran tangan Bara dan menginjakkan kakinya pada sadel boncengan yang cukup tinggi.

"Jah!" panggil Bara. "Maaf ikut nyela, khawatir Dul makin terlambat. Acaranya di mana? Aku aja yang anter Dul."

Dijah menoleh padanya dan menatap bingung. Bara tak tega melihat tampilan Dijah yang akan pergi wawancara hari itu.

"Eh? Nanti gimana kalau..." Kata-kata Dijah terputus.

"Udah?" tanya Bara pada Dul. "Di mana acaranya?" Bara memastikan tempat yang akan ditujunya.

"Di taman wisata Om," jawab Dul.

"Ya udah, kita langsung ke sana. Jah kamu pergi ke kantor itu sendiri ya. Permisi Pak..." ucap Bara yang merasa tetap harus permisi pada pria tua yang semenit lalu ingin ditonjoknya.

Sudah pukul setengah sembilan, dan bus sekolah Dul sudah hampir tiba di tempat acara. Bara mengenakan helm yang dibelinya untuk Dijah kepada Dul. Berkali-kali helm itu turun menutup wajah Dul, tapi Bara melihat bocah itu nyengir dari kaca spion sambil memeluk erat pinggangnya.

Dijah harus belajar dari Dul cara memeluk pinggangnya seerat itu agar ia bisa memamerkan perut rata dan sixpacknya pikir Bara.

Setibanya di tempat acara, Bara terperangah melihat begitu banyaknya bus pariwisata yang terparkir. Ratusan anak TK yang terlihat bertubuh dan berwajah hampir sama tumpah ruah di tempat parkir.

Dengan sebuah ransel yang tersampir di bahunya, tangan kiri bara menggandeng lengan Dul dan tangan kanannya membawa kotak bekal anak laki-laki itu.

"Kita cari temen-temen dari sekolajan kamu dulu ya," ujar Bara sambil sedikit mundur untuk melihat nama TK yang tertera di punggung baju olahraga gang dikenakan Dul.

"Itu temenku Om!" seru Dul menunjuk sekelompok anak-anak yang sedang digiring seperti anak bebek oleh beberapa orang guru perempuan.

Belasan ibu-ibu ikut mengiri anak mereka masing-masing sambil menjepretkan kamera ponselnya ke arah anak masing-masing.

"Permisi Bu, maaf Dul terlambat." Bara menyodorkan tangan Dul pada gurunya yang langsung menyambut bocah itu.

"Iya Pak, nggak apa-apa, kita juga baru nyampe. Bapak orangtuanya Dul kan? Jangan pulang dulu ya Pak, bantu Dul memakai seragam marching band-nya. Sekolah kita dapat giliran pertama kali." Guru Dul tampaknya tak mempedulikan jawaban Bara karena wanita itu langsung berjalan menuju tenda-tenda yang di atasnya tercantum nama asal TK masing-masing sekolah.

Bara menggaruk kepalanya dan ikut berjalan mengiringi anak-anak itu. Sesampainya di tenda, guru tersebut membagikan sebuah bungkusan pada masing-masing anak.

"Mohon dibantu pada orangtuanya ya bunda-bunda, itu isinya seragam anaknya. Setelah acara harus segera dikembalikan, jangan sampai hilang."

"Ini Om," tukas Dul menyerahkan bungkusan itu pada Bara.

"Bunda-bunda..." gumam Bara melihat sekelilingnya. Memang semua yang hadir di sana adalah bunda-bunda. Hampir tak ada laki-laki.

"Dul... Ayahmu ya?" teriak salah satu anak pada Dul.

"Ayo Dul pake seragamnya dulu," ucap Bara mengeluarkan isi bungkusan dan setengah berjongkok memakaikan seragam marching band itu pada Dul.

Dul telah selesai berpakaian, tapi Bara melihat ada secarik sapu tangan keemasan yang ia tak tahu harus diletakkan di mana. Bara menoleh ke kanan kiri untuk melihat tampilan anak lain.

Bara menggerutu di dalam hatinya. Ini adalah kali terakhir ia berada di tengah ibu-ibu dalam kebingungan. Ia harus memastikan bahwa isterinya nanti harus berada di rumah saja mengurusi anak-anaknya. Tak boleh bekerja.

"Ayah Dul, sini saya bantu." Seorang ibu muda mengambil sapu tangan keemasan itu dari tangan Bara dan menyelipkannya di pundak Dul.

"Nah, begitu Mas..." ujar wanita muda itu pada Bara seraya tersenyum.

Dijah juga harus belajar dari perempuan muda ini untuk memanggilnya Mas selembut itu, pikir Bara.

"Dul udah selesai Bu," ujar Bara pada seorang guru yang sedang mengecek penampilan tiap muridnya.

"Oke Dul masuk ke barisan," pinta gurunya.

"Mas ayahnya Dul ya?" tanya perempuan tadi seolah ingin memastikan.

Tak ingin banyak menjelaskan, Bara langsung menjawab, "iya Mbak..." Dul menoleh ke arahnya saat ia mengatakan hal itu.

Dan Dul langsung berkata, "Yah, aku baris dulu ya..." bocah laki-laki itu tersenyum jahil padanya. Bara berjengit.

"Mas duduk di sini aja dulu, anak-anak kita sedang latihan sekali lagi. Baru kemudian nampil, nanti kalo nampil kita bisa mendekat untuk foto-foto." Wanita itu menunjukkan selembar tikar yang bawahnya telah dialasi terpal biru sebagai tempat duduk para orang tua yang menunggui anaknya.

"Anak-anak kita," gumam Bara sendirian.

"Ayah Dul! Duduk sini, saya tadi bikin rujak untuk cemilan. Ayo--ayo sini," ujar wanita muda lainnya yang menarik tangan Bara setengah memaksa agar ia ikut duduk di atas tikar itu.

Bara setengah terhempas di atas tikar itu. Dan dalam keadaan tak sepenuhnya sadar, ia telah mengunyah berbagai macam makanan yang disodorkan para ibu orang tua murid padanya.

"Ibunya Dul diem-diem udah menikah lagi. Kita nggak ada yang tau. Nggak diundang ya Jeung..." ucap wanita lain yang memakai penutup kepala tinggi dengan tempelan berbagai macam bunga hampir satu pot di kepalanya.

"Iya, kita nggak diundang. Jadi sekarang ibu Dul kerjanya apa?" tanya seorang wanita lain yang memakai rompi panjang motif macan tutul yang terseret nyaris ke tanah.

"Ibu Dul nggak kerja, tadi di rumah lagi nggak enak badan tidur-tiduran aja. Saya nggak suka dia keluar rumah." Bara berpikir kenapa tak sekalian saja membuat para ibu-ibu ini punya bahan baru untuk dibicarakan. Urusan besok-besok mereka bilang apa ke Dijah, itu urusan wanita itu menjawabnya. Bara sedikit tersenyum licik.

Pagi itu Bara laris manis dikerubuti ibu-ibu yang bersemangat ingin mendapat sepotong pujian tentang enaknya cemilan yang mereka sodorkan ke tangan Bara. Bara terus manggut-manggut sambil mengunyah.

Saat Bara melihat Dul, anak laki-laki itu sedang meringis ke arahnya. Kelihatannya Dul merasa tak enak karena telah membuatnya terjebak di tengah para ibu-ibu itu.

Musik marching band kemudian terdengar diputar. Bara menoleh asal suara.

"Sudah pembukaan, sebentar lagi kita ke depan Mas. Biar foto anaknya bagus!" Suara ibu-ibu tadi mengingatkan Bara akan kamera Canon tipe EOS 5D Mark III yang biasa digunakannya untuk mengejar foto bahan berita.

Bara melepaskan ransel dan membuka resteling untuk mengeluarkan kamera mahalnya. Sebagian ibu-ibu yang tadinya berisik saling menceritakan kegiatan pagi mereka berulang-ulang mulai terdiam. Mereka memperhatikan apa yang sedang dilakukan Bara.

Tangan Bara dengan cekatan membuka sebuah kotak transparan tempat ia menyimpan lensa kameranya secara terpisah.

"Ayahnya Dul tukang foto kawinan ya?" tanya salah seorang ibu-ibu.

"Wartawan Mba... Wartawan," sahut Bara meringis.

"Wih, keren. Ayah Dul wartawan."

Tentu saja keren pikir Bara. Seandainya saja orang tahu beberapa orang pahlawan nasional dulunya adalah seorang jurnalis sepertinya, pasti semua orang akan menganggap profesi wartawan ini patut dibanggakan pikir Bara.

Ibu-ibu semakin berdecak kagum melihat Bara yang dengan cekatan memasang kamera profesionalnya. Mendengar pujian dari ibu-ibu itu membuat Bara semakin memasang wajah datar misterius.

Suara musik marching band semakin memekakkan telinga dan Bara tiba-tiba merasakan ponselnya bergetar. Ia melihat panggilan itu ternyata dari Bayu juniornya di kantor.

"Ada apa Bay?" sahut Bara dengan intonasi tinggi.

"Lagi di mana Mas? Kita diminta Pak Heru ke kantor," ujar Bayu di seberang.

"Lo aja duluan ke kantor. Bilang gua lagi ngejer berita. Penting banget berita ini," jawab Bara dengan ponsel yang terjepit di antara bahu dan telinganya. Tangannya masih sibuk membereskan kotak lensa dan memasukkannya lagi ke dalam ransel.

"Mas Bara lagi di markas TNI ya? Suara musiknya begitu," tukas Bayu lagi.

"Iya. Makanya... Gue lagi di Mabes TNI ni. Ngejer berita anak Pangdam Jaya. Lo bilang aja gitu ama Pak Heru," jawab Bara setengah terkekeh.

"Siap Mas! Semoga sukses dan lancar ngejer anak Pangdamnya," sahut Bayu polos.

"Iya, doain Pangdamnya malem ini baek ke gue ye..." Bara tertawa menjawab ucapan juniornya itu.

To Be Continued.....

Terpopuler

Comments

ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞

ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞

Aku dukung ko Mas Bara, emang perlu d kasih paham orang tua kayak bapaknya Dijah..
keterlaluan banget

2025-01-31

2

Andri Yani

Andri Yani

ngakak aq thor nengok tingkah bara dah mirip lah sm.tini suketi suka asal ceplos 😄😄😄😄

2025-03-13

0

Teh Mbak Sri

Teh Mbak Sri

Lagi bayangin wajah Bara yg lagi ngumpul bareng emak2. Eh Bunda, Bunda..
Dikerubutin pula..🤣🤣🤣

2025-01-25

0

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 1. Terlatih Terluka
3 2. Pelarian Perkenalan
4 3. Main Mata
5 4. Sepotong Selingan
6 5. Tatapan Terarah
7 6. Pelanggan Pertama
8 7. Karena Kasihan
9 8. Mulai Meresapi
10 9. Debaran Dijah
11 10. Sepiring Santapan
12 11. Kok Kesal
13 12. Kiriman Konsumsi
14 13. Tentang Tetangga
15 14. Sedikit Sentilan
16 15. Percakapan Pria
17 16. Tini Tenar
18 17. Ketagihan Kerokan
19 18. Percakapan Pagi
20 19. Pernyataan Pacaran
21 20. Berburu Berita
22 21. Perdana Pacaran
23 22. Mantan Menjijikkan
24 23. Percakapan Panjang
25 24. Kehidupan Kos-kosan
26 25. Merasakan Minder
27 26. Bara Berusaha
28 27. Secercah Senyuman
29 28. Malam Minggu
30 29. Jalan-Jalan
31 30. Api Asmara
32 31. Ambyare Ati
33 32. Duel Dijah
34 33. Pacar Posesif
35 34. Curahan Cerita
36 35. Pesan- pesan
37 36. Kisah Kelam
38 37. Dekat Dul
39 38. Maju Mundur
40 39. Kejutan & Keributan
41 40. Puncak Perselisihan
42 41. Ratapan Rindu
43 42. Akumulasi Amarah
44 43. Pulang Pagi
45 44. Binar Bahagia
46 45. Tertawa Terbahak
47 46. Khayalan Kekasih
48 47. Makan Malam
49 48. Adu Argumen
50 49. Bukan Bapak Biasa
51 50. Surprise Sticker
52 51. Prospek Pasar
53 52. Potongan Percakapan
54 53. Cerita Cinta
55 54. Andai Ayah - Anak
56 55. Sambutan Sapaan
57 56. Kekasih & Keluarga
58 57. Bahagia Bertiga
59 58. Sepasang Sepatu
60 59. Suguhan Spesial
61 60. Pertolongan Pertama
62 61. Pasien Pria
63 62. Malam Minggu (2)
64 63. Serba Salah
65 64. Ujian dan Upaya
66 65. Cendera mata Cinta
67 66. Rindu dan Restu
68 67. Puncak Persaingan
69 68. Cerita Cemburu
70 69. Detensi Demam
71 70. Duel Dijah (2)
72 71. Jarak Jauh
73 72. Cerita Cafe
74 73. Antara Anak - Ayah
75 74. Derita Dul
76 75. Menguak Memori
77 76. Merengkuh Malam
78 77. Leburan Luka
79 78. Pertolongan Profesional
80 79. Pengakuan Dijah (1)
81 80. Pengakuan Dijah (2)
82 81. Kado Kejutan
83 82. Wartawan Wisuda
84 83. Kembali Kasih
85 84. Bicaranya Bapak
86 85. Irisan Ingatan
87 86. Rentang Rencana
88 87. Izin Ibu
89 88. Harapan dan Hukuman
90 89. Sentuhan Sahabat
91 90. Pesan Perpisahan
92 91. Kamu dan Keluhmu
93 92. Uring-uringan
94 93. Syair Syahdu
95 94. Angin Alam
96 95. Terang Temaram
97 96. Kepala Keluarga
98 97. Kehidupan Kandang
99 98. Bulan Bersama
100 99. Cuplikan Cerita
101 100. Wonder Woman
102 101. Huru-Hara Hari H
103 102. Perjalanan Pertama
104 103. Wisata Wartawan
105 104. Batu Besar
106 105. Riuh Rendah
107 106. Gedung Gonggong
108 107. Makan Malam
109 108. Menyelesaikan Masalah
110 109. Kumpulan Kisah
111 110. Sahabat Sesumbar
112 111. Malam Meringis
113 112. Jawaban Jujur
114 113. Benar Berubah ?
115 114. Masih Meragu
116 115. Alasan Amarah
117 116. Maafin Mas
118 117. Berita Bahagia
119 118. Kumpul Keluarga
120 119. Mabuk Merana
121 120. Hunian Humanis
122 121. Kunjungan Kawan
123 122. Bukan Bandingan
124 123. Pujian Penghiburan
125 124. Dijah dan Dul
126 125. Derita Dimulai
127 126. Titipan Tuhan
128 127. Anak Ayah
129 128. Aku Ayahnya
130 129. Dalam Dongengan
131 130. Masakan Mertua
132 131. Penantian Panjang
133 132. Seutas Saran
134 133. Temu Terakhir
135 134. Tepisan Takdir
136 135. SEEMPUK SETUMPUK
137 136. Sebuah Sejarah
138 137. Menuruti Mertua
139 138. Sandiwara Suketi
140 139. Taktik Tini
141 140. Cuplikan Cerita Cinta
142 141. Guratan Gaduh
143 142. Belanja Baju Bayi
144 143. Drama Dijah
145 144. Sirnanya Senyuman
146 145. Ngobrol Ngalor Ngidul
147 146. Mengekori Mas
148 147. Kunjungan Kerja
149 148. Penilaian Perempuan
150 149. Tanda-Tanda
151 150. Dalam Dekapan Dijah
152 151. Anak Ayah
153 152. Kunjungan Kawan-Kawan
154 153. Santai Sore
155 154. Putri Pertama
156 155. Siksaan Sabtu
157 156. Pertemuan Persaudaraan
158 157. Target Tini
159 158. Kilasan Kabar
160 159. Memanggil Mbah
161 160. Sinar Surya Sore
162 161. Ancang-Ancang Asti
163 162. Membahagiakan Mak Robin
164 163. Bincang Bersama Boy
165 164. History Heru (Bagian 1)
166 165. History Heru (Bagian 2)
167 166. Sabar Suketi (Bagian 1)
168 167. Sabar Suketi (Bagian 2)
169 168. Falsafah dan Filosofi
170 169. Semuanya Senang
171 170. Desau Dijah
172 171. Bara Berbicara
173 EPILOG
174 Untaian Kata
175 SPECIAL PART
176 TINI SUKETI mulai update hari ini
177 CEK KARYA BARU JUSKELAPA : DUL
178 NOVEL BARU : GITA & MAR (JUNI 2023)
Episodes

Updated 178 Episodes

1
PROLOG
2
1. Terlatih Terluka
3
2. Pelarian Perkenalan
4
3. Main Mata
5
4. Sepotong Selingan
6
5. Tatapan Terarah
7
6. Pelanggan Pertama
8
7. Karena Kasihan
9
8. Mulai Meresapi
10
9. Debaran Dijah
11
10. Sepiring Santapan
12
11. Kok Kesal
13
12. Kiriman Konsumsi
14
13. Tentang Tetangga
15
14. Sedikit Sentilan
16
15. Percakapan Pria
17
16. Tini Tenar
18
17. Ketagihan Kerokan
19
18. Percakapan Pagi
20
19. Pernyataan Pacaran
21
20. Berburu Berita
22
21. Perdana Pacaran
23
22. Mantan Menjijikkan
24
23. Percakapan Panjang
25
24. Kehidupan Kos-kosan
26
25. Merasakan Minder
27
26. Bara Berusaha
28
27. Secercah Senyuman
29
28. Malam Minggu
30
29. Jalan-Jalan
31
30. Api Asmara
32
31. Ambyare Ati
33
32. Duel Dijah
34
33. Pacar Posesif
35
34. Curahan Cerita
36
35. Pesan- pesan
37
36. Kisah Kelam
38
37. Dekat Dul
39
38. Maju Mundur
40
39. Kejutan & Keributan
41
40. Puncak Perselisihan
42
41. Ratapan Rindu
43
42. Akumulasi Amarah
44
43. Pulang Pagi
45
44. Binar Bahagia
46
45. Tertawa Terbahak
47
46. Khayalan Kekasih
48
47. Makan Malam
49
48. Adu Argumen
50
49. Bukan Bapak Biasa
51
50. Surprise Sticker
52
51. Prospek Pasar
53
52. Potongan Percakapan
54
53. Cerita Cinta
55
54. Andai Ayah - Anak
56
55. Sambutan Sapaan
57
56. Kekasih & Keluarga
58
57. Bahagia Bertiga
59
58. Sepasang Sepatu
60
59. Suguhan Spesial
61
60. Pertolongan Pertama
62
61. Pasien Pria
63
62. Malam Minggu (2)
64
63. Serba Salah
65
64. Ujian dan Upaya
66
65. Cendera mata Cinta
67
66. Rindu dan Restu
68
67. Puncak Persaingan
69
68. Cerita Cemburu
70
69. Detensi Demam
71
70. Duel Dijah (2)
72
71. Jarak Jauh
73
72. Cerita Cafe
74
73. Antara Anak - Ayah
75
74. Derita Dul
76
75. Menguak Memori
77
76. Merengkuh Malam
78
77. Leburan Luka
79
78. Pertolongan Profesional
80
79. Pengakuan Dijah (1)
81
80. Pengakuan Dijah (2)
82
81. Kado Kejutan
83
82. Wartawan Wisuda
84
83. Kembali Kasih
85
84. Bicaranya Bapak
86
85. Irisan Ingatan
87
86. Rentang Rencana
88
87. Izin Ibu
89
88. Harapan dan Hukuman
90
89. Sentuhan Sahabat
91
90. Pesan Perpisahan
92
91. Kamu dan Keluhmu
93
92. Uring-uringan
94
93. Syair Syahdu
95
94. Angin Alam
96
95. Terang Temaram
97
96. Kepala Keluarga
98
97. Kehidupan Kandang
99
98. Bulan Bersama
100
99. Cuplikan Cerita
101
100. Wonder Woman
102
101. Huru-Hara Hari H
103
102. Perjalanan Pertama
104
103. Wisata Wartawan
105
104. Batu Besar
106
105. Riuh Rendah
107
106. Gedung Gonggong
108
107. Makan Malam
109
108. Menyelesaikan Masalah
110
109. Kumpulan Kisah
111
110. Sahabat Sesumbar
112
111. Malam Meringis
113
112. Jawaban Jujur
114
113. Benar Berubah ?
115
114. Masih Meragu
116
115. Alasan Amarah
117
116. Maafin Mas
118
117. Berita Bahagia
119
118. Kumpul Keluarga
120
119. Mabuk Merana
121
120. Hunian Humanis
122
121. Kunjungan Kawan
123
122. Bukan Bandingan
124
123. Pujian Penghiburan
125
124. Dijah dan Dul
126
125. Derita Dimulai
127
126. Titipan Tuhan
128
127. Anak Ayah
129
128. Aku Ayahnya
130
129. Dalam Dongengan
131
130. Masakan Mertua
132
131. Penantian Panjang
133
132. Seutas Saran
134
133. Temu Terakhir
135
134. Tepisan Takdir
136
135. SEEMPUK SETUMPUK
137
136. Sebuah Sejarah
138
137. Menuruti Mertua
139
138. Sandiwara Suketi
140
139. Taktik Tini
141
140. Cuplikan Cerita Cinta
142
141. Guratan Gaduh
143
142. Belanja Baju Bayi
144
143. Drama Dijah
145
144. Sirnanya Senyuman
146
145. Ngobrol Ngalor Ngidul
147
146. Mengekori Mas
148
147. Kunjungan Kerja
149
148. Penilaian Perempuan
150
149. Tanda-Tanda
151
150. Dalam Dekapan Dijah
152
151. Anak Ayah
153
152. Kunjungan Kawan-Kawan
154
153. Santai Sore
155
154. Putri Pertama
156
155. Siksaan Sabtu
157
156. Pertemuan Persaudaraan
158
157. Target Tini
159
158. Kilasan Kabar
160
159. Memanggil Mbah
161
160. Sinar Surya Sore
162
161. Ancang-Ancang Asti
163
162. Membahagiakan Mak Robin
164
163. Bincang Bersama Boy
165
164. History Heru (Bagian 1)
166
165. History Heru (Bagian 2)
167
166. Sabar Suketi (Bagian 1)
168
167. Sabar Suketi (Bagian 2)
169
168. Falsafah dan Filosofi
170
169. Semuanya Senang
171
170. Desau Dijah
172
171. Bara Berbicara
173
EPILOG
174
Untaian Kata
175
SPECIAL PART
176
TINI SUKETI mulai update hari ini
177
CEK KARYA BARU JUSKELAPA : DUL
178
NOVEL BARU : GITA & MAR (JUNI 2023)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!