6. Pelanggan Pertama

Likenya jangan lupa ya,

Selamat membaca.

************

"Kau kok gak kerja?" tanya Mak Robin pada Tini yang malam itu datang ke depan pintu kamarnya dengan sepiring nasi dan segelas air.

"Sekali-sekali libur biar nanti nggak kaya banget." Tini menempati kursi di depan pintu kamar Mak Robin dan mulai menyantap makan malamnya.

"Dijah mana? Gak kerja dia malam ini?" tanya Mak Robin pada Tini.

"Ga tau, belom ada keliatan. Mungkin tempat emaknya. Dijah ga kapok ketemu si anjing itu, padahal kalo ke sana seringnya digebukin," tukas Tini.

"Eh itu laki-laki yang kemarin. Bonceng Dijah! Apa itu cowoknya?" tanya Mak Robin. "Mampos kau Tini! Kalah goyangan kau sama si Dijah. Dapatnya cowok ganteng."

"Biarin! Rejeki masing-masing Mak. Buat apa ganteng kalo nggak ada duitnya," ujar Tini.

"Yang penting bukan lakik orang Tin! Tiap malam bisa kau keloni! Nggak bekas nyelupin orang lain! Haha" Mak Robin tertawa terbahak-bahak seraya memukul punggung Tini. Seketika Tini terbatuk-batuk gelagapan meraba-raba mencari gelas air putihnya.

"Udah, di sini aja." Dijah menepuk pelan pundak Bara beberapa meter lagi dari depan pintu kamarnya.

Mak Robin dan Tini masih terbengong di bawah lampu teras memandang Dijah yang turun dari motor besar Bara dengan tubuh terlihat kaku.

"Eh! Apa! Matikan kereta kau dulu," sergah Mak Robin pada Bara.

"Apa? Siapa?" tanya Bara dengan jari telunjuk mengarah ke hidungnya.

"Ya kau lah! Nanya pulak! Matikan kereta kau itu. Tegang nanti bulu idung kami tepanggang asap knalpotmu itu," ujar Mak Robin.

"Eh, maaf." Bara cepat-cepat mematikan mesin motornya seraya memandang ke arah Dijah yang sedang membuka pintu kamarnya.

"Aku cuci tangan dulu. Perut aku langsung kenyang liat cowo ganteng," ujar Tini bangkit memungut piring dan gelasnya. Perempuan itu buru-buru masuk ke kamarnya yang terletak persis di sebelah kamar Mak Robin.

"Jantan aja memang otak kau," gumam Mak Robin tanpa terdengar oleh Tini.

Tak lama kemudian Tini keluar lagi kemudian berjalan mendekati Bara yang masih duduk di atas motornya menunduk menatap ponsel. Mak Robin sudah masuk ke dalam kamarnya saat Tini tiba di depan Bara.

"Namanya siapa Mas?" tanya Tini manja berdiri di depan motor dan meletakkan kedua siku tangannya di stang motor.

"Bara..." jawab Bara masih sibuk dengan ponselnya.

Tini keluar kamarnya dan telah berganti pakaian menjadi sebuah tank top putih menerawang dan berpotongan sangat rendah. Sebuah hot pants super ketat hanya menutup bokongnya sejengkal membuat penampilan Tini semakin terlihat liar.

"Kerjanya apa Mas? Mas pacarnya Dijah ya?" tanya Tini spontan.

"Bukan, saya rekan kerjanya." Bara masih menunduk ke ponselnya. Tini yang semakin mendekat untuk melihat wajah Bara lebih jelas telah menempelkan dadanya yang nyaris tumpah di depan kap motor.

"Kalo orang ngomong itu diliat Mas! Ga sopan kalo gitu," tukas Tini sedikit kesal.

"Iya Maaf, ini bales pesan penting banget," sahut Bara kemudian mendongak.

Saat Bara menyimpan ponselnya dan mendongak ke arah Tini, "astaga..." Mata Bara langsung disuguhi sepasang dada yang nyaris terlihat puncaknya.

"Woi! Tini! Gak ada otak kau ya! Kok gak telanjang aja kau sekalian? Punya kawan kau itu woi." Mak Robin mendekati Tini dan menyeret perempuan itu masuk ke kamarnya.

"Aku cuma memprospek Mas Bara Mak," jawab Tini terkekeh-kekeh.

Dijah yang mendengar lengkingan Mak Robin kemudian datang menghampiri Bara.

"Aku kira ngikut di belakangku, taunya masih duduk di sini." Dijah meraih lengan Bara dengan wajah sedikit kesal kemudian menyeret pria itu masuk ke kamarnya.

"Buka sepatumu. Kamarnya udah jelek, jadi harus bersih," tukas Dijah.

"Udah cepet, kamu mau nanya-nanya apa? Aku udah nelfon mami bilang aku nggak kerja seminggu karena ibuku sakit." Dijah kembali berjongkok di depan sebuah ulekan dan melanjutkan menghaluskan sedikit cabai dan bawang di atas batu cekung itu.

"Jadi... tadi kamu masuk kamar langsung ngulek cabe ini?" tanya Bara.

"Iya, kenapa?"

"Kamu nggak capek? Ini udah malem, kamu nggak capek seharian di luar? Itu cabe untuk apa?" tanya Bara.

"Aku udah beberapa hari makan telur diceplok aja. Bosen, ini cabenya aku ulek sekarang. Besok tinggal dimasak. Jadi aku nggak buru-buru banget."

"Hmmm--"

"Jadi pertanyaan kamu apa? Resep balado telor ceplok?" tanya Dijah menoleh Bara yang duduk bersandar di ranjang kayu Dijah dengan satu kaki tertekuk santai.

"Nama suami kamu siapa?" tanya Bara sambil merogoh ranselnya mencari alat perekam kecil yang biasa selalu dibawanya. Ia menyalakan alat perekam itu tanpa sepengetahuan Dijah untuk menghindari rasa tak nyaman perempuan itu.

"Fredy. Kamu tanya semua orang di dekat sana pasti tau semua. Pak Santo polisi itu pun pasti tau," jawab Dijah memindahkan sejumput cabe ke sebuah mangkok dan meletakkannya ke bawah tudung saji kecil di atas meja plastik berwarna merah.

"Kamu menikah setelah pacaran?"

"Enggak. Aku masih SMA. Bapakku banyak hutang ke Fredy untuk berobat ibuku. Setiap hari Fredy nagih dengan mukuli bapakku. Katanya kalo aku mau dinikahi sama dia, utang bapakku lunas." Dijah pergi ke sudut kamar dan mencuci tangannya di dalam seember air yang tertutup kemudian mengelap tangannya sampai kering.

"Usia pernikahan?"

"Enam bulan, mungkin nggak nyampe."

"Langsung bercerai?"

"Enggak, aku melahirkan Dul. Gugatannya aku masukkan setahun kemudian."

"Selama itu kamu ke mana?"

"Hidup pindah-pindah dan kerja serabutan. Nyuci piring di rumah makan, pelayan warung bakso, macem-macem. Ini tempat tinggalku yang entah ke berapa." Dijah duduk bersandar di dekat kursi plastik tipis yang tak bisa diduduki. Ia hanya menggunakan kursi itu sebagai tempat menaruh penanak nasi agar bisa dicolokkan di tempat yang tinggi.

"Pssst... Jah..." panggil Tini tiba-tiba dari luar menjengukkan kepalanya ke dalam kemar Dijah.

"Apa?"

"Kamu nggak mau nasi goreng? Aku traktir." Tini tersenyum ke arah Bara, bukan Dijah.

Dijah mendekati pintu dan berkata pada Tini, "tumben kamu nawarin aku. Biasa juga makan sendiri."

"Sekali-kali kan nggak apa-apa," ujar Tini. Dijah meraih pintu dan mengayunkannya di depan wajah Tini.

"Mau ngewe Jah?" tanya Tini.

"Iya, makanya jangan kamu ganggu!" seru Dijah membanting pintunya. "Dasar usil," ujar Dijah pelan.

"Huuuu... Mau enak-enak nggak modal banget Mas Bara kamu itu. Percuma motornya motor mahal." Suara Tini masih terdengar sangat jelas.

"Astaga..." gumam Bara lagi.

Kamar Dijah hanya berukuran 3x4 meter tanpa kamar mandi. Ruangan itu hanya diisi dengan sebuah ranjang kayu, lemari kayu kecil dua pintu, meja plastik dan kursi plastik usang yang tak sanggup lagi menahan beban berat.

Dijah duduk berseberangan dengan Bara. Ia menyandarkan tubuhnya di dinding semen tanpa cat. Dijah sengaja mengambil jarak sejauh mungkin dengan Bara.

Dengan menyilangkan kaki dan menyembunyikan kakinya sebisa mungkin, Dijah berusaha bekerja dengan profesional sesuai permintaan Bara.

"Setiap hari makan telur ceplok?" tanya Bara.

"Iya, emang kenapa? Sehat juga kok," tukas Dijah.

"Nggak kangen makan daging?" tanya Bara.

"Kita nggak bisa kangen sama sesuatu yang kita lupa rasanya." Dijah tertawa sumbang. Ia sedang mengingat-ingat kapan terakhir kali ia rela membelanjakan uangnya untuk membeli nasi bungkus dengan lauk sepotong daging.

"Ayam aja aku sebenarnya nggak terlalu suka. Udah nggak enak lagi."

Bara terdiam sesaat, ia seolah tak tahu harus berkata apa lagi.

Beberapa lama suasana hening dan canggung, kemudian seperti teringat akan sesuatu Dijah bangkit berdiri menuju lemari kecil yang terletak di pojok kamar.

Tangannya merogoh saku celana dan mengeluarkan beberapa lembar uang kertas. Perlahan-lahan Dijah merapikan lembaran dua ribu rupiah itu sampai berbentuk lurus dan memasukkannya ke sebuah dompet kain panjang dengan resleting.

Bara yang ingin melihat apa yang dikerjakan Dijah, berdiri sesaat melongokkan kepalanya. Kemudian pria itu duduk di kursi plastik tempat penanak nasi biasa berada.

Dijah yang merasa melihat bayangan seseorang berdiri di belakangnya, menoleh sekilas. Ia belum sempat memberi peringatan pada Bara, sampai kemudian...

GUBRAAAAKKK

Bara jatuh ke lantai dengan bokongnya masih berada di kursi namun 4 kaki kursi itu telah mekar ikut rata dengan lantai.

"Aku belum sempat bilang," tukas Dijah meraih tangan Bara untuk membantu pria itu berdiri.

"Sakit Jah! Baru kali ini aku ngerasain..." Bara meringis.

Di luar pintu kamar Dijah, Tini menutup mulutnya. Dengan mata terbelalak Tini kemudian berjingkat-jingkat mendekati Mak Robin yang duduk di ambang pintu kamarnya.

"Mak, ngeri banget ih Dijah. Kayaknya Bara itu masih perjaka Mak, sakit katanya. Ada suara aneh dari dalem. Mungkin pake gaya baru, tapi Mas Bara itu pemula. Hihi--" Tini terkikik menutup mulutnya.

"Sukak kau la Tini," tukas Mak Robin.

"Perjaka Mak," ujar Tini lagi sambil memukul paha Mak Robin dengan genitnya.

"Otak kau itu cocoknya dikeluarkan terus direndam biar bersih. Besok dipake lagi." Mak Robin mendengus melihat Tini yang seperti cacing kepanasan setelah beberapa saat menempelkan telinganya di pintu kamar Dijah.

"Mau nanya apa lagi? Aku ngantuk mau tidur. Besok pagi mau kerja."

"Jah, aku mau nanya sesuatu. Kamu jangan marah ya..." ujar Bara memandang Dijah yang telah kembali duduk bersandar di dinding.

Pandangan Bara menelisik Dijah yang tak sedang menatapnya. Wanita itu sedang menunduk memandangi kuku-kuku tangannya.

Sayang sekali jika Dijah menjual diri pikir Bara. Dengan wajah manis dan tubuhnya yang cukup menggoda kaum pria, Dijah harusnya masih bisa mencari seorang pria yang mau mempersuntingnya.

Apalagi hanya dengan 50 ribu rupiah. Kalau Dijah menjadi pelacur pun, dengan sedikit polesan Dijah bisa punya harga jual lebih mahal. Bara masih mengamati wajah lelah Dijah.

Bara yang bokongnya terasa pegal karena jatuh barusan, telah mendudukkan dirinya di ranjang kecil Dijah yang hanya memiliki sebuah bantal tipis dan sebuah guling lembek.

"Apa?" tanya Dijah lesu.

"Dengan 50 ribu satu maleman, kamu ngelayanin berapa orang?"

"Ya banyak..."

"Banyak?"

"Iya."

"Kamu ngasi layanan apa aja?"

"Maksudnya?"

"Yah... Kamu ngasi layanan apa aja? Short time gitu?" tanya Bara polos.

"Hah? Kamu ngira 50 ribu di cafe itu upah aku tidur sama laki-laki?"

"Iya. Emang ngapain?"

"Kalau aku melacur, aku nggak perlu mulung! Aku cuma perlu ke salon pasang bulu mata tegang kayak punya Tini, trus pake baju seksi biar tete aku keliatan segede apa! Edan pikiranmu. Pergi sana! Aku mau tidur." Dijah membuka pintu dan menyeret lengan Bara serta mendorong tubuh laki-laki itu keluar kamar.

"Jadi bukan Jah?" tanya Bara dari depan pintu.

BRUKK

Bara menangkap ranselnya yang dilemparkan Dijah ke luar.

"Bukan gitu ya Jah?"

BRAKKK

Dijah membanting pintu kamarnya.

"Jah! Maaf Jah!" seru Bara dari luar pintu.

Dengan wajah cemberut, Bara menyampirkan ranselnya dan berjalan lesu ke arah motornya.

"Kenapa Mas? Cepet keluar ya?" tanya Tini.

"Hah?" Bara menatap Tini bingung.

"Pasti Mas Bara cepet keluar kan?"

"Ya ampun... Keluar apanya..."

"Foreplaynya dilamain Mas, jadi Dijah bisa puas juga." Tini berbicara dari depan pintu kamarnya masih dengan pakaian seksi.

"Astaga... Bukan gitu."

"Halah, malu-malu..." tukas Tini.

"Ya ampun..."

Bara menggelengkan kepalanya berkali-kali. Ia merasa bersalah soal pertanyaannya pada Dijah barusan. Besok ia harus mencari cara agar Dijah mau kembali berbicara dengannya.

To Be Continued....

Terpopuler

Comments

jumirah slavina

jumirah slavina

buahahahahahahahahahaaaaa....
jan iri ya Kamu Suketi...

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2025-02-02

2

Teh Mbak Sri

Teh Mbak Sri

Jaka Sembung bawa golok...
Roaming...
wkwkwk...

2025-01-25

1

dyul

dyul

hahaha.... always ngakak, gaya si tini

2025-02-26

0

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 1. Terlatih Terluka
3 2. Pelarian Perkenalan
4 3. Main Mata
5 4. Sepotong Selingan
6 5. Tatapan Terarah
7 6. Pelanggan Pertama
8 7. Karena Kasihan
9 8. Mulai Meresapi
10 9. Debaran Dijah
11 10. Sepiring Santapan
12 11. Kok Kesal
13 12. Kiriman Konsumsi
14 13. Tentang Tetangga
15 14. Sedikit Sentilan
16 15. Percakapan Pria
17 16. Tini Tenar
18 17. Ketagihan Kerokan
19 18. Percakapan Pagi
20 19. Pernyataan Pacaran
21 20. Berburu Berita
22 21. Perdana Pacaran
23 22. Mantan Menjijikkan
24 23. Percakapan Panjang
25 24. Kehidupan Kos-kosan
26 25. Merasakan Minder
27 26. Bara Berusaha
28 27. Secercah Senyuman
29 28. Malam Minggu
30 29. Jalan-Jalan
31 30. Api Asmara
32 31. Ambyare Ati
33 32. Duel Dijah
34 33. Pacar Posesif
35 34. Curahan Cerita
36 35. Pesan- pesan
37 36. Kisah Kelam
38 37. Dekat Dul
39 38. Maju Mundur
40 39. Kejutan & Keributan
41 40. Puncak Perselisihan
42 41. Ratapan Rindu
43 42. Akumulasi Amarah
44 43. Pulang Pagi
45 44. Binar Bahagia
46 45. Tertawa Terbahak
47 46. Khayalan Kekasih
48 47. Makan Malam
49 48. Adu Argumen
50 49. Bukan Bapak Biasa
51 50. Surprise Sticker
52 51. Prospek Pasar
53 52. Potongan Percakapan
54 53. Cerita Cinta
55 54. Andai Ayah - Anak
56 55. Sambutan Sapaan
57 56. Kekasih & Keluarga
58 57. Bahagia Bertiga
59 58. Sepasang Sepatu
60 59. Suguhan Spesial
61 60. Pertolongan Pertama
62 61. Pasien Pria
63 62. Malam Minggu (2)
64 63. Serba Salah
65 64. Ujian dan Upaya
66 65. Cendera mata Cinta
67 66. Rindu dan Restu
68 67. Puncak Persaingan
69 68. Cerita Cemburu
70 69. Detensi Demam
71 70. Duel Dijah (2)
72 71. Jarak Jauh
73 72. Cerita Cafe
74 73. Antara Anak - Ayah
75 74. Derita Dul
76 75. Menguak Memori
77 76. Merengkuh Malam
78 77. Leburan Luka
79 78. Pertolongan Profesional
80 79. Pengakuan Dijah (1)
81 80. Pengakuan Dijah (2)
82 81. Kado Kejutan
83 82. Wartawan Wisuda
84 83. Kembali Kasih
85 84. Bicaranya Bapak
86 85. Irisan Ingatan
87 86. Rentang Rencana
88 87. Izin Ibu
89 88. Harapan dan Hukuman
90 89. Sentuhan Sahabat
91 90. Pesan Perpisahan
92 91. Kamu dan Keluhmu
93 92. Uring-uringan
94 93. Syair Syahdu
95 94. Angin Alam
96 95. Terang Temaram
97 96. Kepala Keluarga
98 97. Kehidupan Kandang
99 98. Bulan Bersama
100 99. Cuplikan Cerita
101 100. Wonder Woman
102 101. Huru-Hara Hari H
103 102. Perjalanan Pertama
104 103. Wisata Wartawan
105 104. Batu Besar
106 105. Riuh Rendah
107 106. Gedung Gonggong
108 107. Makan Malam
109 108. Menyelesaikan Masalah
110 109. Kumpulan Kisah
111 110. Sahabat Sesumbar
112 111. Malam Meringis
113 112. Jawaban Jujur
114 113. Benar Berubah ?
115 114. Masih Meragu
116 115. Alasan Amarah
117 116. Maafin Mas
118 117. Berita Bahagia
119 118. Kumpul Keluarga
120 119. Mabuk Merana
121 120. Hunian Humanis
122 121. Kunjungan Kawan
123 122. Bukan Bandingan
124 123. Pujian Penghiburan
125 124. Dijah dan Dul
126 125. Derita Dimulai
127 126. Titipan Tuhan
128 127. Anak Ayah
129 128. Aku Ayahnya
130 129. Dalam Dongengan
131 130. Masakan Mertua
132 131. Penantian Panjang
133 132. Seutas Saran
134 133. Temu Terakhir
135 134. Tepisan Takdir
136 135. SEEMPUK SETUMPUK
137 136. Sebuah Sejarah
138 137. Menuruti Mertua
139 138. Sandiwara Suketi
140 139. Taktik Tini
141 140. Cuplikan Cerita Cinta
142 141. Guratan Gaduh
143 142. Belanja Baju Bayi
144 143. Drama Dijah
145 144. Sirnanya Senyuman
146 145. Ngobrol Ngalor Ngidul
147 146. Mengekori Mas
148 147. Kunjungan Kerja
149 148. Penilaian Perempuan
150 149. Tanda-Tanda
151 150. Dalam Dekapan Dijah
152 151. Anak Ayah
153 152. Kunjungan Kawan-Kawan
154 153. Santai Sore
155 154. Putri Pertama
156 155. Siksaan Sabtu
157 156. Pertemuan Persaudaraan
158 157. Target Tini
159 158. Kilasan Kabar
160 159. Memanggil Mbah
161 160. Sinar Surya Sore
162 161. Ancang-Ancang Asti
163 162. Membahagiakan Mak Robin
164 163. Bincang Bersama Boy
165 164. History Heru (Bagian 1)
166 165. History Heru (Bagian 2)
167 166. Sabar Suketi (Bagian 1)
168 167. Sabar Suketi (Bagian 2)
169 168. Falsafah dan Filosofi
170 169. Semuanya Senang
171 170. Desau Dijah
172 171. Bara Berbicara
173 EPILOG
174 Untaian Kata
175 SPECIAL PART
176 TINI SUKETI mulai update hari ini
177 CEK KARYA BARU JUSKELAPA : DUL
178 NOVEL BARU : GITA & MAR (JUNI 2023)
Episodes

Updated 178 Episodes

1
PROLOG
2
1. Terlatih Terluka
3
2. Pelarian Perkenalan
4
3. Main Mata
5
4. Sepotong Selingan
6
5. Tatapan Terarah
7
6. Pelanggan Pertama
8
7. Karena Kasihan
9
8. Mulai Meresapi
10
9. Debaran Dijah
11
10. Sepiring Santapan
12
11. Kok Kesal
13
12. Kiriman Konsumsi
14
13. Tentang Tetangga
15
14. Sedikit Sentilan
16
15. Percakapan Pria
17
16. Tini Tenar
18
17. Ketagihan Kerokan
19
18. Percakapan Pagi
20
19. Pernyataan Pacaran
21
20. Berburu Berita
22
21. Perdana Pacaran
23
22. Mantan Menjijikkan
24
23. Percakapan Panjang
25
24. Kehidupan Kos-kosan
26
25. Merasakan Minder
27
26. Bara Berusaha
28
27. Secercah Senyuman
29
28. Malam Minggu
30
29. Jalan-Jalan
31
30. Api Asmara
32
31. Ambyare Ati
33
32. Duel Dijah
34
33. Pacar Posesif
35
34. Curahan Cerita
36
35. Pesan- pesan
37
36. Kisah Kelam
38
37. Dekat Dul
39
38. Maju Mundur
40
39. Kejutan & Keributan
41
40. Puncak Perselisihan
42
41. Ratapan Rindu
43
42. Akumulasi Amarah
44
43. Pulang Pagi
45
44. Binar Bahagia
46
45. Tertawa Terbahak
47
46. Khayalan Kekasih
48
47. Makan Malam
49
48. Adu Argumen
50
49. Bukan Bapak Biasa
51
50. Surprise Sticker
52
51. Prospek Pasar
53
52. Potongan Percakapan
54
53. Cerita Cinta
55
54. Andai Ayah - Anak
56
55. Sambutan Sapaan
57
56. Kekasih & Keluarga
58
57. Bahagia Bertiga
59
58. Sepasang Sepatu
60
59. Suguhan Spesial
61
60. Pertolongan Pertama
62
61. Pasien Pria
63
62. Malam Minggu (2)
64
63. Serba Salah
65
64. Ujian dan Upaya
66
65. Cendera mata Cinta
67
66. Rindu dan Restu
68
67. Puncak Persaingan
69
68. Cerita Cemburu
70
69. Detensi Demam
71
70. Duel Dijah (2)
72
71. Jarak Jauh
73
72. Cerita Cafe
74
73. Antara Anak - Ayah
75
74. Derita Dul
76
75. Menguak Memori
77
76. Merengkuh Malam
78
77. Leburan Luka
79
78. Pertolongan Profesional
80
79. Pengakuan Dijah (1)
81
80. Pengakuan Dijah (2)
82
81. Kado Kejutan
83
82. Wartawan Wisuda
84
83. Kembali Kasih
85
84. Bicaranya Bapak
86
85. Irisan Ingatan
87
86. Rentang Rencana
88
87. Izin Ibu
89
88. Harapan dan Hukuman
90
89. Sentuhan Sahabat
91
90. Pesan Perpisahan
92
91. Kamu dan Keluhmu
93
92. Uring-uringan
94
93. Syair Syahdu
95
94. Angin Alam
96
95. Terang Temaram
97
96. Kepala Keluarga
98
97. Kehidupan Kandang
99
98. Bulan Bersama
100
99. Cuplikan Cerita
101
100. Wonder Woman
102
101. Huru-Hara Hari H
103
102. Perjalanan Pertama
104
103. Wisata Wartawan
105
104. Batu Besar
106
105. Riuh Rendah
107
106. Gedung Gonggong
108
107. Makan Malam
109
108. Menyelesaikan Masalah
110
109. Kumpulan Kisah
111
110. Sahabat Sesumbar
112
111. Malam Meringis
113
112. Jawaban Jujur
114
113. Benar Berubah ?
115
114. Masih Meragu
116
115. Alasan Amarah
117
116. Maafin Mas
118
117. Berita Bahagia
119
118. Kumpul Keluarga
120
119. Mabuk Merana
121
120. Hunian Humanis
122
121. Kunjungan Kawan
123
122. Bukan Bandingan
124
123. Pujian Penghiburan
125
124. Dijah dan Dul
126
125. Derita Dimulai
127
126. Titipan Tuhan
128
127. Anak Ayah
129
128. Aku Ayahnya
130
129. Dalam Dongengan
131
130. Masakan Mertua
132
131. Penantian Panjang
133
132. Seutas Saran
134
133. Temu Terakhir
135
134. Tepisan Takdir
136
135. SEEMPUK SETUMPUK
137
136. Sebuah Sejarah
138
137. Menuruti Mertua
139
138. Sandiwara Suketi
140
139. Taktik Tini
141
140. Cuplikan Cerita Cinta
142
141. Guratan Gaduh
143
142. Belanja Baju Bayi
144
143. Drama Dijah
145
144. Sirnanya Senyuman
146
145. Ngobrol Ngalor Ngidul
147
146. Mengekori Mas
148
147. Kunjungan Kerja
149
148. Penilaian Perempuan
150
149. Tanda-Tanda
151
150. Dalam Dekapan Dijah
152
151. Anak Ayah
153
152. Kunjungan Kawan-Kawan
154
153. Santai Sore
155
154. Putri Pertama
156
155. Siksaan Sabtu
157
156. Pertemuan Persaudaraan
158
157. Target Tini
159
158. Kilasan Kabar
160
159. Memanggil Mbah
161
160. Sinar Surya Sore
162
161. Ancang-Ancang Asti
163
162. Membahagiakan Mak Robin
164
163. Bincang Bersama Boy
165
164. History Heru (Bagian 1)
166
165. History Heru (Bagian 2)
167
166. Sabar Suketi (Bagian 1)
168
167. Sabar Suketi (Bagian 2)
169
168. Falsafah dan Filosofi
170
169. Semuanya Senang
171
170. Desau Dijah
172
171. Bara Berbicara
173
EPILOG
174
Untaian Kata
175
SPECIAL PART
176
TINI SUKETI mulai update hari ini
177
CEK KARYA BARU JUSKELAPA : DUL
178
NOVEL BARU : GITA & MAR (JUNI 2023)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!