3. Main Mata

Boleh dilike dulu ya biar nggak kelupaan.

Selamat Membaca.

************

"Pelan-pelan kau jalan Tini! Tinggi kali sepatu kau itu. Nampak kurasa Danau Toba kalo kupake sepatu kau itu." Mak Robin mengomeli Tini yang pecicilan melangkah buru-buru ke arah Bara.

"Gimana sih jadi tukang ojek kok motornya gede gini? Gimana aku naiknya?" tanya Tini saat berdiri di sebelah Bara.

"Eh nggak Mbak! Aku bukan ojek. Aku wartawan yang mau wawancara Dijah." Bara buru-buru menurunkan standar motornya dan bangkit.

"Serius dong! Ya udah aku jalan ke depan aja. Sableng!" umpat Tini kemudian berjalan tertatih-tatih menghindari batu di halaman kos-kosan itu.

Bangunan kos-kosan itu berbentuk huruf U dengan 4 lantai menjulang ke atasnya. Kamar Tini, Mak Robin dan Dijah terletak berderet di sisi kiri. Itu yang menyebabkan mereka dekat satu sama lain. Oh, ada dua lagi yang ketinggalan. Asti. Asti adalah mahasiswi fakultas kehutanan. Serta tak lupa Boy penduduk paling baru yang dekat dengan Asti. Boy adalah seorang SPB kosmetik.

"Jah jangan lupa tagihan airnya, nanti kau kena repet (omel) lagi sama Nyai," tukas Mak Robin mengingatkan Dinah akan tagihan airnya.

"Iya, kok mahal ya Mak? Duitku lagi pas-pasan. Tetangga depan belom bayar utangnya minggu lalu." Dijah menghela nafas panjang. Tangannya kemudian kembali merogoh selembar tagihan kertas berisi tagihan airnya bulan itu.

"Andai semua orang ngebet bayar utang sama kayak ngebet minjemnya 'kan enak," gumam Dijah.

"Kalo semua orang kayak gitu, sunyi la penjara Jah! Nggak ada yang bunuh-bunuhan perkara nggak bayar utang." Mak Robin ngeloyor pergi menuju pintu kamarnya.

Dijah masih memandangi selembar tagihan air sejumlah 25.000 yang dirasanya sangat mahal itu.

"Dijah!" panggil Bara pelan. Ia merasa sekarang sudah aman untuk berbicara.

"Kamu kok masih di sini? Makasi udah nganterin aku pulang, aku nggak ada uang bayar ongkosnya atau gantiin uang bensin kamu," ujar Dijah.

"Enggak apa-apa. Aku wawancara sebentar aja sebagai gantinya. Gimana? Boleh?" tanya Bara dengan nada lembut. Ia takut menyinggung perasaan Dijah.

"Apa aku bakal dimasukkan dalam berita? Aku nggak mau, di gang rumahku sana, aku tiap hari jadi berita. Aku nggak mau cari penyakit."

"Nggak kok, ini untuk bahan tesisku. Syarat lulus kuliah. Ngerti? Kalo mahasiwa itu kan--"

"Ngerti! Kamu kira aku tinggal di hutan sampe nggak ngerti soal orang kuliah?" sergah Dijah.

"Astaga.... Bagus kalo ngerti. Sebentar aja Jah, please... sebagai bayaran nganterin kamu. Bisa kan?"

Dijah berpikir sejenak kemudian mengangguk. Ia kemudian berjalan menuju pintu kamarnya dan merogoh saku untuk mengambil sebuah kunci.

Setelah pintu terbuka, Dijah melepaskan sandal dan melangkah ke dalam kamarnya.

"Ayo masuk!" ajak Dijah santai.

"Ini kamar kamu Jah?" tanya Bara polos.

"Ya iya, masak kamarnya Mak Robin. Bisa pecah kepala kita dibuatnya," ujar Dijah.

"Ya ampun," gumam Bara.

"Ya udah cepet! Kamu mau nanya apa? Aku sambil ngerokok ya... Kalo kamu khawatir bengek, kamu duduknya di dalem. Aku di depan pintu aja," tukas Dijah mengambil sekotak rokok dan sebuah pemantik.

"Kok harus ngerokok Jah? Kan nggak sehat ...." gumam Bara pelan.

"Kalo aku emosi, aku harus ngerokok. Biar setanku ikut keluar dari ubun-ubun. Kamu ceriwis banget ya, sekarang mau jadi wartawan apa jadi dokter?" hardik Dijah dari depan pintu seraya menyalakan rokoknya.

"Ehmm ... pertanyaanku santai aja Jah, kamu sering mendapat perlakuan seperti tadi? Itu kan namanya penganiayaan."

"Sering, aku dah biasa. Dari sejak hari pertama pernikahanku."

"Kenapa? Maaf kalo pertanyaannya sedikit pribadi," ujar Bara hati-hati.

"Hari pertama pernikahanku, aku nggak mau ditiduri. Ya udah, gitu aja. Laki-laki lagi mabok sabu ya gila. Semua-semua mau. Jijik aku. Cuihh!" Dijah meludah keluar.

"Oke, dimengerti. Usia berapa kamu bercerai?" tanya Bara.

"17 taon lebih sedikit."

"Kenapa akhirnya bisa bercerai? Mengingat temperamen suami kamu seperti itu?"

"Biaya cerai mahal buatku waktu itu. Nikah lebih murah ketimbang cerai. Aku dibantu waktu itu, masukin gugatan dengan alasan nggak dinafkahi. Kekerasan rumah tangga juga."

"Oke. Kenapa sekarang nggak dilaporin polisi? Biar mantan suami kamu bisa dipenjara? Kamu korban kekerasan Jah! Apalagi aku denger tadi dari tetangga kamu, kamu udah sering begini. Kenapa kamu diam?"

Bara tak sanggup lagi menahan sedikit amarahnya mengingat perlakuan mantan suami narasumbernya itu.

Dijah menghisap rokoknya dan menghembuskan asap ke atas.

"Aku takut mati! Aku takut anakku mati! Rumah orangtuaku cuma itu. Selama orangtuaku masih hidup, si anjing itu bisa nyari orangtuaku. Memangnya bisa dipenjara selamanya kalo cuma mukuli aku aja? Enggak, 'kan?" tanya Dijah sedikit kesal.

"Oke--oke. Kamu jangan ngamuk dong," potong Bara cepat. Dia masih membutuhkan Dijah sebagai narasumbernya.

Dijah adalah narasumber eksklusif yang didapatnya secara tak sengaja saat ia sedang pusing mencari korban kekerasan yang bisa atau lebih tepatnya yang mau diwawancarai langsung.

Karena kebanyakan korban kekerasan terutama perempuan hanya diam seperti memaklumi perlakuan yang diterima. Terutama dalam kehidupan rumah tangga. Tamparan dan makian seperti hal yang lumrah dilakukan oleh seorang suami yang kasar pada isterinya.

"Yowes! Mumet endasku! Besok-besok disambung lagi kalo ketemu. Aku mau tidur," ujar Dijah.

"Jah! Pekerjaan kamu apa? Ini pertanyaan terakhir hari ini," sela Bara cepat.

"Aku kerja malem di cafe yang letaknya di jajaran ruko seberang mall ini. Kalo siang apa aja aku kerjain yang penting ada uangnya," jawab Dijah.

"Kamu nemenin ... pelanggan?" tanya Bara pelan. Ia menelan ludah menanti jawaban Dijah.

"Iya," jawab Dijah asal.

"Hmmm ...." Kemungkinan besar Dijah PSK, pikir Bara. Untuk menanyakan rincian tentang pekerjaan malam wanita itu pada pertemuan pertama mereka, Bara merasa kurang sopan.

"Pendapatannya Jah? Satu malam berapa?" tanya Bara yang ternyata belum bisa mengerem mulutnya.

"Katanya pertanyaan terakhir!" sergah Dijah kesal. "Udah, udah. Kamu pergi sana."

"Iya itu terakhir, please ...." mohon Bara pada Dijah.

"50 ribu." Dijah membayangkan bagaimana wanita yang biasa dipanggil mami memberinya 50 ribu rupiah untuk mengantarkan minuman dari jam 8 malam sampai pukul 1 dinihari.

"50 ribu? Astaga ...." Bara terperanjat. Murah sekali tarif wanita ini pikirnya. Apa ia harus menyewa layanan Dijah agar bisa berbincang semalam suntuk dengan wanita ini pikir Bara lagi.

"Mbak Dijah! Besok mulung nggak?" tanya Asti yang tiba-tiba muncul lengkap dengan ranselnya. Wanita muda itu baru saja pulang dari praktek di kampusnya.

"Emang kenapa?" tanya Dijah.

"Besok nggak usah mulung, setrikain pakaian aku aja ya. Upahnya seperti biasa," ujar Asti.

"Iya. Boleh," sahut Dijah cepat.

"Itu siapa yang duduk di dalem? Tumben laki-laki boleh masuk, pasti spesial." Asti tertawa.

"Martabak kali spesial,"

"Cakep Mbak, namanya siapa?" tanya Asti cengengesan.

"Mulan," jawab Dijah.

"Mulan?" tanya Asti heran.

"Ketemu di jalan," tukas Dijah tertawa.

"Huuu.... Udah bisa ketawa. Muka Mbak Dijah masih benjut-benjut. Pasti ulah orang yang sama," ujar Asti.

"Ya udah sana kamu. Mandi, abis mandi jangan ngurung cowokmu di kamar lagi." Dijah mengibaskan tangannya.

"Masak Tini aja yang boleh," jawab Asti seraya melangkah menjauh.

"Ngawur! Tini kok diikuti," tukas Dijah. "Heh! Pergi sana!" sergah Dijah tiba-tiba pada Bara yang masih terpukau menguping pembicaraan Dijah dan Asti.

"Ya udah, aku balik ya Jah! Besok-besok kalo ketemu, aku bisa lanjut wawancara kan? Kamu kalo cari aku, ke kantor polisi tadi aja. Aku sering nongkrong di situ." Bara bangkit dan berjalan keluar pintu dengan berjingkat-jingkat menghindari kaki Dijah yang tak mau bergeser sedikitpun.

Dijah mengikuti Bara dengan pandangannya. Pria tinggi berkulit kuning langsat dengan rambut ikal yang sedikit panjang dan menutupi dahinya itu berjalan menuju sepeda motor besarnya.

Saat Bara memakai helm full face berwarna hitam yang hanya memperlihatkan matanya saja, Dijah seperti melihat pria yang berbeda.

Mata Dijah masih mengamati Bara yang menyalakan motornya dan sedikit berputar mengarah ke pintu pagar.

Punggung pria itu lebar pikirnya. Bara juga sangat wangi.

Tiba-tiba, Bara menoleh ke belakang.

"Jah! Entar ketemu lagi ya," seru Bara melambai dan mengedipkan matanya.

"Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Dijah yang terperanjat terbatuk-batuk karena tercekik asap rokoknya sendiri.

"Baru kenak main mata sekali aja, udah tebatok-batok kau Jah!" tukas Mak Robin yang ternyata memperhatikan tingkah Dijah dari depan pintu kamarnya.

To Be Continued.....

Terpopuler

Comments

jumirah slavina

jumirah slavina

idiiihhhh.... Bara'Bere genit....
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2025-02-02

2

legira

legira

cerita ini udah ke sekian kali aku bacanya..tetap aja seru..

2025-01-22

0

Ni Ketut Patmiari

Ni Ketut Patmiari

baru tau kpanjangan mulan nemu dijalan🤣

2025-04-01

0

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 1. Terlatih Terluka
3 2. Pelarian Perkenalan
4 3. Main Mata
5 4. Sepotong Selingan
6 5. Tatapan Terarah
7 6. Pelanggan Pertama
8 7. Karena Kasihan
9 8. Mulai Meresapi
10 9. Debaran Dijah
11 10. Sepiring Santapan
12 11. Kok Kesal
13 12. Kiriman Konsumsi
14 13. Tentang Tetangga
15 14. Sedikit Sentilan
16 15. Percakapan Pria
17 16. Tini Tenar
18 17. Ketagihan Kerokan
19 18. Percakapan Pagi
20 19. Pernyataan Pacaran
21 20. Berburu Berita
22 21. Perdana Pacaran
23 22. Mantan Menjijikkan
24 23. Percakapan Panjang
25 24. Kehidupan Kos-kosan
26 25. Merasakan Minder
27 26. Bara Berusaha
28 27. Secercah Senyuman
29 28. Malam Minggu
30 29. Jalan-Jalan
31 30. Api Asmara
32 31. Ambyare Ati
33 32. Duel Dijah
34 33. Pacar Posesif
35 34. Curahan Cerita
36 35. Pesan- pesan
37 36. Kisah Kelam
38 37. Dekat Dul
39 38. Maju Mundur
40 39. Kejutan & Keributan
41 40. Puncak Perselisihan
42 41. Ratapan Rindu
43 42. Akumulasi Amarah
44 43. Pulang Pagi
45 44. Binar Bahagia
46 45. Tertawa Terbahak
47 46. Khayalan Kekasih
48 47. Makan Malam
49 48. Adu Argumen
50 49. Bukan Bapak Biasa
51 50. Surprise Sticker
52 51. Prospek Pasar
53 52. Potongan Percakapan
54 53. Cerita Cinta
55 54. Andai Ayah - Anak
56 55. Sambutan Sapaan
57 56. Kekasih & Keluarga
58 57. Bahagia Bertiga
59 58. Sepasang Sepatu
60 59. Suguhan Spesial
61 60. Pertolongan Pertama
62 61. Pasien Pria
63 62. Malam Minggu (2)
64 63. Serba Salah
65 64. Ujian dan Upaya
66 65. Cendera mata Cinta
67 66. Rindu dan Restu
68 67. Puncak Persaingan
69 68. Cerita Cemburu
70 69. Detensi Demam
71 70. Duel Dijah (2)
72 71. Jarak Jauh
73 72. Cerita Cafe
74 73. Antara Anak - Ayah
75 74. Derita Dul
76 75. Menguak Memori
77 76. Merengkuh Malam
78 77. Leburan Luka
79 78. Pertolongan Profesional
80 79. Pengakuan Dijah (1)
81 80. Pengakuan Dijah (2)
82 81. Kado Kejutan
83 82. Wartawan Wisuda
84 83. Kembali Kasih
85 84. Bicaranya Bapak
86 85. Irisan Ingatan
87 86. Rentang Rencana
88 87. Izin Ibu
89 88. Harapan dan Hukuman
90 89. Sentuhan Sahabat
91 90. Pesan Perpisahan
92 91. Kamu dan Keluhmu
93 92. Uring-uringan
94 93. Syair Syahdu
95 94. Angin Alam
96 95. Terang Temaram
97 96. Kepala Keluarga
98 97. Kehidupan Kandang
99 98. Bulan Bersama
100 99. Cuplikan Cerita
101 100. Wonder Woman
102 101. Huru-Hara Hari H
103 102. Perjalanan Pertama
104 103. Wisata Wartawan
105 104. Batu Besar
106 105. Riuh Rendah
107 106. Gedung Gonggong
108 107. Makan Malam
109 108. Menyelesaikan Masalah
110 109. Kumpulan Kisah
111 110. Sahabat Sesumbar
112 111. Malam Meringis
113 112. Jawaban Jujur
114 113. Benar Berubah ?
115 114. Masih Meragu
116 115. Alasan Amarah
117 116. Maafin Mas
118 117. Berita Bahagia
119 118. Kumpul Keluarga
120 119. Mabuk Merana
121 120. Hunian Humanis
122 121. Kunjungan Kawan
123 122. Bukan Bandingan
124 123. Pujian Penghiburan
125 124. Dijah dan Dul
126 125. Derita Dimulai
127 126. Titipan Tuhan
128 127. Anak Ayah
129 128. Aku Ayahnya
130 129. Dalam Dongengan
131 130. Masakan Mertua
132 131. Penantian Panjang
133 132. Seutas Saran
134 133. Temu Terakhir
135 134. Tepisan Takdir
136 135. SEEMPUK SETUMPUK
137 136. Sebuah Sejarah
138 137. Menuruti Mertua
139 138. Sandiwara Suketi
140 139. Taktik Tini
141 140. Cuplikan Cerita Cinta
142 141. Guratan Gaduh
143 142. Belanja Baju Bayi
144 143. Drama Dijah
145 144. Sirnanya Senyuman
146 145. Ngobrol Ngalor Ngidul
147 146. Mengekori Mas
148 147. Kunjungan Kerja
149 148. Penilaian Perempuan
150 149. Tanda-Tanda
151 150. Dalam Dekapan Dijah
152 151. Anak Ayah
153 152. Kunjungan Kawan-Kawan
154 153. Santai Sore
155 154. Putri Pertama
156 155. Siksaan Sabtu
157 156. Pertemuan Persaudaraan
158 157. Target Tini
159 158. Kilasan Kabar
160 159. Memanggil Mbah
161 160. Sinar Surya Sore
162 161. Ancang-Ancang Asti
163 162. Membahagiakan Mak Robin
164 163. Bincang Bersama Boy
165 164. History Heru (Bagian 1)
166 165. History Heru (Bagian 2)
167 166. Sabar Suketi (Bagian 1)
168 167. Sabar Suketi (Bagian 2)
169 168. Falsafah dan Filosofi
170 169. Semuanya Senang
171 170. Desau Dijah
172 171. Bara Berbicara
173 EPILOG
174 Untaian Kata
175 SPECIAL PART
176 TINI SUKETI mulai update hari ini
177 CEK KARYA BARU JUSKELAPA : DUL
178 NOVEL BARU : GITA & MAR (JUNI 2023)
Episodes

Updated 178 Episodes

1
PROLOG
2
1. Terlatih Terluka
3
2. Pelarian Perkenalan
4
3. Main Mata
5
4. Sepotong Selingan
6
5. Tatapan Terarah
7
6. Pelanggan Pertama
8
7. Karena Kasihan
9
8. Mulai Meresapi
10
9. Debaran Dijah
11
10. Sepiring Santapan
12
11. Kok Kesal
13
12. Kiriman Konsumsi
14
13. Tentang Tetangga
15
14. Sedikit Sentilan
16
15. Percakapan Pria
17
16. Tini Tenar
18
17. Ketagihan Kerokan
19
18. Percakapan Pagi
20
19. Pernyataan Pacaran
21
20. Berburu Berita
22
21. Perdana Pacaran
23
22. Mantan Menjijikkan
24
23. Percakapan Panjang
25
24. Kehidupan Kos-kosan
26
25. Merasakan Minder
27
26. Bara Berusaha
28
27. Secercah Senyuman
29
28. Malam Minggu
30
29. Jalan-Jalan
31
30. Api Asmara
32
31. Ambyare Ati
33
32. Duel Dijah
34
33. Pacar Posesif
35
34. Curahan Cerita
36
35. Pesan- pesan
37
36. Kisah Kelam
38
37. Dekat Dul
39
38. Maju Mundur
40
39. Kejutan & Keributan
41
40. Puncak Perselisihan
42
41. Ratapan Rindu
43
42. Akumulasi Amarah
44
43. Pulang Pagi
45
44. Binar Bahagia
46
45. Tertawa Terbahak
47
46. Khayalan Kekasih
48
47. Makan Malam
49
48. Adu Argumen
50
49. Bukan Bapak Biasa
51
50. Surprise Sticker
52
51. Prospek Pasar
53
52. Potongan Percakapan
54
53. Cerita Cinta
55
54. Andai Ayah - Anak
56
55. Sambutan Sapaan
57
56. Kekasih & Keluarga
58
57. Bahagia Bertiga
59
58. Sepasang Sepatu
60
59. Suguhan Spesial
61
60. Pertolongan Pertama
62
61. Pasien Pria
63
62. Malam Minggu (2)
64
63. Serba Salah
65
64. Ujian dan Upaya
66
65. Cendera mata Cinta
67
66. Rindu dan Restu
68
67. Puncak Persaingan
69
68. Cerita Cemburu
70
69. Detensi Demam
71
70. Duel Dijah (2)
72
71. Jarak Jauh
73
72. Cerita Cafe
74
73. Antara Anak - Ayah
75
74. Derita Dul
76
75. Menguak Memori
77
76. Merengkuh Malam
78
77. Leburan Luka
79
78. Pertolongan Profesional
80
79. Pengakuan Dijah (1)
81
80. Pengakuan Dijah (2)
82
81. Kado Kejutan
83
82. Wartawan Wisuda
84
83. Kembali Kasih
85
84. Bicaranya Bapak
86
85. Irisan Ingatan
87
86. Rentang Rencana
88
87. Izin Ibu
89
88. Harapan dan Hukuman
90
89. Sentuhan Sahabat
91
90. Pesan Perpisahan
92
91. Kamu dan Keluhmu
93
92. Uring-uringan
94
93. Syair Syahdu
95
94. Angin Alam
96
95. Terang Temaram
97
96. Kepala Keluarga
98
97. Kehidupan Kandang
99
98. Bulan Bersama
100
99. Cuplikan Cerita
101
100. Wonder Woman
102
101. Huru-Hara Hari H
103
102. Perjalanan Pertama
104
103. Wisata Wartawan
105
104. Batu Besar
106
105. Riuh Rendah
107
106. Gedung Gonggong
108
107. Makan Malam
109
108. Menyelesaikan Masalah
110
109. Kumpulan Kisah
111
110. Sahabat Sesumbar
112
111. Malam Meringis
113
112. Jawaban Jujur
114
113. Benar Berubah ?
115
114. Masih Meragu
116
115. Alasan Amarah
117
116. Maafin Mas
118
117. Berita Bahagia
119
118. Kumpul Keluarga
120
119. Mabuk Merana
121
120. Hunian Humanis
122
121. Kunjungan Kawan
123
122. Bukan Bandingan
124
123. Pujian Penghiburan
125
124. Dijah dan Dul
126
125. Derita Dimulai
127
126. Titipan Tuhan
128
127. Anak Ayah
129
128. Aku Ayahnya
130
129. Dalam Dongengan
131
130. Masakan Mertua
132
131. Penantian Panjang
133
132. Seutas Saran
134
133. Temu Terakhir
135
134. Tepisan Takdir
136
135. SEEMPUK SETUMPUK
137
136. Sebuah Sejarah
138
137. Menuruti Mertua
139
138. Sandiwara Suketi
140
139. Taktik Tini
141
140. Cuplikan Cerita Cinta
142
141. Guratan Gaduh
143
142. Belanja Baju Bayi
144
143. Drama Dijah
145
144. Sirnanya Senyuman
146
145. Ngobrol Ngalor Ngidul
147
146. Mengekori Mas
148
147. Kunjungan Kerja
149
148. Penilaian Perempuan
150
149. Tanda-Tanda
151
150. Dalam Dekapan Dijah
152
151. Anak Ayah
153
152. Kunjungan Kawan-Kawan
154
153. Santai Sore
155
154. Putri Pertama
156
155. Siksaan Sabtu
157
156. Pertemuan Persaudaraan
158
157. Target Tini
159
158. Kilasan Kabar
160
159. Memanggil Mbah
161
160. Sinar Surya Sore
162
161. Ancang-Ancang Asti
163
162. Membahagiakan Mak Robin
164
163. Bincang Bersama Boy
165
164. History Heru (Bagian 1)
166
165. History Heru (Bagian 2)
167
166. Sabar Suketi (Bagian 1)
168
167. Sabar Suketi (Bagian 2)
169
168. Falsafah dan Filosofi
170
169. Semuanya Senang
171
170. Desau Dijah
172
171. Bara Berbicara
173
EPILOG
174
Untaian Kata
175
SPECIAL PART
176
TINI SUKETI mulai update hari ini
177
CEK KARYA BARU JUSKELAPA : DUL
178
NOVEL BARU : GITA & MAR (JUNI 2023)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!