7. Karena Kasihan

Bantu di-like ya,

Selamat membaca.

************

"Mau ke mana pagi-pagi bener? Biasa jam 9 juga masih santai," ujar Bu Yanti pada Bara.

"Mau ngedatengin narasumber Bu. Yang kemarin pernah aku ceritain. Kasian..." jawab Bara saat mengambil sepotong roti dan mengoleskan selai coklat ke atasnya.

"Kamu mau jadi wartawan terus? Nggak capek? Di kampus tempat ibu, ada lowongan dosen, kamu bisa coba. Selesaikan S2 kamu cepat-cepat. Kerja di kampus juga enak. Apalagi kampus swasta. Kamu nggak perlu ke sana kemari nyari berita."

"Liat entar aja. Aku suka kerjaanku. Banyak ketemu orang baru dan cerita baru setiap hari," tukas Bara.

"Kenapa narasumber kamu? Dipukuli lagi?" tanya Bu Yanti.

"Enggak, aku kasian liat kerjaannya. Kalo diliat sekilas kayaknya dia nggak cocok kerja begituan. Tapi orangnya ulet banget."

"Kerjanya apa aja emangnya?"

"Banyak, rahasia juga. Aku nggak boleh sembarangan cerita tentang profil narasumber." Bara menghabiskan rotinya dengan cepat dan meneguk segelas teh manis hangatnya hingga tuntas.

"Kamu yang cerita kemarin, sekarang ngomongnya rahasia."

"Ayah udah berangkat?" tanya Bara yang baru menyadari ketidakhadiran ayahnya di meja makan.

"Udah, pagi-pagi bener. Ada acara di kampusnya," ujar Bu Yanti.

"Aku berangkat dulu Bu. Mau minta maaf ke Dijah. Kayaknya aku salah paham ama dia," seru Bara saat memakai sepatunya di depan pintu.

"Hati-hati, kamu jangan terlalu perhatian. Semua wanita itu perasaannya halus. Wanita gampang lemah dengan perhatian dari lawan jenis."

"Iya, aman pokoknya. Dijah nggak mungkin berpikiran kayak gitu ke aku. Mungkin juga dia nggak sempat mikir hal-hal kayak gitu. Sibuk cari nafkah." Bara berjalan menuju pagar besar untuk membuka pagar itu lebar-lebar dan kembali masuk ke garasi untuk menaiki motornya.

"Mbak Ami! Tutupin pagarnya ya..." teriak Bara kemudian menyalakan mesin dan berlalu dari rumahnya.

************

Dijah kesiangan hari itu, jam 8 pagi dia masih memasukkan nasinya di dalam dua wadah plastik hadiah pembelian deterjen.

Setelah mengisi masing-masing wadah itu dengan sebutir telur balado, Dijah menutup dan memasukkannya ke plastik kresek. Ia menyambar sebuah tas kanvas hitam yang tergantung di pegangan pintu kamarnya dan buru-buru pergi keluar.

"Jah! Rumah makan di seberang gang lagi nyari orang untuk bantu-bantu. Kamu nggak usah mulung lagi. Makin dekil kulit kamu." Tini baru keluar dari kamar sudah berpakaian rapi dan sopan dengan lipstik merah menyala terpoles di bibirnya.

"Gajinya harian?" tanya Dijah.

"Bisa diminta harian, bisa mingguan. Kalo mau buruan, biar aku sampein ke Yono. Ketimbang mulung," tukas Tini.

"Sebenarnya bukan mulungnya aja, aku kasian ama Mbok Jum kalau nggak ke sana. Dia nggak ada temen. Suaminya sakit, mungkin umurnya tinggal ngitung hari aja." Dijah berdiri sesaat di depan kamar Tini.

"Kebanyakan mikirin orang," gumam Tini yang pagi itu terlihat bijaksana karena pakaiannya yang mirip orang kantoran.

"Aku mau Tin, tapi... kalau aku kerja seharian gitu, kadang nggak ada yang liatin Dul. Aku nggak bisa berharap sepenuhnya sama Bapakku," ucap Dijah.

"Kalo jadi kamu, mungkin udah lama bapakku kuracun Jah!" sergah Tini.

"Heh! Mulut kau itu Tini! Siapa pulak yang mau kau racun pagi-pagi gini? Mau ke mana kau? Kok tumben kali kau pake baju keluar rumah?" Mak Robin yang baru membuka pintu kamarnya sambil menggandeng tangan Robin yang akan berangkat ke sekolah menatap heran pada Tini.

"Aku mau ngelamar kerja jadi SPG rokok. Siapa tau keterima, aku nggak perlu capek-capek nyanyi tiap malem." Tini mengibaskan rambutnya.

"Kau itamkan lagi rambut api kau itu! Ngeri orang mau nerima kau di perusahaannya," tukas Mak Robin.

"Kalo jadi SPG rokok rambut begini masih aman, udah ah. Yuk Jah, kita jalan ke depan sama-sama!" Tini menggandeng lengan Dijah menuju pintu pagar.

"Jadi SPG rokok kerjanya berapa jam sehari Tin?" tanya Dijah saat mereka sudah berjalan keluar gang.

"Kerjanya sore ke tengah malem. Semalem 300 ribu."

"Banyak banget Tin, itu ngapain aja?"

"Temenku cuma dikasi 2 slop rokok, terus disuruh keliling jual sampe habis. Gak lama Jah, sejam dua jam udah habis. Laki-laki kalo liat yang jual rokok seksi, yang nggak ngerokok juga bisa ikutan beli. Pakaian SPGnya seksi-seksi Jah. Emang kamu mau?"

"Segimana seksinya?" tanya Dijah penasaran dengan bayaran 300 ribu hanya untuk beberapa jam kerja.

"Rok pendek, sepatu tinggi. Kamu pasti bagus makenya, apalagi susu kamu gede. Kalo mau entar aku kasi tau apa aja yang disiapin. Yang penting aku masuk kerja dulu. Ya udah aku berangkat duluan ya," ujar Tini yang sampai di depan gang langsung naik ke atas boncengan seorang ojek pangkalan. Dijah mengangguk kemudian matanya mencari nomor angkutan yang akan dinaikinya.

**********

"Aku kira nggak dateng," ujar Mbok Jum muram dari depan rumah kardusnya pada Dijah.

Nafasnya masih terengah-engah berjalan cukup jauh dan terburu-buru dari tempat perhentian angkutan.

"Aku kesiangan. Udah makan?" tanya Dijah menurunkan tasnya dan mengeluarkan plastik kresek tempat bekal makannya. Dijah meletakkan selembar karton sebagai alas untuk menyusun bekal di atasnya.

"Belum Jah, aku udah sedih ngira kamu nggak dateng. Nggak ada temen, sepi."

"Nggak usah mikir yang aneh-aneh. Ayo makan sama-sama, ini aku bawain air putih sebotol." Dijah menyodorkan sebotol air mineral yang isinya telah berganti menjadi air putih hasil rebusan di panci.

Mbok Jum terlihat pucat pagi itu, wajahnya muram dan ia hanya duduk bersandar di luar dinding rumah kardusnya.

"Belum ada keliling?" tanya Dijah.

"Belum," jawab Mbok Jum mulai mencuci tangan dan mulai memakan nasi langsung dari wadahnya.

"Nanti aku aja yang keliling. Mbok Jum kayaknya nggak sehat, demam?" tanya Dijah meletakkan punggung tangan kirinya di dahi Mbok Jum.

"Nggak enak badan aja Jah, kamu nggak usah repot-repot. Nasi ini separonya aku simpen untuk malem. Nggak aku abisin semua. Kamu nggak usah capek-capek. Nanti aku keliling sendiri," ujar Mbok Jum di sela-sela mulut keriputnya mengunyah masakan Dijah.

Dua puluh menit menemani Mbok Jum makan, Dijah bangkit mengambil keranjangnya yang tersandar di sebelah pondok kardus.

"Aku keliling dulu, sebentar aja. Lumayan untuk makan kita besok. Siapa tau bisa beli daging kayak kata Si Bara." Dijah tertawa membayangkan ekspresi serba salah Bara tiap mendengar jawabannya.

"Bara siapa?" tanya Mbok Jum.

"Bukan siapa-siapa," gumam Dijah seraya berjalan menjauhi Mbok Jum.

Lautan sampah yang membubung menutupi setengah pemandangan langit pagi terhampar di hadapan Dijah. Campuran aroma busuk dan sampah basah memenuhi hidung mungilnya.

Dengan sepasang sarung tangan terbuat dari plastik kresek yang diikatkan Mbok Jum di pergelangan tangannya, Dijah membalik-balik tiap bungkusan sampah yang belum dibuka dan dijenguk isinya.

Ia mendapati beberapa kaleng bekas minuman, pecahan wadah plastik, dan gelas-gelas bekas air mineral. Berkali-kali kakinya terbenam di dalam sampah lembek dan basah.

Tiba-tiba,

"Dijaaaaahhhhh..." suara laki-laki yang tak asing terdengar di kejauhan meneriakkan namanya. Dijah menoleh, Bara. Dari mana laki-laki itu tahu ia sedang berada di tempat pembuangan sampah itu.

Dijah berdecak kesal. Ia tak malu dengan pekerjaannya sebagai pemulung, tapi ia juga tak mau dilihat Bara dalam keadaan sekotor itu.

"Cari siapa?" tanya Mbok Jum pada Bara yang masih duduk di atas motornya.

"Dijah Bu! Itu Dijah kan?" tanya Bara pada Mbok Jum.

"Iya... Kamu siapa?"

"Bara Bu!"

"Pacar Dijah?"

"Bukan!" jawab Bara cepat.

"Ngapain kamu cari-cari dia? Dia lagi kerja cari makan," tukas Mbok Jum.

"Dijaaaaahhhhh...!!" teriak Bara lagi seolah tak peduli perkataan Mbok Jum.

Dijah kembali menoleh. Dia malas mendatangi laki-laki itu. Dijah merasa laki-laki itu telah banyak membuang waktunya dengan hal tak berguna. Mana upah yang dijanjikan Bara kemarin belum diterimanya. Sia-sia rasanya ia meladeni laki-laki itu berbicara.

Dan juga... tatapan Bara yang sering terarah menelisiknya, membuat ia terganggu.

"Dijaaaaahhhhh... Aku susul kamu ke sana ya!" teriak Bara seraya meletakkan helm dan turun dari motornya.

Dijah mendelik. Bara pagi itu pasti masih wangi dan rapi, buat apa laki-laki itu sampai harus berkotor-kotor menyusulnya ke atas gunungan sampah.

Buru-buru Dijah berbalik dan menuruni gunungan sampah dengan sepatu boots karetnya.

"Jangan!! Tunggu di situ aja!" teriak Dijah.

Dengan keranjang besar yang hampir penuh, Dijah mendekati Bara yang kini berdiri di dekat Mbok Jum.

"Ada apa sih?" tanya Dijah menuangkan isi keranjangnya di depan pondok kardus. Mbok Jum langsung memilah hasil pungutan Dijah.

"Aku mau minta maaf! Maafin aku Jah kalo aku ada salah ngomong. Aku nyangka kerjaan kamu emang begitu."

"Nggak apa-apa kok, aku nggak marah. Aku memang capek mau tidur kemarin malam. Situ nggak usah mikir macem-macem."

"Tapi kamu pasti sedih kalo orang mikir aneh-aneh soal kamu," ujar Bara seraya menatap penampilan Dijah dari ujung rambut hingga ujung kakinya. Dijah risih kemudian berjongkok membantu Mbok Jum untuk mengalihkan tatapan laki-laki itu.

"Ngapain aku sedih kalo orang mikir aneh-aneh soal aku? Terserah orang mikirnya apa, penilaian orang soal aku nggak akan merubah hidup aku kok."

PLETAKK!!

"Aduh!" pekik Bara pelan.

Dijah memukul kaleng bekas minuman dengan sebuah batu hingga kaleng itu berbentuk pipih. Bara yang terkejut dengan kekuatan Dijah yang berhasil meratakan sebuah kaleng hanya dengan sekali pukulan menaikkan kedua alisnya.

"Aku belum bayar kerjaan kamu yang kemarin, yuk ikut aku dulu. Semua yang hari ini aku gantiin aja," tawar Bara pada Dijah.

"Enggah ah, situ nggak usah mikirin aku gimana. Yang kemarin aku gratisin!" jawab Dijah belum menoleh. Ia hanya berharap Bara cepat berlalu dari sana, Dijah malu. Ia merasa bau dan kotor.

"Gimana kalo makan dulu?" tanya Bara.

"Aku udah makan," jawab Dijah.

"Aku anterin ke pengepul barang bekas," tawar Bara lagi.

"Mending aku jalan kaki ketimbang naik motor situ. Pinggangku sakit," jawab Dijah

"Makanya peluk..." gumam Bara pelan.

"Apa??!" tanya Dijah mendongak menatap laki-laki itu.

"Nggak apa-apa. Gimana kalo yang kemarin aku gantiin untuk beli sepatu Dul? Kita beli sekarang, yuk.. Mau?" Bara masih berdiri di dekat pondok kardus dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Dijah memandang mata Bara yang juga sedang menatapnya.

"Sepatu untuk Dul?" tanya Dijah pelan.

Bara mengangguk, "iya, sepatu untuk Dul."

"Aku mau," jawab Dijah berdiri. "Tapi aku mau pulang mandi dulu, aku bau."

"Aku anter ke tempat kamu. Udah cepet," pinta Bara.

Dijah meletakkan pekerjaannya dan memesankan pada Mbok Jum supaya jangan mengerjakan hal itu untuknya. Dijah mengeluarkan selembar uang sepuluh ribu dan menyerahkannya pada wanita tua itu.

"Aku pergi dulu Mbok, itu buat jaga-jaga untuk beli makan ya. Besok aku pasti dateng ngelanjutin kerjaanku." Mbok Jum yang mendengar pesan Dijah hanya mengangguk dan menatap rekan kerjanya itu berjalan menuju seorang pria yang telah bersiap di atas motornya dan menyodorkan sebuah helm.

"Pegangan ke aku Jah..." ujar Bara yang menahan motor dengan kedua kakinya saat Dijah menginjak sadel.

"Udah situ tenang aja," jawab Dijah.

"Situ... Situ... Panggil aku Mas Jah! Aku lebih tua dari kamu," pinta Bara.

"Emoh!"

"Hmmmphh" Bara meradang kemudian melajukan motornya sedikit menyentak sampai Dijah maju merosot di boncengan dan menubruk punggungnya.

PLAKK!!

"Aduh!!" pekik Bara.

"Dasar! Laki-laki di mana-mana sama aja," sungut Dijah setelah memukul bahu Bara sekuat tenaganya karena terkejut.

"Aku beda Jah! Aku pasti beda!" Bara cengengesan melajukan sepeda motornya meninggalkan lokasi tempat pembuangan sampah itu.

Matahari mulai meninggi dan Dijah sedang berusaha keras berpegangan pada boncengan motor agar tak kembali merosot menempeli punggung Bara.

To Be Continued.....

**Visual Bara dan Dijah versi penulis yang tak bisa diganggu gugat bisa dilihat di Instagram @juskelapa_ Wkwkwk

Tapi pembaca juga bebas berimajinasi yang lain ya** :*

Juskelapa memvisualisasikan Nicholas Saputra sebagai Bara dan Caitlin North Lewis sebagai Dijah.

Itu hanya sekedar visual khayalan ya, mohon jangan membanjiri lapak artis yang bersangkutan untuk menghindari masalah.

Terpopuler

Comments

jumirah slavina

jumirah slavina

Bara'Bere mo mulung juga Jah...

2025-02-02

2

dyul

dyul

kata Tini susu gede, mknya minta di peluk, ampun dijah🤣🤣

2025-02-26

0

dyul

dyul

hahaha..... titisan megaloman si suketi mak robinferr🤣🤣

2025-02-26

0

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 1. Terlatih Terluka
3 2. Pelarian Perkenalan
4 3. Main Mata
5 4. Sepotong Selingan
6 5. Tatapan Terarah
7 6. Pelanggan Pertama
8 7. Karena Kasihan
9 8. Mulai Meresapi
10 9. Debaran Dijah
11 10. Sepiring Santapan
12 11. Kok Kesal
13 12. Kiriman Konsumsi
14 13. Tentang Tetangga
15 14. Sedikit Sentilan
16 15. Percakapan Pria
17 16. Tini Tenar
18 17. Ketagihan Kerokan
19 18. Percakapan Pagi
20 19. Pernyataan Pacaran
21 20. Berburu Berita
22 21. Perdana Pacaran
23 22. Mantan Menjijikkan
24 23. Percakapan Panjang
25 24. Kehidupan Kos-kosan
26 25. Merasakan Minder
27 26. Bara Berusaha
28 27. Secercah Senyuman
29 28. Malam Minggu
30 29. Jalan-Jalan
31 30. Api Asmara
32 31. Ambyare Ati
33 32. Duel Dijah
34 33. Pacar Posesif
35 34. Curahan Cerita
36 35. Pesan- pesan
37 36. Kisah Kelam
38 37. Dekat Dul
39 38. Maju Mundur
40 39. Kejutan & Keributan
41 40. Puncak Perselisihan
42 41. Ratapan Rindu
43 42. Akumulasi Amarah
44 43. Pulang Pagi
45 44. Binar Bahagia
46 45. Tertawa Terbahak
47 46. Khayalan Kekasih
48 47. Makan Malam
49 48. Adu Argumen
50 49. Bukan Bapak Biasa
51 50. Surprise Sticker
52 51. Prospek Pasar
53 52. Potongan Percakapan
54 53. Cerita Cinta
55 54. Andai Ayah - Anak
56 55. Sambutan Sapaan
57 56. Kekasih & Keluarga
58 57. Bahagia Bertiga
59 58. Sepasang Sepatu
60 59. Suguhan Spesial
61 60. Pertolongan Pertama
62 61. Pasien Pria
63 62. Malam Minggu (2)
64 63. Serba Salah
65 64. Ujian dan Upaya
66 65. Cendera mata Cinta
67 66. Rindu dan Restu
68 67. Puncak Persaingan
69 68. Cerita Cemburu
70 69. Detensi Demam
71 70. Duel Dijah (2)
72 71. Jarak Jauh
73 72. Cerita Cafe
74 73. Antara Anak - Ayah
75 74. Derita Dul
76 75. Menguak Memori
77 76. Merengkuh Malam
78 77. Leburan Luka
79 78. Pertolongan Profesional
80 79. Pengakuan Dijah (1)
81 80. Pengakuan Dijah (2)
82 81. Kado Kejutan
83 82. Wartawan Wisuda
84 83. Kembali Kasih
85 84. Bicaranya Bapak
86 85. Irisan Ingatan
87 86. Rentang Rencana
88 87. Izin Ibu
89 88. Harapan dan Hukuman
90 89. Sentuhan Sahabat
91 90. Pesan Perpisahan
92 91. Kamu dan Keluhmu
93 92. Uring-uringan
94 93. Syair Syahdu
95 94. Angin Alam
96 95. Terang Temaram
97 96. Kepala Keluarga
98 97. Kehidupan Kandang
99 98. Bulan Bersama
100 99. Cuplikan Cerita
101 100. Wonder Woman
102 101. Huru-Hara Hari H
103 102. Perjalanan Pertama
104 103. Wisata Wartawan
105 104. Batu Besar
106 105. Riuh Rendah
107 106. Gedung Gonggong
108 107. Makan Malam
109 108. Menyelesaikan Masalah
110 109. Kumpulan Kisah
111 110. Sahabat Sesumbar
112 111. Malam Meringis
113 112. Jawaban Jujur
114 113. Benar Berubah ?
115 114. Masih Meragu
116 115. Alasan Amarah
117 116. Maafin Mas
118 117. Berita Bahagia
119 118. Kumpul Keluarga
120 119. Mabuk Merana
121 120. Hunian Humanis
122 121. Kunjungan Kawan
123 122. Bukan Bandingan
124 123. Pujian Penghiburan
125 124. Dijah dan Dul
126 125. Derita Dimulai
127 126. Titipan Tuhan
128 127. Anak Ayah
129 128. Aku Ayahnya
130 129. Dalam Dongengan
131 130. Masakan Mertua
132 131. Penantian Panjang
133 132. Seutas Saran
134 133. Temu Terakhir
135 134. Tepisan Takdir
136 135. SEEMPUK SETUMPUK
137 136. Sebuah Sejarah
138 137. Menuruti Mertua
139 138. Sandiwara Suketi
140 139. Taktik Tini
141 140. Cuplikan Cerita Cinta
142 141. Guratan Gaduh
143 142. Belanja Baju Bayi
144 143. Drama Dijah
145 144. Sirnanya Senyuman
146 145. Ngobrol Ngalor Ngidul
147 146. Mengekori Mas
148 147. Kunjungan Kerja
149 148. Penilaian Perempuan
150 149. Tanda-Tanda
151 150. Dalam Dekapan Dijah
152 151. Anak Ayah
153 152. Kunjungan Kawan-Kawan
154 153. Santai Sore
155 154. Putri Pertama
156 155. Siksaan Sabtu
157 156. Pertemuan Persaudaraan
158 157. Target Tini
159 158. Kilasan Kabar
160 159. Memanggil Mbah
161 160. Sinar Surya Sore
162 161. Ancang-Ancang Asti
163 162. Membahagiakan Mak Robin
164 163. Bincang Bersama Boy
165 164. History Heru (Bagian 1)
166 165. History Heru (Bagian 2)
167 166. Sabar Suketi (Bagian 1)
168 167. Sabar Suketi (Bagian 2)
169 168. Falsafah dan Filosofi
170 169. Semuanya Senang
171 170. Desau Dijah
172 171. Bara Berbicara
173 EPILOG
174 Untaian Kata
175 SPECIAL PART
176 TINI SUKETI mulai update hari ini
177 CEK KARYA BARU JUSKELAPA : DUL
178 NOVEL BARU : GITA & MAR (JUNI 2023)
Episodes

Updated 178 Episodes

1
PROLOG
2
1. Terlatih Terluka
3
2. Pelarian Perkenalan
4
3. Main Mata
5
4. Sepotong Selingan
6
5. Tatapan Terarah
7
6. Pelanggan Pertama
8
7. Karena Kasihan
9
8. Mulai Meresapi
10
9. Debaran Dijah
11
10. Sepiring Santapan
12
11. Kok Kesal
13
12. Kiriman Konsumsi
14
13. Tentang Tetangga
15
14. Sedikit Sentilan
16
15. Percakapan Pria
17
16. Tini Tenar
18
17. Ketagihan Kerokan
19
18. Percakapan Pagi
20
19. Pernyataan Pacaran
21
20. Berburu Berita
22
21. Perdana Pacaran
23
22. Mantan Menjijikkan
24
23. Percakapan Panjang
25
24. Kehidupan Kos-kosan
26
25. Merasakan Minder
27
26. Bara Berusaha
28
27. Secercah Senyuman
29
28. Malam Minggu
30
29. Jalan-Jalan
31
30. Api Asmara
32
31. Ambyare Ati
33
32. Duel Dijah
34
33. Pacar Posesif
35
34. Curahan Cerita
36
35. Pesan- pesan
37
36. Kisah Kelam
38
37. Dekat Dul
39
38. Maju Mundur
40
39. Kejutan & Keributan
41
40. Puncak Perselisihan
42
41. Ratapan Rindu
43
42. Akumulasi Amarah
44
43. Pulang Pagi
45
44. Binar Bahagia
46
45. Tertawa Terbahak
47
46. Khayalan Kekasih
48
47. Makan Malam
49
48. Adu Argumen
50
49. Bukan Bapak Biasa
51
50. Surprise Sticker
52
51. Prospek Pasar
53
52. Potongan Percakapan
54
53. Cerita Cinta
55
54. Andai Ayah - Anak
56
55. Sambutan Sapaan
57
56. Kekasih & Keluarga
58
57. Bahagia Bertiga
59
58. Sepasang Sepatu
60
59. Suguhan Spesial
61
60. Pertolongan Pertama
62
61. Pasien Pria
63
62. Malam Minggu (2)
64
63. Serba Salah
65
64. Ujian dan Upaya
66
65. Cendera mata Cinta
67
66. Rindu dan Restu
68
67. Puncak Persaingan
69
68. Cerita Cemburu
70
69. Detensi Demam
71
70. Duel Dijah (2)
72
71. Jarak Jauh
73
72. Cerita Cafe
74
73. Antara Anak - Ayah
75
74. Derita Dul
76
75. Menguak Memori
77
76. Merengkuh Malam
78
77. Leburan Luka
79
78. Pertolongan Profesional
80
79. Pengakuan Dijah (1)
81
80. Pengakuan Dijah (2)
82
81. Kado Kejutan
83
82. Wartawan Wisuda
84
83. Kembali Kasih
85
84. Bicaranya Bapak
86
85. Irisan Ingatan
87
86. Rentang Rencana
88
87. Izin Ibu
89
88. Harapan dan Hukuman
90
89. Sentuhan Sahabat
91
90. Pesan Perpisahan
92
91. Kamu dan Keluhmu
93
92. Uring-uringan
94
93. Syair Syahdu
95
94. Angin Alam
96
95. Terang Temaram
97
96. Kepala Keluarga
98
97. Kehidupan Kandang
99
98. Bulan Bersama
100
99. Cuplikan Cerita
101
100. Wonder Woman
102
101. Huru-Hara Hari H
103
102. Perjalanan Pertama
104
103. Wisata Wartawan
105
104. Batu Besar
106
105. Riuh Rendah
107
106. Gedung Gonggong
108
107. Makan Malam
109
108. Menyelesaikan Masalah
110
109. Kumpulan Kisah
111
110. Sahabat Sesumbar
112
111. Malam Meringis
113
112. Jawaban Jujur
114
113. Benar Berubah ?
115
114. Masih Meragu
116
115. Alasan Amarah
117
116. Maafin Mas
118
117. Berita Bahagia
119
118. Kumpul Keluarga
120
119. Mabuk Merana
121
120. Hunian Humanis
122
121. Kunjungan Kawan
123
122. Bukan Bandingan
124
123. Pujian Penghiburan
125
124. Dijah dan Dul
126
125. Derita Dimulai
127
126. Titipan Tuhan
128
127. Anak Ayah
129
128. Aku Ayahnya
130
129. Dalam Dongengan
131
130. Masakan Mertua
132
131. Penantian Panjang
133
132. Seutas Saran
134
133. Temu Terakhir
135
134. Tepisan Takdir
136
135. SEEMPUK SETUMPUK
137
136. Sebuah Sejarah
138
137. Menuruti Mertua
139
138. Sandiwara Suketi
140
139. Taktik Tini
141
140. Cuplikan Cerita Cinta
142
141. Guratan Gaduh
143
142. Belanja Baju Bayi
144
143. Drama Dijah
145
144. Sirnanya Senyuman
146
145. Ngobrol Ngalor Ngidul
147
146. Mengekori Mas
148
147. Kunjungan Kerja
149
148. Penilaian Perempuan
150
149. Tanda-Tanda
151
150. Dalam Dekapan Dijah
152
151. Anak Ayah
153
152. Kunjungan Kawan-Kawan
154
153. Santai Sore
155
154. Putri Pertama
156
155. Siksaan Sabtu
157
156. Pertemuan Persaudaraan
158
157. Target Tini
159
158. Kilasan Kabar
160
159. Memanggil Mbah
161
160. Sinar Surya Sore
162
161. Ancang-Ancang Asti
163
162. Membahagiakan Mak Robin
164
163. Bincang Bersama Boy
165
164. History Heru (Bagian 1)
166
165. History Heru (Bagian 2)
167
166. Sabar Suketi (Bagian 1)
168
167. Sabar Suketi (Bagian 2)
169
168. Falsafah dan Filosofi
170
169. Semuanya Senang
171
170. Desau Dijah
172
171. Bara Berbicara
173
EPILOG
174
Untaian Kata
175
SPECIAL PART
176
TINI SUKETI mulai update hari ini
177
CEK KARYA BARU JUSKELAPA : DUL
178
NOVEL BARU : GITA & MAR (JUNI 2023)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!