5. Tatapan Terarah

Like ya,

Selamat Membaca :*

************

Bara sedang merekam sebuah berita sederhana. Hanya tentang seorang anak 10 tahun yang kelaparan dan menjambret sebuah ponsel milik seorang ibu yang sedang berbelanja di pasar.

Anak itu sedikit terluka di kepala dan berdarah sedikit di ujung bibirnya. Beberapa orang di pasar membawanya ke Polsek setelah menamparnya beberapa kali.

Ponsel dikembalikan kepada pemiliknya dan anak tersebut mendapatkan wejangan dari seorang polisi tua yang duduk memberinya sebotol minuman ringan.

Bara mengamati sekujur tubuh kotor anak itu. Pakaiannya bersih dan tidak compang-camping. Artinya ia bukanlah gelandangan yang biasa tidur di kolong jembatan atau tepi ruko pada malam hari.

Setelah mendengarkan pengakuan dari anak tersebut yang mencuri hanya karena ingin punya ponsel seperti milik teman-temannya karena tak tahan diejek miskin, Bara mencampakkan alat perekamnya ke dalam ransel.

Ini bukan berita pikirnya. Kejahatan karena tekanan gaya hidup dan kelaparan sudah hal yang lumrah dan terlalu umum untuk diselipkan di sebuah sudut kolom surat kabar.

Sebagai wartawan baru, Bara merasa sedikit suntuk. Ia harus menjadi wartawan yang mengejar berita sekaligus seorang mahasiswa S2 yang sedang mengerjakan tesisnya di usia 28 tahun.

Dalam tesisnya ia mengangkat topik tentang kekerasan terhadap perempuan. Narasumbernya belum jelas siapa. Kemarin sudah bertemu dengan seorang calon narasumber tapi sepertinya agak susah didekati.

Langit nyaris gelap dan ia telah duduk di atas motornya membuka-buka ponsel. Melihat rentetan pesan dari grup chat maupun pribadi.

Ada pesan dari ayahnya yang bertanya jam berapa ia akan pulang nanti malam. Biasanya Ayah Bara, Pak Wirya menanyakan puteranya pasti karena ingin mengajak bermain catur. Orang tua Bara keduanya adalah seorang dosen. Adik perempuannya yang hanya terpaut dua tahun darinya sudah menikah dan memiliki dua orang anak. Bara tinggal bersama kedua orangtuanya bagai seorang anak tunggal.

Nama Joana tertera paling atas di antara rentetan pesan itu. Ada 25 pesan yang belum terbaca. Bara bahkan tak menyadari sejak pukul berapa wanita itu mencarinya. Ia menyisir rambutnya dengan tangan dan mulai membuka pesan dari wanita yang sedang melakukan pendekatan padanya.

Bara menyadari bahwa Joana menaruh hati padanya dan beberapa waktu terakhir ini lebih gencar mengajaknya keluar. Joana adalah dosennya di kampus. Mereka seumuran, tapi Joana telah menamatkan pendidikannya lebih dulu di luar negeri.

Wanita cantik dan... kaya. Tak mungkin Bara tak suka padanya. Pria manapun pasti dengan mudah menyukai Joana yang supel dan gampang bergaul, berpendidikan, serta berasal dari keluarga terpandang dalam bidang pendidikan. Ayahnya adalah seorang rektor universitas tempat Bara menuntut ilmu.

Bara sudah lama tak berpacaran. Ia terlalu santai dalam urusan percintaan karena masih nyaman dengan kesendiriannya ke sana kemari. Tapi saat Joana mendekatinya, Bara tak kuasa menepis. Ia mulai sedikit menaruh hati pada perempuan yang gigih sering mengirimkan makan siang dan perhatian-perhatian kecil padanya.

'Entar malem kamu ke mana?'

'Aku jemput ke rumah terus kita makan yuk, gimana? Ga usah naik motor'

'Aku mau ngirim makan siang tapi kamu ga bales chat. Kamu lagi ngapain sih?'

'Bara...'

'Kamu ga ada nyariin aku ya'

Itu adalah beberapa pesan yang dikirimkan Joana pada Bara sejak pukul 11 siang tadi.

Malam Sabtu, tubuhnya letih dan terasa lengket karena seharian berada di jalanan. Rebahan di kasur atau menonton televisi bersama ayahnya terlihat lebih menggoda ketimbang berkeliaran di luar sana.

Bara kembali membuka ponselnya dan mengetikkan balasan untuk Joana.

'Aku lagi bareng ayah ni, ayah minta temenin ke suatu tempat. Kita besok-besok aja keluarnya. Ga apa-apa kan?'

Bara yang merasa belum perlu izin mau apa dan ke mana dari siapapun langsung mengantongi ponsel dan menyalakan motor besar berwarna merah miliknya.

Tapi masih beberapa meter keluar dari lahan parkir di sisi kiri Polsek, Bara melihat sosok Dijah sedang berjalan menggandeng seorang anak kecil.

"Kebetulan," gumam Bara sendirian. Ia cepat-cepat kembali mematikan mesin motornya dan memarkirkannya di tempat semula. Setelah mengantongi kuncinya Bara sedikit berlari keluar dari halaman Polsek untuk menyusuri jalan raya yang berdebu.

"Mau ke mana itu si Dijah," gumamnya lagi. Dijah terus berjalan melewati sebuah SPBU kemudian berbelok ke kiri.

"Ooohh..." ucap Bara kemudian saat melihat Dijah masuk ke sebuah outlet fast food burger dan ayam goreng. Dari luar kaca, Ia melihat Dijah sedang mengantri di depan sebuah kasir untuk membayar pesanannya.

DRRRRT

DRRRRT

Ponsel di kantong celananya bergetar. Dengan tatapan tak lepas dari Dijah, Bara buru-buru merogoh kantong.

Ternyata Joana.

"Halo?" sahut Bara.

"Bara, kamu di mana?" tanya Joana di seberang telepon.

"Aku lagi di luar."

"Di mana? Aku ke sana ya sekarang."

"Jangan, ada urusan penting nih. Aku tutup sekarang ya, entar aku telfon lagi." Bara tak sempat mendengar jawaban Joana karena ia perlahan berjalan ke dekat pintu kaca seraya memandang Dijah yang tengah menunduk menyobek kemasan saus.

Kenapa cuma beli sekotak saja, pikir Bara. Itu sudah waktu makan malam, tapi Dijah begitu romantis hanya duduk menemani anaknya makan.

Bara mendorong pintu kaca dan masuk ke dalam outlet ayam goreng dengan niat membeli dua paket dan ikut makan bersama Dijah dan anaknya.

Dalam beberapa menit kemudian Bara telah berdiri di dekat meja ibu dan anak itu dengan sebuah nampan penuh di tangannya.

Dijah tak menyadari kehadirannya di sana. Sekilas Bara mendengar percakapan Dijah yang sedang menenangkan hati anaknya. Bocah itu menagih sepasang sepatu.

Bara menelisik penampilan bocah laki-laki itu. Jika ia menemui bocah itu di simpang jalan, Bara pasti mengeluarkan recehan karena mengira anak manis itu pengemis.

Bocah itu pasti anak Dijah pikirnya. Wajahnya oval manis dengan mata tajam mirip ibunya. Bocah itu menyuapkan sepotong kecil ayam ke mulut ibunya. Dijah sangat berbeda saat sedang bersama anaknya, pikir Bara.

Bara kemudian melangkah mendekati meja dan meletakkan nampannya di depan Dijah.

"Ibunya Dul nggak ikut makan? Ayo makan sama-sama. Om juga hari ini lagi pengen makan ayam goreng."

Bara tersenyum memperlihatkan giginya dan mengerjapkan mata karena tatapan terkejut Dijah dan Dul.

"Ayo makan," ajak Bara menyodorkan nampan ke arah Dijah.

"Aku kenyang. Kamu ngapain di sini?" tanya Dijah curiga. Ia tak ingin Dul mengira yang bukan-bukan saat melihatnya dengan seorang laki-laki.

"Aku kebetulan dari Polsek sebelah, laper. Mau makan. Kamu ngira aku ngikutin kamu? Ada-ada aja," ujar Bara.

"Kayak nggak ada meja kosong lain aja," gumam Dijah.

"Memang nggak ada, kamu liat sendiri." Bara menoleh ke sekeliling meja mereka kemudian mengangkat bahu karena berhasil membuktikan ucapannya.

Dijah diam kemudian mencolek lengan Dul yang terpukau menatap Bara agar anaknya itu melanjutkan makan.

"Cepat makan, ibu mau kerja nanti terlambat." Dijah berkata pelan pada anaknya. Dul mengangguk kemudian melanjutkan makannya.

"Makan Jah." Bara kembali mengajak Dijah makan. Tangan wanita itu terlipat di atas meja. Sesekali ia membersihkan butiran nasi yang menempel di pipi anaknya karena makan terlalu tergesa.

"Aku kenyang," jawab Dijah lagi.

"Dul, ibu kamu nggak mau makan. Padahal om udah beli banyak biar bisa makan bareng-bareng. Kamu bilangin dong ke ibu kamu." Bara kembali tersenyum pada Dul.

"Ibu makan, kita nggak tiap hari bisa makan ini. Mubazir Bu kalau nggak dimakan. Ibu sering ngomong gitu." Dul berkata seraya mendongak wajah ibunya yang masih menatap kosong kertas nasi Dul yang nyaris habis.

Dijah mengangguk kemudian bangkit menuju wastefal yang terletak di bagian dalam restoran.

"Tos! Dul pinter," ujar Bara mengangkat tangan kiri ke arah Dul yang menyambut tangannya.

Dijah memang lapar. Di rumahnya hanya tersisa semangkuk nasi putih dingin karena pagi tadi ia melepaskan colokan penanak nasi untuk menghemat listrik. Biasanya sebelum pergi kerja ia kembali mendadar sebutir telur untuk bertahan hingga pukul satu dini hari di cafe.

"Aku juga jarang makan beginian Jah, mahal. Mending aku makan di rumah. Jadi jangan sampe kamu nolak, mubazir kayak kata Dul." Bara mulai membuka kertas nasi dan makan dengan santai.

Sebisa mungkin Bara membuat Dijah merasa nyaman dengan kehadirannya di sana. Sekali lagi, Bara merasa Dijah kelihatan berbeda saat sedang bersama anaknya. Wanita itu terlihat lebih... beradab.

Jiwa keibuan Dijah yang meski tidak lemah lembut, tapi terdengar hangat. Bara bisa merasakan kalau Dijah sangat menyayangi anaknya itu. Terbukti dari Dijah yang rela melacurkan dirinya demi memberi nafkah pada Dul. Ah, kasihan Dul pikirnya. Bocah itu tak tahu kalau ibunya harus menjual diri hanya demi sepasang sepatunya.

Hampir sejam berada di restoran ayam goreng itu, setelah mengucapkan terimakasih atas sepaket ayam goreng yang dimakannya, Dijah pamit pada Bara dan cepat-cepat menggandeng anaknya itu kembali menuju rumah orangtuanya.

Secepat kilat juga Bara kembali ke Polsek untuk mengambil motornya. Ia bertekad untuk mem-booking jasa Dijah selama seminggu ini. Kalau hanya semalam cuma 50 ribu rupiah, sebulan pun ia masih sanggup pikir Bara.

Bara sengaja menyalakan motornya di sisi gang agar ia tak kecolongan jika Dijah tiba-tiba menyetop angkutan kota.

Dijah berjalan santai keluar dari gang. Sebuah jeans kusam dan kaos oblong berwarna hitam membuat Dijah tampak seperti seorang wanita single tanpa anak. Dari kejauhan Bara memandangi wanita itu. Dijah bersih pikirnya.

Walaupun pagi hari memulung sampah, tapi penampilan Dijah jauh dari kesan seorang pemulung. Dijah hanya kusam. Sandal karetnya yang berupa sandal KW bermerek pasti hanya seharga 25 ribu saja di pasar.

"Jah, aku anter yuk." Bara kembali melontarkan senyum serupa seperti di restoran ayam goreng tadi.

"Ngapain situ masih ngikutin aku?" sergah Dijah.

"Astaga..." gumam Bara memegang dadanya. Dijah tanpa Dul kembali menjadi singa pikirnya.

"Aku mau pulang, mau kerja."

"Jah, tunggu." Bara melajukan motornya pelan menjajari langkah wanita itu.

"Apa?" tanya Dijah sedikit frustasi. "Aku nggak sempet untuk main-main. Aku mau kerja, aku perlu uang." Dijah memberanikan dirinya memandang langsung wajah Bara.

Kemeja flanel kotak-kotak hitam yang terlihat mahal, kaos oblong putih, motor besar mahal, ransel bermerk, sepasang sneakers bergaris tiga yang pasti asli menempeli tubuh laki-laki itu.

Entah apa mau laki-laki di depannya ini, pikir Dijah. Ia minder. Tatapan Bara seperti menelanjanginya. Dijah sedikit menggeser letak kakinya saat Bara memandang ke bawah. Ia sadar sandalnya sangat lusuh.

"Ketimbang kamu kerja semaleman 50 ribu, gimana kalo aku aja yang nyewa jasa kamu? Seminggu? Cuma sampe jam 10 malem aja. Setelah aku pulang kerja, kamu nemenin aku. Ngobrol-ngobrol bantu kerjaan aku. Gimana?" tanya Bara berharap kalau Dijah menyanggupinya.

"Kerjanya di mana?" tanya Dijah mulai tertarik.

"Di mana aja. Aku bisa ke rumah kamu. Gimana?" tanya Bara lagi. Dalam pikirannya tentu sudah biasa jika para PSK itu menerima tamu di kos-kosan mereka.

"Boleh. Yang penting situ jangan terlalu rewel banyak mintanya. Jangan macem-macem pokoknya." Dijah melemparkan tatapan tajam.

"Aku biasa-biasa aja," jawab Bara cepat tapi hatinya penuh tanya. Seorang tamu yang macam-macam itu yang bagaimana? Bercinta dengan gaya macam-macam atau seperti yang pernah Dijah katakan padanya soal mantan suami yang mau menyo*dominya?

"Ada syaratnya juga, boleh?" tanya Bara lagi hati-hati.

"Apa? Kalau syarat dari situ sulit aku emoh."

"Ga sulit. Umur kamu berapa?" tanya Bara.

"23."

"Kalo gitu panggil aku Mas Bara," pinta Bara tersenyum.

"Emoh. Bara aja. Kalau ngomongnya udah selesai, aku pergi sekarang," kesal Dijah karena merasa Bara terlalu banyak permintaan.

"Dijah!" seru Bara spontan. Dijah menolehnya sedikit terkejut.

"Aku anter pulang ya, kerjanya mulai malem ini." Bara menepuk boncengan motor besarnya yang tinggi. Pria itu langsung memakai helm fullface-nya dan menguatkan tungkai kaki menunggu Dijah menginjak sadel boncengan.

Sesaat Dijah memandang motor besar Bara yang terlihat mahal. Kemudian ia berjalan mendekati boncengan dan berhasil naik tanpa menyentuh pria itu sedikit pun.

"Ya udah, jalan" tukas Dijah menepuk pundak Bara.

"Pegangan Jah, entar pinggang kamu sakit kalau maksa duduk tegak gitu. Kamu harus ngikutin condongnya badan aku ke depan." Bara mulai melajukan motornya pelan.

"Meluk situ sambil nempelin dadaku? Ya enak situ dapetnya empuk-empuk. Dasar laki-laki di mana-mana sama aja. Kalau nggak tegang nggak senang." Dijah mengomeli Bara sambil berpegangan pada tepi jok belakang.

"Ya ga gitu juga maksudnya Dijah..." ujar Bara heran. Aneh betul pikirnya. PSK tapi masih perhitungan hanya soal menempelkan dadanya saja. Jadi tarif 50 ribu itu layanannya cuma untuk masuk saja?

Bara berdecak pelan kemudian melajukan motornya berhati-hati untuk menjaga keseimbangan. Bara sekarang seperti membawa sebuah patung yang terikat kaku di pojok boncengan motornya. Dijah tak memperlakukannya seperti seorang pelanggan.

To Be Continued.....

Jangan lupa dilike ya...

Likemu, bahagiaku :*

Terpopuler

Comments

jumirah slavina

jumirah slavina

wwuuiiihhh....
udah tau aja nih nama calon Anak...

2025-02-02

2

dyul

dyul

hahaha.... 50 ribu... punten.....
sampurasun.... 50 ribu lagi, ngakak😝

2025-02-26

0

Nita Ria Nita

Nita Ria Nita

astaga pikiran mu mas bara😁

2024-10-30

1

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 1. Terlatih Terluka
3 2. Pelarian Perkenalan
4 3. Main Mata
5 4. Sepotong Selingan
6 5. Tatapan Terarah
7 6. Pelanggan Pertama
8 7. Karena Kasihan
9 8. Mulai Meresapi
10 9. Debaran Dijah
11 10. Sepiring Santapan
12 11. Kok Kesal
13 12. Kiriman Konsumsi
14 13. Tentang Tetangga
15 14. Sedikit Sentilan
16 15. Percakapan Pria
17 16. Tini Tenar
18 17. Ketagihan Kerokan
19 18. Percakapan Pagi
20 19. Pernyataan Pacaran
21 20. Berburu Berita
22 21. Perdana Pacaran
23 22. Mantan Menjijikkan
24 23. Percakapan Panjang
25 24. Kehidupan Kos-kosan
26 25. Merasakan Minder
27 26. Bara Berusaha
28 27. Secercah Senyuman
29 28. Malam Minggu
30 29. Jalan-Jalan
31 30. Api Asmara
32 31. Ambyare Ati
33 32. Duel Dijah
34 33. Pacar Posesif
35 34. Curahan Cerita
36 35. Pesan- pesan
37 36. Kisah Kelam
38 37. Dekat Dul
39 38. Maju Mundur
40 39. Kejutan & Keributan
41 40. Puncak Perselisihan
42 41. Ratapan Rindu
43 42. Akumulasi Amarah
44 43. Pulang Pagi
45 44. Binar Bahagia
46 45. Tertawa Terbahak
47 46. Khayalan Kekasih
48 47. Makan Malam
49 48. Adu Argumen
50 49. Bukan Bapak Biasa
51 50. Surprise Sticker
52 51. Prospek Pasar
53 52. Potongan Percakapan
54 53. Cerita Cinta
55 54. Andai Ayah - Anak
56 55. Sambutan Sapaan
57 56. Kekasih & Keluarga
58 57. Bahagia Bertiga
59 58. Sepasang Sepatu
60 59. Suguhan Spesial
61 60. Pertolongan Pertama
62 61. Pasien Pria
63 62. Malam Minggu (2)
64 63. Serba Salah
65 64. Ujian dan Upaya
66 65. Cendera mata Cinta
67 66. Rindu dan Restu
68 67. Puncak Persaingan
69 68. Cerita Cemburu
70 69. Detensi Demam
71 70. Duel Dijah (2)
72 71. Jarak Jauh
73 72. Cerita Cafe
74 73. Antara Anak - Ayah
75 74. Derita Dul
76 75. Menguak Memori
77 76. Merengkuh Malam
78 77. Leburan Luka
79 78. Pertolongan Profesional
80 79. Pengakuan Dijah (1)
81 80. Pengakuan Dijah (2)
82 81. Kado Kejutan
83 82. Wartawan Wisuda
84 83. Kembali Kasih
85 84. Bicaranya Bapak
86 85. Irisan Ingatan
87 86. Rentang Rencana
88 87. Izin Ibu
89 88. Harapan dan Hukuman
90 89. Sentuhan Sahabat
91 90. Pesan Perpisahan
92 91. Kamu dan Keluhmu
93 92. Uring-uringan
94 93. Syair Syahdu
95 94. Angin Alam
96 95. Terang Temaram
97 96. Kepala Keluarga
98 97. Kehidupan Kandang
99 98. Bulan Bersama
100 99. Cuplikan Cerita
101 100. Wonder Woman
102 101. Huru-Hara Hari H
103 102. Perjalanan Pertama
104 103. Wisata Wartawan
105 104. Batu Besar
106 105. Riuh Rendah
107 106. Gedung Gonggong
108 107. Makan Malam
109 108. Menyelesaikan Masalah
110 109. Kumpulan Kisah
111 110. Sahabat Sesumbar
112 111. Malam Meringis
113 112. Jawaban Jujur
114 113. Benar Berubah ?
115 114. Masih Meragu
116 115. Alasan Amarah
117 116. Maafin Mas
118 117. Berita Bahagia
119 118. Kumpul Keluarga
120 119. Mabuk Merana
121 120. Hunian Humanis
122 121. Kunjungan Kawan
123 122. Bukan Bandingan
124 123. Pujian Penghiburan
125 124. Dijah dan Dul
126 125. Derita Dimulai
127 126. Titipan Tuhan
128 127. Anak Ayah
129 128. Aku Ayahnya
130 129. Dalam Dongengan
131 130. Masakan Mertua
132 131. Penantian Panjang
133 132. Seutas Saran
134 133. Temu Terakhir
135 134. Tepisan Takdir
136 135. SEEMPUK SETUMPUK
137 136. Sebuah Sejarah
138 137. Menuruti Mertua
139 138. Sandiwara Suketi
140 139. Taktik Tini
141 140. Cuplikan Cerita Cinta
142 141. Guratan Gaduh
143 142. Belanja Baju Bayi
144 143. Drama Dijah
145 144. Sirnanya Senyuman
146 145. Ngobrol Ngalor Ngidul
147 146. Mengekori Mas
148 147. Kunjungan Kerja
149 148. Penilaian Perempuan
150 149. Tanda-Tanda
151 150. Dalam Dekapan Dijah
152 151. Anak Ayah
153 152. Kunjungan Kawan-Kawan
154 153. Santai Sore
155 154. Putri Pertama
156 155. Siksaan Sabtu
157 156. Pertemuan Persaudaraan
158 157. Target Tini
159 158. Kilasan Kabar
160 159. Memanggil Mbah
161 160. Sinar Surya Sore
162 161. Ancang-Ancang Asti
163 162. Membahagiakan Mak Robin
164 163. Bincang Bersama Boy
165 164. History Heru (Bagian 1)
166 165. History Heru (Bagian 2)
167 166. Sabar Suketi (Bagian 1)
168 167. Sabar Suketi (Bagian 2)
169 168. Falsafah dan Filosofi
170 169. Semuanya Senang
171 170. Desau Dijah
172 171. Bara Berbicara
173 EPILOG
174 Untaian Kata
175 SPECIAL PART
176 TINI SUKETI mulai update hari ini
177 CEK KARYA BARU JUSKELAPA : DUL
178 NOVEL BARU : GITA & MAR (JUNI 2023)
Episodes

Updated 178 Episodes

1
PROLOG
2
1. Terlatih Terluka
3
2. Pelarian Perkenalan
4
3. Main Mata
5
4. Sepotong Selingan
6
5. Tatapan Terarah
7
6. Pelanggan Pertama
8
7. Karena Kasihan
9
8. Mulai Meresapi
10
9. Debaran Dijah
11
10. Sepiring Santapan
12
11. Kok Kesal
13
12. Kiriman Konsumsi
14
13. Tentang Tetangga
15
14. Sedikit Sentilan
16
15. Percakapan Pria
17
16. Tini Tenar
18
17. Ketagihan Kerokan
19
18. Percakapan Pagi
20
19. Pernyataan Pacaran
21
20. Berburu Berita
22
21. Perdana Pacaran
23
22. Mantan Menjijikkan
24
23. Percakapan Panjang
25
24. Kehidupan Kos-kosan
26
25. Merasakan Minder
27
26. Bara Berusaha
28
27. Secercah Senyuman
29
28. Malam Minggu
30
29. Jalan-Jalan
31
30. Api Asmara
32
31. Ambyare Ati
33
32. Duel Dijah
34
33. Pacar Posesif
35
34. Curahan Cerita
36
35. Pesan- pesan
37
36. Kisah Kelam
38
37. Dekat Dul
39
38. Maju Mundur
40
39. Kejutan & Keributan
41
40. Puncak Perselisihan
42
41. Ratapan Rindu
43
42. Akumulasi Amarah
44
43. Pulang Pagi
45
44. Binar Bahagia
46
45. Tertawa Terbahak
47
46. Khayalan Kekasih
48
47. Makan Malam
49
48. Adu Argumen
50
49. Bukan Bapak Biasa
51
50. Surprise Sticker
52
51. Prospek Pasar
53
52. Potongan Percakapan
54
53. Cerita Cinta
55
54. Andai Ayah - Anak
56
55. Sambutan Sapaan
57
56. Kekasih & Keluarga
58
57. Bahagia Bertiga
59
58. Sepasang Sepatu
60
59. Suguhan Spesial
61
60. Pertolongan Pertama
62
61. Pasien Pria
63
62. Malam Minggu (2)
64
63. Serba Salah
65
64. Ujian dan Upaya
66
65. Cendera mata Cinta
67
66. Rindu dan Restu
68
67. Puncak Persaingan
69
68. Cerita Cemburu
70
69. Detensi Demam
71
70. Duel Dijah (2)
72
71. Jarak Jauh
73
72. Cerita Cafe
74
73. Antara Anak - Ayah
75
74. Derita Dul
76
75. Menguak Memori
77
76. Merengkuh Malam
78
77. Leburan Luka
79
78. Pertolongan Profesional
80
79. Pengakuan Dijah (1)
81
80. Pengakuan Dijah (2)
82
81. Kado Kejutan
83
82. Wartawan Wisuda
84
83. Kembali Kasih
85
84. Bicaranya Bapak
86
85. Irisan Ingatan
87
86. Rentang Rencana
88
87. Izin Ibu
89
88. Harapan dan Hukuman
90
89. Sentuhan Sahabat
91
90. Pesan Perpisahan
92
91. Kamu dan Keluhmu
93
92. Uring-uringan
94
93. Syair Syahdu
95
94. Angin Alam
96
95. Terang Temaram
97
96. Kepala Keluarga
98
97. Kehidupan Kandang
99
98. Bulan Bersama
100
99. Cuplikan Cerita
101
100. Wonder Woman
102
101. Huru-Hara Hari H
103
102. Perjalanan Pertama
104
103. Wisata Wartawan
105
104. Batu Besar
106
105. Riuh Rendah
107
106. Gedung Gonggong
108
107. Makan Malam
109
108. Menyelesaikan Masalah
110
109. Kumpulan Kisah
111
110. Sahabat Sesumbar
112
111. Malam Meringis
113
112. Jawaban Jujur
114
113. Benar Berubah ?
115
114. Masih Meragu
116
115. Alasan Amarah
117
116. Maafin Mas
118
117. Berita Bahagia
119
118. Kumpul Keluarga
120
119. Mabuk Merana
121
120. Hunian Humanis
122
121. Kunjungan Kawan
123
122. Bukan Bandingan
124
123. Pujian Penghiburan
125
124. Dijah dan Dul
126
125. Derita Dimulai
127
126. Titipan Tuhan
128
127. Anak Ayah
129
128. Aku Ayahnya
130
129. Dalam Dongengan
131
130. Masakan Mertua
132
131. Penantian Panjang
133
132. Seutas Saran
134
133. Temu Terakhir
135
134. Tepisan Takdir
136
135. SEEMPUK SETUMPUK
137
136. Sebuah Sejarah
138
137. Menuruti Mertua
139
138. Sandiwara Suketi
140
139. Taktik Tini
141
140. Cuplikan Cerita Cinta
142
141. Guratan Gaduh
143
142. Belanja Baju Bayi
144
143. Drama Dijah
145
144. Sirnanya Senyuman
146
145. Ngobrol Ngalor Ngidul
147
146. Mengekori Mas
148
147. Kunjungan Kerja
149
148. Penilaian Perempuan
150
149. Tanda-Tanda
151
150. Dalam Dekapan Dijah
152
151. Anak Ayah
153
152. Kunjungan Kawan-Kawan
154
153. Santai Sore
155
154. Putri Pertama
156
155. Siksaan Sabtu
157
156. Pertemuan Persaudaraan
158
157. Target Tini
159
158. Kilasan Kabar
160
159. Memanggil Mbah
161
160. Sinar Surya Sore
162
161. Ancang-Ancang Asti
163
162. Membahagiakan Mak Robin
164
163. Bincang Bersama Boy
165
164. History Heru (Bagian 1)
166
165. History Heru (Bagian 2)
167
166. Sabar Suketi (Bagian 1)
168
167. Sabar Suketi (Bagian 2)
169
168. Falsafah dan Filosofi
170
169. Semuanya Senang
171
170. Desau Dijah
172
171. Bara Berbicara
173
EPILOG
174
Untaian Kata
175
SPECIAL PART
176
TINI SUKETI mulai update hari ini
177
CEK KARYA BARU JUSKELAPA : DUL
178
NOVEL BARU : GITA & MAR (JUNI 2023)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!