19. Pernyataan Pacaran

Mohon ikhlaskan satu vote tiap hari Senin :D

Doakan agar penulis baru seperti kami, bisa memiliki kesempatan agar karyanya dibaca lebih banyak orang dan tak tertutup di bawah nama penulis hebat lainnya.

Dukungan kalian adalah semangat untuk kami.

Sayang kalian semua :*

*************

"Kamu mau pindah kost-kostan?" tanya Bara.

"Memangnya di sana kenapa?" tanya Dijah lagi.

"Ya nggak apa-apa, aku cariin yang lebih bagus dan nyaman untuk sementara ini."

"Enggak ah, itu salah satu tempat tinggalku paling lama. Mak Robin, Tini dan Asti udah kayak saudara. Meski tempatnya begitu aku betah."

"Biar kamu nyaman," ujar Bara.

"Enggak usah, lagian siapa yang bayar..." gumam Dijah.

"Aku Jah, makanya aku yang mau nyariin untuk kamu."

"Kalau kamu masih deket aku, kalau nggak aku harus pindah lagi cari kos yang murah," tukas Dijah.

"Kamu kok gitu sih?" tanya Bara sedikit tersinggung.

"Aku nggak mau muluk-muluk. Orang kayak aku nggak bisa berharap banyak-banyak."

"Orang kayak kamu gimana maksudnya?"

"Enggak apa-apa, ya udah. Aku nyari barang bekas dulu. Mbok Jum udah nunggu." Dijah meletakkan helm yang sejak tadi dipegangnya.

"Nggak usah mulung lagi," pinta Bara. "Aku belum bisa janji apa-apa sekarang. Tapi aku mampu gantiin pendapatan kamu dan ngasi jajan Dul."

"Aku dan anakku bukan tanggungjawab kamu," sahut Dijah. Jawaban Dijah terasa bagai sebuah tamparan untuknya. Sedikit mengusik harga dirinya, tapi juga terasa benar di telinga.

Bara menarik nafas panjang. Apalagi yang bisa dikatakannya pada Dijah sekarang? Dia saja belum membereskan urusannya. Kuliahnya belum selesai dan karirnya belum terasa lebih mantap.

Membawa Dijah untuk dibawa ke rumah bukan hal yang ditakutkannya membuat orangtuanya marah, tapi lebih ke rasa malu karena belum menyelesaikan tanggungjawab soal pendidikannya.

Bagi orangtuanya, pendidikan adalah nomor satu. Tak mengherankan karena mengingat bahwa kedua orangtuanya berasal dari dunia pendidikan.

"Aku kasihan dengan Mbok Jum, dia nggak ada temen kalo aku nggak dateng." Dijah menoleh pada Mbok Jum yang telah duduk di depan pondoknya.

"Kapan mulai kerja jadi SPG rokok itu?" tanya Bara kemudian.

"Jumat malam," jawab Dijah.

"Tiga malem seminggu?"

"Iya, awalnya sebulan dulu."

"Aku juga nggak suka. Mau malem mingguan juga udah kemaleman," ujar Bara.

"Maaf, tapi aku cari makan untuk anakku." Dijah tersenyum kecut. Bara hanya mampu memandang wajah Dijah yang berkilau di bawah matahari pagi. Ia tak mampu menjawab perkataan wanita itu.

"Minta nomor hape kamu." Bara merogoh kantongnya dan menyerahkan ponselnya pada Dijah. Dijah langsung mengambil ponsel itu sedikit tergesa karena matahari dirasanya sudah semakin tinggi. Memulung di bawah terik matahari akan cepat melelahkan dan membuat kulitnya terbakar.

Saat hendak mengetikkan nomor, ponsel Bara bergetar di telapak tangannya. Nama 'Joana Dosen' memenuhi layar.

"Ada telfon," ujar Dijah menyodorkan ponsel itu pada Bara.

"Tolak aja, cepet masukkan nomor hape kamu." Bara berbicara dari balik helmnya.

"Gimana?" tanya Dijah yang tak mengerti cara menolak panggilan itu. Bara menggambil ponsel itu dari tangan Dijah dan langsung menggeser icon telepon masuk ke arah berlawanan.

"Udah nih, cepet. Itu jadi SPG di mana lokasinya?" tanya Bara.

"Kata Tini kemarin di kampus Politeknik Negeri," sahut Dijah sambil memasukkan nomor ponselnya kemudian mengembalikannya pada pria itu.

"Kampus Poltek pula..." gumam Bara.

"Kenapa emangnya?" tanya Dijah menyipitkan mata karena silau.

"Nggak apa-apa--Jah!" Bara menarik tangan Dijah dan mencium bibir wanita itu sekilas.

PLAKK

"Aduh!"

"Diliat Mbok Jum," tukas Dijah menoleh ke arah Mbok Jum yang masih mengawasinya.

"Selesainya jam berapa? Kerjanya?" tanya Bara lagi.

"Belum juga berangkat, masih besok."

"Ya siapa tau aku pengen masuk angin lagi," sahut Bara terkekeh.

PLAKK

"Aduh!"

"Udah ah, aku pergi." Dijah meletakkan helmnya di pangkuan Bara kemudian berbalik menjauhi laki-laki itu.

"Jah!" panggil Bara. Dijah yang dipanggil menoleh ke belakang.

"Apa?" sahutnya menghentikan langkah.

"Kita udah pacaran kan?" tanya Bara. Dijah tak menjawab. Ia hanya mencibir kemudian melanjutkan langkahnya.

"Jah!" panggil Bara lagi. Dijah sudah tiba di dekat Mbok Jum.

"Apa sih?" seru Dijah dari kejauhan.

"Kita udah pacaran kan???" teriak Bara. Mbok Jum tertawa melihat Bara yang dengan noraknya meletakkan kedua tangannya di mulut dan meneriakkan hal konyol dari jauh.

"Jawab Jaaaahhh" teriak Bara lagi.

Dijah duduk di dekat Mbok Jum masih memandang pria tampan yang belum mau pergi itu.

"Kita sekarang udah pacaran kaaaann???!!" Bara kembali berteriak dari atas motornya.

Beberapa pemulung melihat ke arah sepeda motor besar berwarna merah yang terparkir mencolok di lokasi pembuangan sampah yang mengeluarkan bau komplit seisi dunia.

"Jawab Jah! Nanti dia seharian nungguin kita. Aku risih, dia terlalu berkilau di antara kita yang gembel ini." Mbok terkekeh. "Cepat jawab! Nggak rugi juga. Guanteng!"

Dijah masih meringis dan menyipitkan mata memandang Bara.

"Jaaahhh... Kita sek--"

"Iya...!! Sekarang kita pacaran!!" teriak Dijah membalas perkataan Bara. Bara kemudian menjawab dengan mengacungkan jempolnya dan langsung mengenakan helm. Pria itu berlalu dari tempat pembuangan sampah sambil melambaikan tangannya.

"Udah pergi Mbok," ujar Dijah.

"Sebelum kamu jawab, laki-laki kayak gitu nggak akan pergi. Keras kepala," ujar Mbok Jum.

"Iya, memang. Keras kepala." Dijah mengangguk.

"Sama kayak kamu sebenarnya. Kalau sama-sama harus ada yang mengalah. Kemauan kamu juga sama kerasnya. Kalau sudah pacaran sama dia, harus bisa membawa diri. Itu kalau kamu mau langgeng," ujar Mbok Jum.

"Langgeng. Langgeng sampe mana Mbok? Aku nggak ada mikir yang aneh-aneh," tukas Dijah.

"Mikir mau kawin lagi itu bukan hal yang aneh Jah." Mbok Jum menatap wajah Dijah yang seketika terdiam mendengar perkataannya.

*******

Pukul tiga sore di hari Jumat, Tini sudah heboh dengan sekotak make up-nya duduk di sebuah kursi plastik di depan pintu kamarnya. Ia tengah mematut-matut wajah Dijah untuk diberikannya sentuhan make up dalam rangka hari pertama temannya bekerja.

Di bawah tatapan mata Asti dan Mak Robin, Dijah sedang memejamkan mata saat Tini mengoleskan beberapa tetes primer ke kulit wajahnya.

"Si Dijah udah cantik, jangan tebal-tebal kali kau buat kayak make up kau dinas malam ya Tini." Mak Robin berbicara dari kursi plastiknya.

"Berisik!" balas Tini.

"Mbak Tini lipstiknya banyak banget, aku minta satu ya..." ujar Asti yang sedang mengaduk-aduk kotak make up Tini.

"Nggak boleh. Aku belinya pake acara ngangkang dulu itu."

"Mbak Tini pelit ih!" ujar Asti. "Orang pelit kuburannya sempit," sambung Asti lagi.

"Nggak apa-apa. Nanti kalo kuburanku luas, orang pada mau numpang juga. Di dalem kuburan aku nggak mau pusing-pusing. Kamu aja kalo ngomong kayak gitu. Mau masuk surga tapi disuruh berangkat sekarang juga nggak mau! Lagakmu!" ujar Tini yang sekarang menotolkan foundation ke wajah Dijah.

Asti yang mendengar perkataan Tini terkekeh-kekeh dengan ekspresi lugunya.

"Mbak Dijah pasti cantik banget, bisa jual rokok banyak nanti malem," ucap Asti kemudian.

"Cowok kau mana? Biasa tiap hari datang..." tanya Mak Robin pada Asti.

"Nggak tau ni Mak... Dichat jawabannya oke terus. Ditanya apa, jawabannya oke. Pusing aku," sahut Asti memberengut.

"Bah! Udah kayak RCTI kau dibuatnya!" seru Mak Robin.

"Padahal udah lama, pengennya serius dan langsung nikah. Tapi kayaknya tiap ditanya jawabannya ngambang terus."

"Aku heran liat orang kok pengennya nikah. Aku sih pengennya kaya," ucap Tini datar.

"Jangan kau samakan semua otak orang kayak otak kau itu," jawab Mak Robin.

Tini berhenti sejenak dari kegiatannya yang sedang menepukkan bedak ke wajah Dijah untuk tertawa terbahak-bahak.

"Ditanya aja As, mau pacarmu apa. Jangan buang-buang waktu. Mumpung kamu masih muda, masa depan kamu masih panjang." Dijah yang sedang melankolis karena ajakan pacaran dari Bara kemarin, menyahuti Asti dengan bijaksana.

"Tapi aku nggak enak kalo nanya langsung. Aku jaga perasaannya," tukas Asti lagi.

"Udah kayak satpam aja kau Asti. Sibuk menjaga perasaan orang."

"Tau nih Asti. Kadang-kadang gobloknya unlimited 24 jam," potong Tini. Asti yang mendengar perkataan Mak Robin dan Tini hanya meringis dan memukul paha Tini dengan sebuah kuas.

Tak lama kemudian Tini telah menyemprotkan setting spray ke wajah Dijah pertanda kegiatannya telah berakhir.

"Liat aku Mba Dijah!" seru Asti dari kursinya. Dijah lalu menoleh pada mahasiswi muda itu.

"Cantik banget..." ujar Asti.

"Amang Oiii... Cantik kali kau Dijah! Pening la kepala si Bara nengok kau nanti. Tengah malem pasti masuk angin lagi dia!" seru Mak Robin tertawa.

"Tini gitu looooh... Kalo kamu begini tiap hari, Mas-mu dijamin angkat koper pindah ke sini Jah!" Tini melipat tangannya di depan dada seraya memandang Dijah dengan wajah puas.

To Be Continued.....

Terpopuler

Comments

May Keisya

May Keisya

🤣🤣🤣

2024-02-11

1

May Keisya

May Keisya

ya ampuuuun terll jujur🤣🤣

2024-02-11

1

Cita

Cita

Hihi ketawa terus aku bacanya 🤣

2024-01-19

0

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 1. Terlatih Terluka
3 2. Pelarian Perkenalan
4 3. Main Mata
5 4. Sepotong Selingan
6 5. Tatapan Terarah
7 6. Pelanggan Pertama
8 7. Karena Kasihan
9 8. Mulai Meresapi
10 9. Debaran Dijah
11 10. Sepiring Santapan
12 11. Kok Kesal
13 12. Kiriman Konsumsi
14 13. Tentang Tetangga
15 14. Sedikit Sentilan
16 15. Percakapan Pria
17 16. Tini Tenar
18 17. Ketagihan Kerokan
19 18. Percakapan Pagi
20 19. Pernyataan Pacaran
21 20. Berburu Berita
22 21. Perdana Pacaran
23 22. Mantan Menjijikkan
24 23. Percakapan Panjang
25 24. Kehidupan Kos-kosan
26 25. Merasakan Minder
27 26. Bara Berusaha
28 27. Secercah Senyuman
29 28. Malam Minggu
30 29. Jalan-Jalan
31 30. Api Asmara
32 31. Ambyare Ati
33 32. Duel Dijah
34 33. Pacar Posesif
35 34. Curahan Cerita
36 35. Pesan- pesan
37 36. Kisah Kelam
38 37. Dekat Dul
39 38. Maju Mundur
40 39. Kejutan & Keributan
41 40. Puncak Perselisihan
42 41. Ratapan Rindu
43 42. Akumulasi Amarah
44 43. Pulang Pagi
45 44. Binar Bahagia
46 45. Tertawa Terbahak
47 46. Khayalan Kekasih
48 47. Makan Malam
49 48. Adu Argumen
50 49. Bukan Bapak Biasa
51 50. Surprise Sticker
52 51. Prospek Pasar
53 52. Potongan Percakapan
54 53. Cerita Cinta
55 54. Andai Ayah - Anak
56 55. Sambutan Sapaan
57 56. Kekasih & Keluarga
58 57. Bahagia Bertiga
59 58. Sepasang Sepatu
60 59. Suguhan Spesial
61 60. Pertolongan Pertama
62 61. Pasien Pria
63 62. Malam Minggu (2)
64 63. Serba Salah
65 64. Ujian dan Upaya
66 65. Cendera mata Cinta
67 66. Rindu dan Restu
68 67. Puncak Persaingan
69 68. Cerita Cemburu
70 69. Detensi Demam
71 70. Duel Dijah (2)
72 71. Jarak Jauh
73 72. Cerita Cafe
74 73. Antara Anak - Ayah
75 74. Derita Dul
76 75. Menguak Memori
77 76. Merengkuh Malam
78 77. Leburan Luka
79 78. Pertolongan Profesional
80 79. Pengakuan Dijah (1)
81 80. Pengakuan Dijah (2)
82 81. Kado Kejutan
83 82. Wartawan Wisuda
84 83. Kembali Kasih
85 84. Bicaranya Bapak
86 85. Irisan Ingatan
87 86. Rentang Rencana
88 87. Izin Ibu
89 88. Harapan dan Hukuman
90 89. Sentuhan Sahabat
91 90. Pesan Perpisahan
92 91. Kamu dan Keluhmu
93 92. Uring-uringan
94 93. Syair Syahdu
95 94. Angin Alam
96 95. Terang Temaram
97 96. Kepala Keluarga
98 97. Kehidupan Kandang
99 98. Bulan Bersama
100 99. Cuplikan Cerita
101 100. Wonder Woman
102 101. Huru-Hara Hari H
103 102. Perjalanan Pertama
104 103. Wisata Wartawan
105 104. Batu Besar
106 105. Riuh Rendah
107 106. Gedung Gonggong
108 107. Makan Malam
109 108. Menyelesaikan Masalah
110 109. Kumpulan Kisah
111 110. Sahabat Sesumbar
112 111. Malam Meringis
113 112. Jawaban Jujur
114 113. Benar Berubah ?
115 114. Masih Meragu
116 115. Alasan Amarah
117 116. Maafin Mas
118 117. Berita Bahagia
119 118. Kumpul Keluarga
120 119. Mabuk Merana
121 120. Hunian Humanis
122 121. Kunjungan Kawan
123 122. Bukan Bandingan
124 123. Pujian Penghiburan
125 124. Dijah dan Dul
126 125. Derita Dimulai
127 126. Titipan Tuhan
128 127. Anak Ayah
129 128. Aku Ayahnya
130 129. Dalam Dongengan
131 130. Masakan Mertua
132 131. Penantian Panjang
133 132. Seutas Saran
134 133. Temu Terakhir
135 134. Tepisan Takdir
136 135. SEEMPUK SETUMPUK
137 136. Sebuah Sejarah
138 137. Menuruti Mertua
139 138. Sandiwara Suketi
140 139. Taktik Tini
141 140. Cuplikan Cerita Cinta
142 141. Guratan Gaduh
143 142. Belanja Baju Bayi
144 143. Drama Dijah
145 144. Sirnanya Senyuman
146 145. Ngobrol Ngalor Ngidul
147 146. Mengekori Mas
148 147. Kunjungan Kerja
149 148. Penilaian Perempuan
150 149. Tanda-Tanda
151 150. Dalam Dekapan Dijah
152 151. Anak Ayah
153 152. Kunjungan Kawan-Kawan
154 153. Santai Sore
155 154. Putri Pertama
156 155. Siksaan Sabtu
157 156. Pertemuan Persaudaraan
158 157. Target Tini
159 158. Kilasan Kabar
160 159. Memanggil Mbah
161 160. Sinar Surya Sore
162 161. Ancang-Ancang Asti
163 162. Membahagiakan Mak Robin
164 163. Bincang Bersama Boy
165 164. History Heru (Bagian 1)
166 165. History Heru (Bagian 2)
167 166. Sabar Suketi (Bagian 1)
168 167. Sabar Suketi (Bagian 2)
169 168. Falsafah dan Filosofi
170 169. Semuanya Senang
171 170. Desau Dijah
172 171. Bara Berbicara
173 EPILOG
174 Untaian Kata
175 SPECIAL PART
176 TINI SUKETI mulai update hari ini
177 CEK KARYA BARU JUSKELAPA : DUL
178 NOVEL BARU : GITA & MAR (JUNI 2023)
Episodes

Updated 178 Episodes

1
PROLOG
2
1. Terlatih Terluka
3
2. Pelarian Perkenalan
4
3. Main Mata
5
4. Sepotong Selingan
6
5. Tatapan Terarah
7
6. Pelanggan Pertama
8
7. Karena Kasihan
9
8. Mulai Meresapi
10
9. Debaran Dijah
11
10. Sepiring Santapan
12
11. Kok Kesal
13
12. Kiriman Konsumsi
14
13. Tentang Tetangga
15
14. Sedikit Sentilan
16
15. Percakapan Pria
17
16. Tini Tenar
18
17. Ketagihan Kerokan
19
18. Percakapan Pagi
20
19. Pernyataan Pacaran
21
20. Berburu Berita
22
21. Perdana Pacaran
23
22. Mantan Menjijikkan
24
23. Percakapan Panjang
25
24. Kehidupan Kos-kosan
26
25. Merasakan Minder
27
26. Bara Berusaha
28
27. Secercah Senyuman
29
28. Malam Minggu
30
29. Jalan-Jalan
31
30. Api Asmara
32
31. Ambyare Ati
33
32. Duel Dijah
34
33. Pacar Posesif
35
34. Curahan Cerita
36
35. Pesan- pesan
37
36. Kisah Kelam
38
37. Dekat Dul
39
38. Maju Mundur
40
39. Kejutan & Keributan
41
40. Puncak Perselisihan
42
41. Ratapan Rindu
43
42. Akumulasi Amarah
44
43. Pulang Pagi
45
44. Binar Bahagia
46
45. Tertawa Terbahak
47
46. Khayalan Kekasih
48
47. Makan Malam
49
48. Adu Argumen
50
49. Bukan Bapak Biasa
51
50. Surprise Sticker
52
51. Prospek Pasar
53
52. Potongan Percakapan
54
53. Cerita Cinta
55
54. Andai Ayah - Anak
56
55. Sambutan Sapaan
57
56. Kekasih & Keluarga
58
57. Bahagia Bertiga
59
58. Sepasang Sepatu
60
59. Suguhan Spesial
61
60. Pertolongan Pertama
62
61. Pasien Pria
63
62. Malam Minggu (2)
64
63. Serba Salah
65
64. Ujian dan Upaya
66
65. Cendera mata Cinta
67
66. Rindu dan Restu
68
67. Puncak Persaingan
69
68. Cerita Cemburu
70
69. Detensi Demam
71
70. Duel Dijah (2)
72
71. Jarak Jauh
73
72. Cerita Cafe
74
73. Antara Anak - Ayah
75
74. Derita Dul
76
75. Menguak Memori
77
76. Merengkuh Malam
78
77. Leburan Luka
79
78. Pertolongan Profesional
80
79. Pengakuan Dijah (1)
81
80. Pengakuan Dijah (2)
82
81. Kado Kejutan
83
82. Wartawan Wisuda
84
83. Kembali Kasih
85
84. Bicaranya Bapak
86
85. Irisan Ingatan
87
86. Rentang Rencana
88
87. Izin Ibu
89
88. Harapan dan Hukuman
90
89. Sentuhan Sahabat
91
90. Pesan Perpisahan
92
91. Kamu dan Keluhmu
93
92. Uring-uringan
94
93. Syair Syahdu
95
94. Angin Alam
96
95. Terang Temaram
97
96. Kepala Keluarga
98
97. Kehidupan Kandang
99
98. Bulan Bersama
100
99. Cuplikan Cerita
101
100. Wonder Woman
102
101. Huru-Hara Hari H
103
102. Perjalanan Pertama
104
103. Wisata Wartawan
105
104. Batu Besar
106
105. Riuh Rendah
107
106. Gedung Gonggong
108
107. Makan Malam
109
108. Menyelesaikan Masalah
110
109. Kumpulan Kisah
111
110. Sahabat Sesumbar
112
111. Malam Meringis
113
112. Jawaban Jujur
114
113. Benar Berubah ?
115
114. Masih Meragu
116
115. Alasan Amarah
117
116. Maafin Mas
118
117. Berita Bahagia
119
118. Kumpul Keluarga
120
119. Mabuk Merana
121
120. Hunian Humanis
122
121. Kunjungan Kawan
123
122. Bukan Bandingan
124
123. Pujian Penghiburan
125
124. Dijah dan Dul
126
125. Derita Dimulai
127
126. Titipan Tuhan
128
127. Anak Ayah
129
128. Aku Ayahnya
130
129. Dalam Dongengan
131
130. Masakan Mertua
132
131. Penantian Panjang
133
132. Seutas Saran
134
133. Temu Terakhir
135
134. Tepisan Takdir
136
135. SEEMPUK SETUMPUK
137
136. Sebuah Sejarah
138
137. Menuruti Mertua
139
138. Sandiwara Suketi
140
139. Taktik Tini
141
140. Cuplikan Cerita Cinta
142
141. Guratan Gaduh
143
142. Belanja Baju Bayi
144
143. Drama Dijah
145
144. Sirnanya Senyuman
146
145. Ngobrol Ngalor Ngidul
147
146. Mengekori Mas
148
147. Kunjungan Kerja
149
148. Penilaian Perempuan
150
149. Tanda-Tanda
151
150. Dalam Dekapan Dijah
152
151. Anak Ayah
153
152. Kunjungan Kawan-Kawan
154
153. Santai Sore
155
154. Putri Pertama
156
155. Siksaan Sabtu
157
156. Pertemuan Persaudaraan
158
157. Target Tini
159
158. Kilasan Kabar
160
159. Memanggil Mbah
161
160. Sinar Surya Sore
162
161. Ancang-Ancang Asti
163
162. Membahagiakan Mak Robin
164
163. Bincang Bersama Boy
165
164. History Heru (Bagian 1)
166
165. History Heru (Bagian 2)
167
166. Sabar Suketi (Bagian 1)
168
167. Sabar Suketi (Bagian 2)
169
168. Falsafah dan Filosofi
170
169. Semuanya Senang
171
170. Desau Dijah
172
171. Bara Berbicara
173
EPILOG
174
Untaian Kata
175
SPECIAL PART
176
TINI SUKETI mulai update hari ini
177
CEK KARYA BARU JUSKELAPA : DUL
178
NOVEL BARU : GITA & MAR (JUNI 2023)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!