18. Percakapan Pagi

Like dulu,

baru membaca kemudian XD.

By the way, part ini sedikit tidak aman jika dibaca sebelum berbuka puasa.

************

"Jah... Aku mau cerita, tapi kamu jangan marah ya." Bara mengusap punggung Dijah yang masih dipeluknya erat.

"Hmmm" jawab Dijah dalam gumaman.

"Sebenernya aku nggak nge-kost. Aku tinggal dengan orangtuaku. Masih lengkap. Dua-duanya dosen di universitas yang berbeda. Aku punya adik perempuan yang udah nikah, anaknya dua. Jadi kalo bisa dibilang, aku ini sekarang anak tunggal di rumah."

Dijah bangkit dan duduk menatap Bara.

"Pulang, nanti orangtuamu nyariin. Aku nggak mau disalahkan orang lagi. Keadaanku aja udah cukup sulit sebenarnya." Dijah memalingkan tubuhnya menghadap dinding.

"Aku dah gede lo Jah, udah dewasa. Siapa yang nyalahin kamu? Semua tindakanku ya itu tanggung jawab aku. Bukan orang lain," ujar Bara pelan.

Dijah hanya diam masih memandang dinding abu-abu yang digantungi kalender bergambar artis tempo dulu yang rambutnya disasak tinggi disemprot Barbara.

"Banyak yang harus aku khawatirkan. Hidupku juga nggak mudah. Aku nggak mau nyeret-nyeret kamu."

"Panggil aku Mas Jah..."

"Aku nggak bisa. Aku belum bisa," potong Dijah cepat.

"Oke--oke. Aku nggak maksa. Maaf." Bara duduk di ranjang dan meraih bahu Dijah untuk menghadap ke arahnya.

"Aku suka kamu Jah, awalnya memang sebagai narasumberku bikin tesis. Tapi aku memang suka kamu." Bara memandang Dijah yang kini menunduk menatap jemarinya.

"Kamu cuma kasian. Sekarang kamu masih bingung dengan apa yang kamu rasain," ujar Dijah. "Kayak aku yang bingung dengan sikap kamu. Harusnya kamu tau kalau perempuan itu tetap selalu lemah dalam hal perasaan. Harusnya aku juga nggak ngeladeni kamu karena aku nggak punya waktu untuk yang gini-gini." Dijah memberanikan dirinya menatap Bara.

"Kalo aku cuma mau enak-enak sama kamu, di luar sana masih banyak perempuan yang mau aku deketin dengan mudah. Nggak mesti kamu."

"Ya makanya, kenapa aku?"

"Karena aku suka kamu, aku suka dengan Dul. Jangan bilang aku cuma kasian, yang tau perasaanku ya cuma aku Jah," tukas Bara sedikit tersinggung dengan kata-kata pesimis yang dilontarkan Dijah seolah dirinya tak patut disukai oleh seseorang.

"Kamu cuma kasian, belum bisa bedainnya."

"Enggak," jawab Bara cepat.

"Harusnya kalau masuk angin kamu pulang ke rumah, bukannya malah ke sini."

"Jadi kamu nyesel ngerokin aku tadi?"

"Ya nggak," jawab Dijah.

"Trus ngomongnya kok kayak gitu? Aku kan ke sini mau ketemu kamu. Masak kamu nggak ngerti," ujar Bara.

"Tapi kamu nggak baik kalau nginep di sini," sahut Dijah lagi.

"Kamu nyuruh aku pulang? Aku nggak boleh di sini?"

"Nanti ibu kamu nanya, kamu dari mana? Terus kamu jawab apa? Nginep di rumah Dijah, yang janda itu. Gitu?" sergah Dijah.

"Nggak ada hubungannya dengan status janda itu Dijah. Nggak ada bedanya. Sama aja."

"Tetep beda," sahut Dijah kembali memalingkan wajahnya.

"Sama."

"Beda."

"Aku yang rasa, mau aku buktiiin? Sekarang? Kamu mau?" tanya Bara kembali meraup wajah Dijah dengan kedua tangannya.

"Mau? Boleh?" Bara mengulang pertanyaannya. Dijah terdiam menatap Bara yang menusuknya dengan pandangan.

Kemudian terdengar lagi ketukan di pintu kamar sebelah. Sepertinya Tini kedatangan tamu. Bara dan Dijah terdiam.

"Maasss... Aku kangen. Kok lama?" Suara Tini tak lama kemudian terdengar menyambut tamunya. Ternyata malam itu pacar Tini kembali menyambangi.

"Kayaknya aku emang nggak bisa tidur," ujar Bara pelan.

"Makanya kamu pulang, udah malem. Aku ngantuk. Aku mau ganti baju, mau tidur." Dijah bangkit dan Bara dengan cepat menahan tangan wanita itu.

"Aku nggak mau pulang Jah, malem ini aku mau di sini. Kamu kalo mau ganti baju, ganti aja. Aku nggak bakal ngeliat." Bara kemudian kembali merebahkan tubuhnya di ranjang.

"Memutuskan sesuatu itu memang mudah, tapi menjalaninya itu perkara yang beda. Kamu jangan gegabah, hidupmu terlalu baik." Dijah kemudian berjalan ke sudut kamar mengangkat kaos yang digunakannya hingga lolos melewati kepala dan menjatuhkan kaos itu di kakinya.

Bara tak lepas memandang garis punggung Dijah yang melengkung indah dan berakhir di balik celana jeans. Dijah kemudian membuka pintu lemarinya. Bara melipat kedua tangannya di bawah kepala untuk bisa melihat Dijah dengan jelas.

Dada dijah terlihat penuh dan menantang di balik bra-nya. Wanita ini sebentar lagi bisa membunuhnya pikir Bara. Ini bukan salah Dijah, jelas-jelas wanita ini telah memintanya pulang.

Bara melihat Dijah mengambil sebuah pakaian berwarna kuning polos dan mulai mengalungkannya melewati kepala. Mungkin itu daster pikir Bara menebak-nebak. Setelah pakaian itu terjulur sampai ke bawah lututnya, Dijah melepaskan jeans yang sejak tadi dipakainya.

Tatapan Bara sudah turun mengawasi tungkai kaki Dijah yang ternyata terlihat panjang dan langsing. Angan erotis Bara langsung membayangkan bagaimana rasanya jika ia merentangkan sepasang kaki itu di depannya.

"Aduh," gumam Bara pelan kemudian berguling menutup wajahnya dengan guling. Bara merasa Dijah sedang berusaha mengusirnya dengan menyiksanya terlebih dahulu.

Mata perjaka Bara kini benar-benar sudah teracuni dengan hal sederhana yang biasa bisa di dapatkannya di daerah pantai.

"Hei! awas... Aku mau tidur," ujar Dijah mencolek punggung Bara. "Pulang kamu sana!" pinta Dijah.

"Aku nggak mau..."

"Udah ah, serius. Aku mau tidur." Dijah kembali menepuk bahu Bara dengan sedikit tak sabar.

"Mas buka juga, cepet! Aku udah telanjang dari tadi, Mas main hape terus," ujar Tini dari sebelah.

"Sabar Tin, kamu tiduran aja. Nanti aku langsung," jawab pacar Tini.

"Katanya nanti langsung Jah," ucap Bara.

"Langsung apa? Ditabok? Minggir!" sergah Dijah.

"Jangan usir aku, aku mau di sini. Ngomong ke ibuku besok itu urusanku." Bara memandang Dijah yang berdiri di sisi ranjang mengenakan sebuah terusan kaos dengan tali satu yang panjangnya di bawah lutut.

"Pakaian kamu Jah," ucap Bara yang masih mendongak memandang Dijah. Ia harus mampu mempertahankan ranjang itu agar Dijah menyerah dan menerimanya malam itu.

"Panas, kipas anginku cuma segitu anginnya. Lagian ini kamarku, mau telanjang juga itu urusanku sebenarnya," sahut Dijah sedikit ketus.

"Aku nggak apa-apa kalo kamu mau telanjang kayak Tini, ini kamar kamu. Kamu berhak. Aku nggak apa-apa. Tapi aku tetap mau di sini," ucap Bara pelan.

"Dibasahin dulu Mas, sakit!" ujar Tini pelan dari kamar sebelah.

Bara kemudian menarik tangan Dijah sampai wanita itu setengah tersungkur ke atas tubuhnya. Dengan cepat Bara memeluk tubuh Dijah dan berguking ke arah kanan untuk meletakkan tubuh Dijah bersisian dengan dinding.

"Kita mencoba tidur aja. Kalo Tini sering begitu, aku nggak tau udah seberapa banyak kamu melewati malam-malam penuh siksaan karena suaranya itu," bisik Bara di depan wajah Dijah yang tubuhnya sudah dikunci dalam pelukan erat.

"Aku udah biasa," jawab Dijah memandang mata Bara.

"Aku nggak bakal gituin kamu, kalo kamu nggak mau. Tapi kalo kamu mau, aku siap. Kapan aja..." ucap Bara membelai pipi Dijah.

"Aku belom pernah Jah..." sambung Bara lagi. Perkataan Bara itu membuat Dijah semakin tertarik untuk menelusuri tiap senti wajah pria itu.

Telapak tangan Dijah masih berada di dada tempat jantung Bara berdetak. Bara baru saja mengatakan dia belum pernah. Apa maksud Bara belum pernah melakukan seperti yang sedang dilakoni Tini di sebelah?

Perkataan Bara membuat perasaan Dijah semakin gelisah. Harusnya Bara yang terlihat dari keluarga baik-baik ini tak berada di kamar seokost-kostan

Suara desahan lirih bersahutan terdengar dari langit-langit. Bara yang masih memeluk Dijah di atas tempat tidur berukuran tiga kaki mulai gelisah. Bibir mereka sedikit lagi bersentuhan, dan Bara mulai kembali mengecup pelan bibir Dijah.

Dijah masih membuka mata memandanginya, Bara tak takut. Ia kembali menempelkan bibirnya dan menyesap bibir Dijah yang perlahan membuka untuknya.

Tanpa disadari oleh dirinya sendiri, Dijah mulai memejamkan mata dan tangannya bergerak perlahan ke belakang leher Bara dan mengacak rambut belakang pria itu.

Ciuman ini begitu memabukkan, pikir Dijah. Sejak usia sekolahnya, ia belum pernah berciuman seperti itu. Setiap gerakan kecil yang dilakukannya seolah mengirim getaran yang menghasilkan Medan magnet.

Dijah tak kuasa menolaknya. Bara mengecupnya berpindah-pindah. Menghujani bagian telinga, leher, pipi dan bibirnya. Dijah bahkan tak sempat menarik nafas saat menarik turun tali pakaian yang melekat dibahunya.

Dijah membuka matanya dan menatap Bara. "Ini nggak bener..." lirih Dijah di antara nafas dan debaran jantungnya yang terasa cepat.

"Aku nggak bakal ngapa-ngapain. Aku pengen liat aja," gumam Bara dengan mata sayu yang sudah dikuasai nafsu.

Perlahan namun pasti jemari Bara menurunkan dua tali sekaligus dari bahu Dijah. Menarik turun terus sampai matanya menemukan pemandangan yang ingin dilihatnya.

Sedetik saja dan Bara tak sempat bertanya pada pemilik tubuh itu. Ia langsung mengecup dada yang dirasakannya telah meracuni otaknya sejak kali pertama bertemu dengan Dijah.

Bara berdiam di sana. Menyapukan lidahnya, menyesap lembut puncak dada itu sampai suara desahan halus keluar dari bibir Dijah yang mencengkeram kepalanya.

Habislah ia sekarang, pikir Bara. Keadaannya seperti tak ada jalan keluar. Ia telah melangkah masuk ke dalam hidup perempuan itu dan kini ia seperti tersihir oleh kenikmatan yang ingin terus digalinya.

Tak puas dengan satu sisi, Bara kembali menurunkan sisi pakaian Dijah yang lain.

"Udah," kata Dijah saat menyadari Bara melepaskan pelukan tangan kanannya dan mulai menunduk di atas dadanya.

"Belum Jah, aku masih pengen. Gini aja," sahut Bara kemudian menyesap puncak dadanya. Dijah memejamkan mata. Ia diam saja, artinya ia tak keberatan dengan apa yang dilakukan Bara padanya.

Dijah takut direndahkan, khawatir Bara mempermainkannya, tapi ia sekaligus khawatir Bara meninggalkannya. Dijah merasa dirinya murahan.

Ya, ia sudah menjadi murahan. Ia juga sudah egois tak memikirkan nasib Bara kemudian hari. Ia tak mau memikirkannya sekarang. Lidah Bara yang sedang menyapu puncak dadanya dan menyesap lama di seputar lingkaran gelap yang bahkan tak pernah dipakai menyusui anaknya terasa sangat memabukkan.

Bara menekankan tubuhnya hingga tubuh Dijah terpojok di dinding. Tak terkira berapa banyak bercak merah yang diakibatkan gigitan kecil dan sesapan keras yang dilakukan Bara di sekujur dada Dijah yang terekspose.

Sampai akhirnya Bara meremas bokong Dijah cukup keras dan membenamkan wajahnya di dada wanita itu sambil memekik pelan, "Ya ampun Jah..." nafasnya sudah terengah-engah.

Mereka tidur saling berhimpitan di atas ranjang kecil itu sampai pagi. Dijah meringkuk di pelukan Bara yang masih bertelanjang dada. Kipas angin yang terletak di atas lantai, masih berputar tanpa lelah mengeluarkan angin yang tak sejuk untuk memenuhi ruangan itu.

"Jah! Aku mau balik ke rumah, adikku hari ini dateng, aku mau jaga anaknya sebentar." Bara duduk di tepi ranjang memakai kaos kakinya.

"Ya terus kenapa?" tanya Dijah yang telah selesai mandi dan bersiap berangkat menemui Mbok Jum.

"Aku anterin kamu tempat Mbok Jum itu, tapi kamu keluar kamar duluan. Tini duduk di depan kamarnya, aku nggak berani. Dia pasti ada ngomong sesuatu, perasaanku nggak enak." Bara berbicara pelan sambil mengintip celah pintu yang terbuka sedikit.

"Ya udah, aku keluar duluan." Dijah meraih sebuah tas belanja plastik kemudian mencampakkan dompet dan ponsel bututnya ke dalam.

Benar saja, saat Dijah membuka pintu kamar, Tini langsung menoleh.

"Eh Jah! Dah mau berangkat aja, gimana kemarin? Enak? Mas-mu berapa kali? Mas-ku dua kali kemaren." Tini berbicara santai dengan sebuah cangkir kopi di tangannya.

Dasar Tini tukang fitnah pikir Bara. Masih enak kalau yang diucapkannya itu benar, masalahnya hal itu belum kejadian.

Bara kemudian buru-buru keluar kamar Dijah dan naik ke atas motornya serta mengenakan helm cepat-cepat. Tak lupa Bara langsung menutup kaca gelap helmnya untuk menghindari tatapan Tini yang terasa mengintimidasi.

"Aku berangkat Tin, tempat Mbok Jum!" ujar Dijah mendekati motor Bara.

"Mas-mu segeran ya Jah. Anginnya kemarin udah dikeluarin ya?" Tini terkikik geli karena perkataannya sendiri.

Dijah hanya melengos tak ingin meladeni perkataan Tini karena Bara telah menyalakan motornya.

To Be Continued.....

Terpopuler

Comments

Andri Yani

Andri Yani

suketi biasa kali bikin orang terbungkam dengan semua celotehannya mas bara sampai ketakutan lho tin😄😄😄

2025-03-13

0

ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞

ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞

pulang sana Bara..🤭🤭🤭
bahaya, Tini mau hohohehe🤣

2025-02-02

0

Suharnani

Suharnani

Mulut Tini lemes😂
tapi Tini tidak munafik, blak"an

2024-12-13

0

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 1. Terlatih Terluka
3 2. Pelarian Perkenalan
4 3. Main Mata
5 4. Sepotong Selingan
6 5. Tatapan Terarah
7 6. Pelanggan Pertama
8 7. Karena Kasihan
9 8. Mulai Meresapi
10 9. Debaran Dijah
11 10. Sepiring Santapan
12 11. Kok Kesal
13 12. Kiriman Konsumsi
14 13. Tentang Tetangga
15 14. Sedikit Sentilan
16 15. Percakapan Pria
17 16. Tini Tenar
18 17. Ketagihan Kerokan
19 18. Percakapan Pagi
20 19. Pernyataan Pacaran
21 20. Berburu Berita
22 21. Perdana Pacaran
23 22. Mantan Menjijikkan
24 23. Percakapan Panjang
25 24. Kehidupan Kos-kosan
26 25. Merasakan Minder
27 26. Bara Berusaha
28 27. Secercah Senyuman
29 28. Malam Minggu
30 29. Jalan-Jalan
31 30. Api Asmara
32 31. Ambyare Ati
33 32. Duel Dijah
34 33. Pacar Posesif
35 34. Curahan Cerita
36 35. Pesan- pesan
37 36. Kisah Kelam
38 37. Dekat Dul
39 38. Maju Mundur
40 39. Kejutan & Keributan
41 40. Puncak Perselisihan
42 41. Ratapan Rindu
43 42. Akumulasi Amarah
44 43. Pulang Pagi
45 44. Binar Bahagia
46 45. Tertawa Terbahak
47 46. Khayalan Kekasih
48 47. Makan Malam
49 48. Adu Argumen
50 49. Bukan Bapak Biasa
51 50. Surprise Sticker
52 51. Prospek Pasar
53 52. Potongan Percakapan
54 53. Cerita Cinta
55 54. Andai Ayah - Anak
56 55. Sambutan Sapaan
57 56. Kekasih & Keluarga
58 57. Bahagia Bertiga
59 58. Sepasang Sepatu
60 59. Suguhan Spesial
61 60. Pertolongan Pertama
62 61. Pasien Pria
63 62. Malam Minggu (2)
64 63. Serba Salah
65 64. Ujian dan Upaya
66 65. Cendera mata Cinta
67 66. Rindu dan Restu
68 67. Puncak Persaingan
69 68. Cerita Cemburu
70 69. Detensi Demam
71 70. Duel Dijah (2)
72 71. Jarak Jauh
73 72. Cerita Cafe
74 73. Antara Anak - Ayah
75 74. Derita Dul
76 75. Menguak Memori
77 76. Merengkuh Malam
78 77. Leburan Luka
79 78. Pertolongan Profesional
80 79. Pengakuan Dijah (1)
81 80. Pengakuan Dijah (2)
82 81. Kado Kejutan
83 82. Wartawan Wisuda
84 83. Kembali Kasih
85 84. Bicaranya Bapak
86 85. Irisan Ingatan
87 86. Rentang Rencana
88 87. Izin Ibu
89 88. Harapan dan Hukuman
90 89. Sentuhan Sahabat
91 90. Pesan Perpisahan
92 91. Kamu dan Keluhmu
93 92. Uring-uringan
94 93. Syair Syahdu
95 94. Angin Alam
96 95. Terang Temaram
97 96. Kepala Keluarga
98 97. Kehidupan Kandang
99 98. Bulan Bersama
100 99. Cuplikan Cerita
101 100. Wonder Woman
102 101. Huru-Hara Hari H
103 102. Perjalanan Pertama
104 103. Wisata Wartawan
105 104. Batu Besar
106 105. Riuh Rendah
107 106. Gedung Gonggong
108 107. Makan Malam
109 108. Menyelesaikan Masalah
110 109. Kumpulan Kisah
111 110. Sahabat Sesumbar
112 111. Malam Meringis
113 112. Jawaban Jujur
114 113. Benar Berubah ?
115 114. Masih Meragu
116 115. Alasan Amarah
117 116. Maafin Mas
118 117. Berita Bahagia
119 118. Kumpul Keluarga
120 119. Mabuk Merana
121 120. Hunian Humanis
122 121. Kunjungan Kawan
123 122. Bukan Bandingan
124 123. Pujian Penghiburan
125 124. Dijah dan Dul
126 125. Derita Dimulai
127 126. Titipan Tuhan
128 127. Anak Ayah
129 128. Aku Ayahnya
130 129. Dalam Dongengan
131 130. Masakan Mertua
132 131. Penantian Panjang
133 132. Seutas Saran
134 133. Temu Terakhir
135 134. Tepisan Takdir
136 135. SEEMPUK SETUMPUK
137 136. Sebuah Sejarah
138 137. Menuruti Mertua
139 138. Sandiwara Suketi
140 139. Taktik Tini
141 140. Cuplikan Cerita Cinta
142 141. Guratan Gaduh
143 142. Belanja Baju Bayi
144 143. Drama Dijah
145 144. Sirnanya Senyuman
146 145. Ngobrol Ngalor Ngidul
147 146. Mengekori Mas
148 147. Kunjungan Kerja
149 148. Penilaian Perempuan
150 149. Tanda-Tanda
151 150. Dalam Dekapan Dijah
152 151. Anak Ayah
153 152. Kunjungan Kawan-Kawan
154 153. Santai Sore
155 154. Putri Pertama
156 155. Siksaan Sabtu
157 156. Pertemuan Persaudaraan
158 157. Target Tini
159 158. Kilasan Kabar
160 159. Memanggil Mbah
161 160. Sinar Surya Sore
162 161. Ancang-Ancang Asti
163 162. Membahagiakan Mak Robin
164 163. Bincang Bersama Boy
165 164. History Heru (Bagian 1)
166 165. History Heru (Bagian 2)
167 166. Sabar Suketi (Bagian 1)
168 167. Sabar Suketi (Bagian 2)
169 168. Falsafah dan Filosofi
170 169. Semuanya Senang
171 170. Desau Dijah
172 171. Bara Berbicara
173 EPILOG
174 Untaian Kata
175 SPECIAL PART
176 TINI SUKETI mulai update hari ini
177 CEK KARYA BARU JUSKELAPA : DUL
178 NOVEL BARU : GITA & MAR (JUNI 2023)
Episodes

Updated 178 Episodes

1
PROLOG
2
1. Terlatih Terluka
3
2. Pelarian Perkenalan
4
3. Main Mata
5
4. Sepotong Selingan
6
5. Tatapan Terarah
7
6. Pelanggan Pertama
8
7. Karena Kasihan
9
8. Mulai Meresapi
10
9. Debaran Dijah
11
10. Sepiring Santapan
12
11. Kok Kesal
13
12. Kiriman Konsumsi
14
13. Tentang Tetangga
15
14. Sedikit Sentilan
16
15. Percakapan Pria
17
16. Tini Tenar
18
17. Ketagihan Kerokan
19
18. Percakapan Pagi
20
19. Pernyataan Pacaran
21
20. Berburu Berita
22
21. Perdana Pacaran
23
22. Mantan Menjijikkan
24
23. Percakapan Panjang
25
24. Kehidupan Kos-kosan
26
25. Merasakan Minder
27
26. Bara Berusaha
28
27. Secercah Senyuman
29
28. Malam Minggu
30
29. Jalan-Jalan
31
30. Api Asmara
32
31. Ambyare Ati
33
32. Duel Dijah
34
33. Pacar Posesif
35
34. Curahan Cerita
36
35. Pesan- pesan
37
36. Kisah Kelam
38
37. Dekat Dul
39
38. Maju Mundur
40
39. Kejutan & Keributan
41
40. Puncak Perselisihan
42
41. Ratapan Rindu
43
42. Akumulasi Amarah
44
43. Pulang Pagi
45
44. Binar Bahagia
46
45. Tertawa Terbahak
47
46. Khayalan Kekasih
48
47. Makan Malam
49
48. Adu Argumen
50
49. Bukan Bapak Biasa
51
50. Surprise Sticker
52
51. Prospek Pasar
53
52. Potongan Percakapan
54
53. Cerita Cinta
55
54. Andai Ayah - Anak
56
55. Sambutan Sapaan
57
56. Kekasih & Keluarga
58
57. Bahagia Bertiga
59
58. Sepasang Sepatu
60
59. Suguhan Spesial
61
60. Pertolongan Pertama
62
61. Pasien Pria
63
62. Malam Minggu (2)
64
63. Serba Salah
65
64. Ujian dan Upaya
66
65. Cendera mata Cinta
67
66. Rindu dan Restu
68
67. Puncak Persaingan
69
68. Cerita Cemburu
70
69. Detensi Demam
71
70. Duel Dijah (2)
72
71. Jarak Jauh
73
72. Cerita Cafe
74
73. Antara Anak - Ayah
75
74. Derita Dul
76
75. Menguak Memori
77
76. Merengkuh Malam
78
77. Leburan Luka
79
78. Pertolongan Profesional
80
79. Pengakuan Dijah (1)
81
80. Pengakuan Dijah (2)
82
81. Kado Kejutan
83
82. Wartawan Wisuda
84
83. Kembali Kasih
85
84. Bicaranya Bapak
86
85. Irisan Ingatan
87
86. Rentang Rencana
88
87. Izin Ibu
89
88. Harapan dan Hukuman
90
89. Sentuhan Sahabat
91
90. Pesan Perpisahan
92
91. Kamu dan Keluhmu
93
92. Uring-uringan
94
93. Syair Syahdu
95
94. Angin Alam
96
95. Terang Temaram
97
96. Kepala Keluarga
98
97. Kehidupan Kandang
99
98. Bulan Bersama
100
99. Cuplikan Cerita
101
100. Wonder Woman
102
101. Huru-Hara Hari H
103
102. Perjalanan Pertama
104
103. Wisata Wartawan
105
104. Batu Besar
106
105. Riuh Rendah
107
106. Gedung Gonggong
108
107. Makan Malam
109
108. Menyelesaikan Masalah
110
109. Kumpulan Kisah
111
110. Sahabat Sesumbar
112
111. Malam Meringis
113
112. Jawaban Jujur
114
113. Benar Berubah ?
115
114. Masih Meragu
116
115. Alasan Amarah
117
116. Maafin Mas
118
117. Berita Bahagia
119
118. Kumpul Keluarga
120
119. Mabuk Merana
121
120. Hunian Humanis
122
121. Kunjungan Kawan
123
122. Bukan Bandingan
124
123. Pujian Penghiburan
125
124. Dijah dan Dul
126
125. Derita Dimulai
127
126. Titipan Tuhan
128
127. Anak Ayah
129
128. Aku Ayahnya
130
129. Dalam Dongengan
131
130. Masakan Mertua
132
131. Penantian Panjang
133
132. Seutas Saran
134
133. Temu Terakhir
135
134. Tepisan Takdir
136
135. SEEMPUK SETUMPUK
137
136. Sebuah Sejarah
138
137. Menuruti Mertua
139
138. Sandiwara Suketi
140
139. Taktik Tini
141
140. Cuplikan Cerita Cinta
142
141. Guratan Gaduh
143
142. Belanja Baju Bayi
144
143. Drama Dijah
145
144. Sirnanya Senyuman
146
145. Ngobrol Ngalor Ngidul
147
146. Mengekori Mas
148
147. Kunjungan Kerja
149
148. Penilaian Perempuan
150
149. Tanda-Tanda
151
150. Dalam Dekapan Dijah
152
151. Anak Ayah
153
152. Kunjungan Kawan-Kawan
154
153. Santai Sore
155
154. Putri Pertama
156
155. Siksaan Sabtu
157
156. Pertemuan Persaudaraan
158
157. Target Tini
159
158. Kilasan Kabar
160
159. Memanggil Mbah
161
160. Sinar Surya Sore
162
161. Ancang-Ancang Asti
163
162. Membahagiakan Mak Robin
164
163. Bincang Bersama Boy
165
164. History Heru (Bagian 1)
166
165. History Heru (Bagian 2)
167
166. Sabar Suketi (Bagian 1)
168
167. Sabar Suketi (Bagian 2)
169
168. Falsafah dan Filosofi
170
169. Semuanya Senang
171
170. Desau Dijah
172
171. Bara Berbicara
173
EPILOG
174
Untaian Kata
175
SPECIAL PART
176
TINI SUKETI mulai update hari ini
177
CEK KARYA BARU JUSKELAPA : DUL
178
NOVEL BARU : GITA & MAR (JUNI 2023)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!