Arini telah berada di rumah Tirta, gadis ini memutuskan untuk membersihkan rumah namun sebelum itu, ia akan memasak bahan makanan yang ia beli di pasar tadi.
Arini hendak mengisi tenaga sebelum membersihkan rumah dua lantai yang begitu luas ini.
Arini telah berada di dapur meracik bahan makanan yang ia beli. Gadis cantik ini berniat memasak makanan sederhana favoritnya, walaupun ia telah lama tinggal di kota namun ia masih memiliki selera makan orang kampung.
Tak beberapa lama masakan telah siap, menu ikan asin dengan sayur bening serta merahnya sambal menjadi menu makan siang sederhana Arini tak lupa kerupuk sebagai pelengkap.
Arini telah duduk di meja makan menyantap makanannya hanya menggunakan tangan tanpa sendok, biar terasa nikmat namun baru masuk beberapa suap. Arini kembali berdiri dengan tangan yang menempel nasi ketika manik matanya menangkap bayangan tubuh pemuda tinggi itu mendekat padanya.
“Kak Dilan,” sapa Arini gelagapan menatap sang pemilik rumah yang memasang wajah datar ia tidak mengira jika Tirta akan pulang ke rumah sesiang ini.
“Apa yang kau lakukan pada dapurku? Kenapa jadi bau?” tanya Tirta mengendus aroma ikan asin yang masih melekat kuat di indra penciuman.
“Maaf kak, saya sedang masak dan menggoreng ikan asin.” Arini masih mengunyah makanan yang masih ada di dalam mulutnya.
“Lain kali jangan masak itu lagi di rumahku,” ketus Tirta berjalan ke arah meja menatap menu masakan Arini yang kembali menggugah seleranya terutama merahnya sambal yang tersaji.
“Kelihatannya enak banget,” batin Tirta kembali air liurnya seakan menetes melihat menu masakan yang dulu selalu mengisi hari-harinya, saat belum sesukses ini, apalagi saat ini perutnya juga sudah kelaparan karena dia juga tak sempat makan siang.
“Ya ampun, itu tidak boleh, itu makanan berat, mengandung banyak lemak. Aku tidak boleh makan nasi lagi,” batin Tirta menahan godaan makanan dihadapannya.
“Lanjutkan makanmu,” titah Tirta juga duduk meraih air putih kemudian menenggaknya untuk menghilangkannya keinginannya.
Arini berjalan mengambil piring untuk Tirta, dia akan mengajak suaminya untuk makan bersama.
Pemuda tampan ini teringat tujuannya pulang yaitu memberikan Arini uang saku. Tirta kemudian meraih dompet yang berada di saku celananya, setelah itu mengeluarkan kartu yang akan di berikan oleh Arini.
“Ini kak.” Arini mendahului memberikan piring untuk Tirta agar makan bersama.
“Aku sudah bilang, aku ngak makan nasi,” tolak Tirta.
Namun tangannya tetap meraih piring yang di telah disodorkan oleh Arini, kemudian menaruhnya di hadapannya.
Arini hanya diam ia kembali menyantap makanan yang ada di piring tidak peduli Tirta mau makan atau tidak yang penting dia sudah menawarkan.
Lagi-lagi Tirta menelan ludahnya saat menatap Arini mencolek ikan asin dengan sambal menumpuknya di nasi lalu menyuapkan mulut, dengan tangan sebelah itu menggigit kerupuk.
Kres ... kres bunyi saat Arini menggigit kerupuk itu membuat Tirta semakin tergiur.
“Ahhhh ini anak. Ngak lama aku suruh casting di acara makan-makan, kalau makan kelihatan enak banget, bikin pengen,” batin Tirta.
Arini mendongak menatap Tirta yang memperhatikannya.
“Ayo kak makan,” tawar gadis ini dengan wajah polos membuat yang di tawari ini seakan mendapatkan angin segar dia yang memang sudah tidak bisa menahan lagi menyambut dengan semangat.
“Ia, kata orang ngak boleh nolak makanan,” alibi Tirta kali ini ia kembali kalah dan melupakan pola makan sehatnya.
Tirta mengisi piringnya dengan sedikit nasi dan lauk pauk baginya yang penting ia sudah merasakan kembali masakan sederhana itu, sudah cukup.
Tirta mulai makan masakan Arini dan memang sangat enak seolah kerinduannya dulu pada saat kecil terbayarkan, dia pun makan dengan lahap.
Pasangan ini kembali makan bersama. Tirta teringat tujuannya kembali ke rumah.
“Ini untukmu.” Tirta menyodorkan kartu ke hadapan Arini.
Arini menatap kartu yang masih berada di meja. “Apa ini kak?”
“Kamu pakai untuk belanja keperluan kamu,” jelas Tirta masih menikmati masakan Arini.
“Ngak perlu kak, aku udah ada dari ayah,” jelas Arini sebagai menantu keluarga Abraham ia bebas belanja apa-pun.
“Kamu ambil aja, untuk keperluan rumah ini.”
Arini terdiam sejenak menatap Tirta.
“Udah jangan banyak protes lagi, ambil aja.”
Arini mengulur tangannya meraih kartu itu agar mendekat padanya.
“Oh ia, kamu sadar kan karena kehadiran kamu. Aku ngak punya pembantu,” tekan Tirta.
“Ia, kak. Maaf merepotkan,” ucap Arini kembali dengan perasaan bersalah.
“Dan karena aku sudah ngak punya pembantu, kamu harus menggantikan mereka. selama kamu tinggal di sini kamu harus membantuku mempersiapkan barang-barang yang akan aku bawa ke lokasi syuting,” jelas Tirta dengan wajah datar, ia akan menggunakan Arini menggantikan tugas pembantu rumah.
“Baik kak, Saya akan mengerjakannya.” Gadis ini juga merasa berat hati merepotkan Tirta. Ia akan membantu sebisanya agar beban Tirta tidak terlalu berat.
“Kau juga tahu kan aku ini artis yang sangat sibuk dan memiliki banyak kegiatan. Aku syuting setiap hari, pergi pagi pulang larut malam,” Jelasnya membuat Arini hanya mengangguk paham. Dilan Magika memang terkenal dengan artis yang memiliki banyak program di televisi. Dan berkat kerja kerasnya itu lah ia menjadi artis top nomor satu.
“Ingat ini, aku selalu pulang larut malam sekitar jam 12 atau jam satu malam. Selama aku belum pulang kau tidak boleh tidur, selama itu kau harus menungguku dan setelah itu kau harus mempersiapkan barang-barang yang akan aku bawa besok ke lokasi syuting,” jelas Tirta tugas baru Arini.
Arini menyimak sambil melahap makanan, Tirta masih memberitahu hal yang harus di kerjakan Arini panjang lebar.
“Saat aku bangun semua sudah harus rapi, susun barang yang aku bawa di mobil,” jelas Tirta.
“Kau mengerti?” tanya pemuda tampan ini.
“Ya saya mengerti saya akan mengerjakan semua dengan baik.”
“Baguslah kalau kamu mengerti.”
Tirta masih mengunyah makanan di mulutnya sambil tangannya meraih tempat nasi yang telah kosong ia hendak menambah makanan lagi. Arini yang melihat itu pun angkat bicara.
“Maaf kak, nasinya sudah habis, saya hanya masak sedikit tadi,” ucap Arini.
“Habis!” seketika Tirta tersentak menjadi panik, menatap tempat nasi yang kosong dan piringnya yang telah bersih dan teringat jika ia telah makan nasi lagi kali ini dan pasti dialah yang telah menghabiskannya, karena masakan Arini yang sangat enak dan membuat kenangannya kembali hingga ia tak sadar menghabiskan semuanya.
“Berapa kali aku tambah?” tanya Tirta menatap tajam pada Arini.
“Tiga kali kak,” Arini mengangkat tiga jarinya membuat artis yang selalu menjaga penampilan ini semakin panik.
“Tiga kali!” ulang Tirta kemudian menenggak air putih.
“Ya ampun, kenapa kau tidak mencegahku.” Meluapkan kekesalan pada Arini.
Arini hanya diam tidak mungkin ia melarang orang untuk tambah makanan itu pikirnya.
“Aduh ini harus di bakar.” Tirta bergegas bangun dari duduknya melompat-lompat.
“Di bakar kak! Apa yang di bakar!” Arini juga panik ikut berdiri, ia tidak mengerti yang di maksud Tirta adalah lemak.
“Ahhhh sudahlah, aku pergi dulu.” Pemuda tampan ini pergi meninggalkan Arini dengan perasaan kesal.
“Ingat jangan lupa malam ini tunggu aku pulang,” tekan Tirta berbalik menatap Arini yang masih terdiam menatapnya.
“Ia kak.”
“Awas saja kau tidur.”
Tirta kemudian pergi dengan perut kenyang bercampur penyesalan. Kembali ia menggerutu akibat Arini gadis polos yang menjadi istrinya.
Arini hanya menarik napas berat malam ini ia akan melawan kantuknya untuk menunggu suaminya pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Dais Azni
😂😂😂🤣🤣
2023-09-24
1
Sulaiman Efendy
😂😂😂😂😂😂😂,, LAPAR APA DOYAN, KATANYA TAKUT KALORI....
2023-06-26
0
Sulaiman Efendy
BILANG AZA LO UDH GK BSA NAHAN LIUR LO.. JIAHHH GENGSIAN BANGET,, NTAR UDH MULAI BUCIN BARU TAU RASA.
2023-06-26
0