Arini telah berada di luar ruangan menumpah kesedihannya ia duduk di bangku rumah sakit sekujur tubuhnya bergetar ia tidak bisa membayangkan jika ia harus menikah kembali.
Hasan duduk di samping. “Arini maaf kan ayah karena telah membuat kamu masuk dalam masalah seperti ini. Maafkan ayah tidak bisa memberikan kebahagiaan untukmu,” ucapnya dengan rasa bersalah karena menyembunyikan kenyataan tentang kematian Andra semua menjadi rumit.
“Ayah, saya hanya akan bersama mas Andra. Saya akan menunggu sampai ia datang,” rengek Arini menggenggam tangan Hasan seperti anak kecil membuat hati akan seakan teriris ia telah membuat gadis polos ini terus menunggu.
“Arini, ayah menghormati keputusan kamu, tapi orang tuamu. Dia ingin yang terbaik untuk kamu.”
“Tapi tidak dengan menikah lagi, Sampai kapan pun saya tidak akan menikah lagi untuk selamanya.”
“Arini! Jangan bicara seperti itu.”
Hasan menyadarkan kepala menantunya itu di pundaknya. “Masa depanmu masih panjang Nak, kau harus menikah lagi.”
“Tidak ayah, saya hanya perempuan pembawa sial semua orang mengatakan itu pada saya. Mas Andra menghilang setelah satu minggu setelah menikahi saya. Andai saja mas Andra tidak menikah dengan saya semua itu mungkin tidak akan terjadi.” Lelehan air mata itu semakin deras, akan beratnya cibiran orang tentangnya, apalagi mengingat jika sampai saat ini ia masih suci belum terjamah oleh Andra dia belum berbakti sebagai istri suaminya telah terkena kemalangan.
“Arini jangan menyalahkan dirimu Nak. Kau adalah pembawa berkah di keluarga kami. Kau pelita di keluarga kami,” jelas Hasan menangkup wajah cantik itu mengusap air matanya.
“Bagaimana jika lelaki yang menikahiku terkena sial juga karena menikahiku.” Ada trauma pernikahan yang di rasakan Arini.
“Tidak sayang, percayalah kau adalah pembawa kebahagiaan kami semua menyayangimu,” jelas Hasan menatap iba pada menantunya yang tidak bisa ia berikan kebahagiaan.
“Keputusan ada di tanganmu Arini, walau tidak menikah dengan Tirta, kamu akan menikah dengan pemuda lain, pilihan orang tuamu,” jelas Hasan.
“Arini sayang kalian semua.”
“Ayah tidak punya alasan untuk menahanmu saat orang tuamu akan mengajakmu kembali.”
Arini terdiam sejenak memikirkan semuanya, jika ia tidak menikah dengan Tirta ia akan kembali bersama orang tuannya dan meninggalkan nenek Nani yang hidup bergantung padanya dan tidak bisa menunggu Andra lagi.
“Aku harus bagaimana jika aku tidak menikah dengannya, nenek akan sedih, dan bagaimana jika orang tuaku menikahku lagi dengan pemuda lain. Aku masih ingin menunggu mas Andra. Aku tahu dia juga tidak mengharapkan pernikahan ini, dia sedang dekat dengan artis lain. Mungkinkah aku terima pernikahan sambil menunggu mas Andra datang dan lagi pula aku tidak ingin terjadi sesuatu pada nenek,” batin Arini cintanya hanya untuk suaminya.
“Arini!” sentak Hasan membuat lamunan gadis ini buyar.
“Bagaimana keputusanmu?” tanya Hasan.
Arini menghembuskan napas berat. “Arini setuju dengan pernikahan ini,” jawab Arini.
Hasan tersenyum miring dengan keputusan Arini ia hanya berharap semoga Arini bahagia bersama Tirta dan bisa membuat Tirta jatuh cinta padanya. Karena ia sadar pernikahan mereka tanpa berlandaskan cinta.
****
Arini dan Hasan masuk kembali ke dalam ruangan untuk memberi tahukan keputusan Arini. Arini menatap perempuan tua yang masih terbaring itu dan di sampingnya Tirta yang masih setia memegang tangan neneknya.
“Arini,” panggil nenek Nani membuat gadis itu mendekat.
“Ia nek,” Arini menggenggam sebelah tangan perempuan tua itu.
“Menikahlah dengan Tirta sayang, itu harapan nenek agar kita selalu bersama. Nenek yakin Tirta pasti bisa membahagiakanmu,” pinta Nenek Nani memasang wajah memelas.
Arini menganggukkan kepalanya perlahan, ia tidak mampu mengucapkan dengan kata-kata sungguh berat baginya untuk menikah untuk yang kedua kalinya. Habis sudah harapan Tirta ia juga berharap Arini menolaknya namun gadis itu malah ikut mengiyakan juga.
Nenek Nani menarik sebelah tangan Arini dan tangan Tirta membuat mereka berpegangan, ini adalah sentuhan pertama mereka membuat pandangan mereka sejenak bertemu lalu kembali saling membuang pandangan, mencoba menarik tangan mereka, suasana terasa sangat canggung.
“Tirta, Arini gadis yang baik, kamu pasti akan menyukainya, kamu akan beruntung menikah dengannya. Jaga dia dan bahagiakan dia,” ucap nenek Nani menatap cucunya pemuda ini hanya membalas dengan senyum terpaksa.
“Maaf nenek aku tidak bisa menerimanya sebagai istriku sampai kapan pun,” batin Tirta.
“Arini mulailah hidup baru bersama dengan Tirta. Dia akan yang menggantikan Andra untuk membahagiakan kamu.” Arini hanya sesugukan mengurai air matanya.
“Nenek akan operasikan?” tanya Arini mengusap pipinya yang basah.
“Ia, tapi setelah pernikahan kalian.” Jawabnya.
“Ibu kenapa tidak sekarang, ibu harus cepat di tangani,” sela Hasan.
“Ibu hanya akan melakukan perawatan setelah mereka menikah.” Nenek Nani tidak ingin rencananya menjadi batal.
“Ibu kondisi ibu kurang sehat dan harus segera menerima pengobatan,” tambah Ana sang menantu yang juga mengingatkan.
“Hasan nikahkanlah mereka secepatnya,” pinta nenek Nani.
“Tapi bu, tidak semudah itu ada banyak yang harus di persiapkan. Kita harus memberitahukan orang tua Arini, apakah dia setuju putrinya menikah lagi,” jelas Ana.
“Orang tua Arin tidak pernah menolak keinginan kita.”
“Maaf nek. Pernikahan ini harus di rahasiakan. Aku masih terikat kontrak dengan beberapa produk brand ternama dan film di salah satu perjanjiannya, aku tidak boleh menikah,” alibi Tirta yang menjalani profesi sebagai artis, agar tidak ada yang mengetahui ia menikah dengan perempuan janda. Baginya pernikahan ini hanya permainan yang akan berakhir dan pamornya sebagai artis besar akan turun jika orang tahu ia telah menikah.
“Baiklah kalau begitu kami akan mengatur semua secepatnya dan sederhana saja, agar nenekmu juga bisa operasi. Setelah kalian menikah ayah akan membawa nenek untuk keluar negeri, agar ia mendapatkan perawatan yang terbaik,” jelas Hasan.
Mereka pun hanya mengangguk setuju setelah itu, suasana kembali hening, terdiam dengan pikiran masing-masing terutama sang calon pasangan yang tampak jelas di wajah mereka penuh dengan kecemasan.
***
Hasan, Ana dan Tirta berada di luar ruangan hendak membahas pernikahan ini.
“Ayah, ibu aku hanya akan menikahinya demi nenek jadi jangan menyuruhku untuk menerimanya sebagai istriku,” jelas pemuda ini.
“Tirta jangan seperti itu.” sela Ana.
“Kalian hanya membutuhkanku agar dia tetap tinggal bersama kalian kan? setelah ia menikah denganku dia kembali menjadi menantu kalian dan tugasku telah selesai. aku akan kembali ke kehidupanku dan tinggal di rumahku sendiri,” jelas Tirta membuat wajah Hasan memerah menahan amarah.
“Kamu pikir ayah juga sudi menikah Arini dengan pemuda sepertimu. Arini gadis baik dan tidak pantas untukmu,” murka Hasan membela menantunya rasanya ia ingin menghajar putranya.
“Ayah sudah jangan membuat keributan.”
“Baguslah, karena kami tidak akan menjalaninya seperti sepasang suami istri. Aku hanya memberinya status.”
"Kau dasar anak kurang ajar!"
Ana menarik tangan Hasan untuk pergi meninggalkan Tirta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Bundanya REvan
Arini lebih sayang keluarga mertua ya ketimbang orang tuanya sendiri,, kok ga mau pulang,,,
2022-12-04
2
Sondang Sartika Lumbanraja
Pak Hasan jahat bgt udah tidak jujur tentang andra dan mulut nya tau nya memaki tirta mulu.
2021-08-06
0
Saniia Azahra Luvitsky
hadehhhhh ini pak Hasan seharusnya dia aja yg kena jantung, tukang marah" ngegasssss mulu
2021-04-11
0