Fajar pun terbit, Arini telah terbangun di pagi hari untuk mengerjakan pekerjaan sebagai pengganti tugas asisten rumah tangga, yang terpaksa di liburkan oleh Tirta akibat keberadaannya yang tidak ingin diketahui sebagai istri Tirta.
Arini melangkahkan kaki menuju dapur, tugas pertamanya mempersiapkan menu sarapan pagi untuk mereka hari ini.
Gadis cantik ini mulai membuka kulkas yang isinya tertata rapi berjejer botol-botol minuman kesehatan yang pasti untuk menjaga daya tahan tubuh dan stamina sang artis.
“Masak apa ya untuknya?” gumam Arini menatap isi kulkas yang hanya terlihat banyak minuman.
Arini hanya menemukan beberapa butir telur yang tersusun rapi, dia pun meraihnya.
“Apa saya masak nasi goreng saja ya, sama seperti di rumah ayah. Baiklah nasi goreng saja,” Arini telah memutuskan jika menu sarapan mereka adalah nasi goreng dengan telur.
Dengan terampil Arini mengolah bahan menjadi makanan yang lezat. Aroma wanginya tercium memenuhi ruangan.
Tak membutuhkan waktu yang lama dua porsi nasi goreng telah tersaji di atas meja makan.
“Sarapan sudah siap tinggal menunggu mas Tirta sarapan bersama, Eh salah bukan mas tapi kak Dilan,” ralat Arini berbicara pelan memukul mulutnya pelan.
“Sambil menunggu kak Dilan aku akan bersiap-siap untuk ke kampus.” Arini pun meninggalkan dapur menuju kamarnya.
***
Arini telah rapi dan siap untuk ke kampus namun sebelum pergi, dia akan mengisi perutnya dengan nasi goreng yang tadi dibuatnya.
Arini duduk di meja makan dengan sepiring nasi goreng yang dihadapannya dan ada sepiring nasi lagi untuk suaminya. Saat hendak menyuap makanan Arini tersentak saat menyadari Tirta berjalan ke arah kulkas dengan baju singlet hitam tanpa lengan yang terlihat basah oleh keringat sepertinya pemuda itu baru saja melakukan olahraga pagi.
Arini bangun dari duduknya. “Kak Dilan, saya sudah masak. Ayo kita sarapan bersama,” ajak Arini seraya menatap pemuda yang menengak minuman.
Tirta menatap sinis pada Arini lalu berjalan ke arah meja makan, ia duduk di meja makan menatap menu sarapan yang tersaji.
Arini pun meletakkan sepiring nasi goreng di hadapan Tirta.
“Aku ngak makan, makanan seperti itu, itu berlemak dan penuh kalori,” ucap Tirta dengan ketus menolak masakan Arini. Dia harus selalu menjaga penampilannya terutama berat badannya sebagai Artis karena itu adalah modal terbesar bagi kariernya.
“Maaf saya tidak tahu,” ucap Arini merasa bersalah.
Pemuda tampan ini memasang wajah jengah menatap wajah polos Arini. “Aku ngak boleh makan nasi. Aku harus menjaga berat badanku! Agar tidak naik.”
“Jadi kakak mau makan apa. Nanti aku siapkan,” Arini berdiri siap untuk melayani keinginan sang artis karena tidak ada pembantu Tirta pasti akan kesulitan itu pikirnya.
“Tidak perlu! Kau sarapan saja,” tolak Tirta membuat Arini kembali duduk.
Tirta kemudian mengulur tangannya ke meja meraih sebuah roti tawar dan mengolesnya dengan selai. Sedangkan Arini ia mulai menyuapkan makanannya, hening menguasai hanya suara dentingan sendok yang terdengar dari piring Arini, dengan lahap Arini menyantap nasi goreng buatannya sendiri, membuat Tirta mengarahkan pandangannya pada gadis itu. Menatap saat Arini menyendok nasi dan telur menjadi satu lalu memasukkannya ke dalam mulut mengunyah dalam keadaan mulut penuh, terlihat sangat lezat dan menggugah selera.
“Ia, makan lahap sekali, seperti tidak makan seminggu, kalau dilihat dari caranya makanan, makanan itu terlihat sangat enak,” batin Tirta menelan salivanya entah melihat Arini menyantap makanan membuat menjadi ingin merasakan masakan itu.
“Kelihatannya sangat enak,” batin Tirta menatap sepiring nasi goreng yang seharusnya menjadi jatahnya tanpa sadar ia menjilat bibir bawahnya, air liurnya seakan ingin menetes melihat Arini memasukkan suap-demi suap makanan ke mulutnya. Roti yang ada di genggamannya sudah terasa tidak ingin masuk lagi dalam kerongkongannya. Dia ingin merasai masakan buatan gadis itu.
“Aku baru saja olahraga dan membakar lemak, masa aku makan nasi,” batin Tirta masih menatap Arini dan sepiring nasi goreng secara bergantian.
“Dia ini sangat cocok jadi pembawa acara makan-makan, caranya makan bikin ngiler,” batin Tirta menelan ludahnya lagi.
“Kau tidak memakan ini juga?” tanya pemuda tampan ini basa-basi masih menatap sinis pada Arini.
Arini mendongak mengalihkan pandangannya pada Tirta.
“Ngak kak nanti saya kekenyangan,” ucap Arini.
“Sayang kalau dibuang, kali ini aku akan memakannya, besok tidak lagi,” ucapnya seakan sangat terpaksa, padahal ia yang tergiur dengan masakan Arini yang ia tolak tadi dengan ketus. Gadis ini masih melanjutkan makannya.
Arini dan Tirta sarapan pagi bersama hingga nasi di piring Arini telah tandas, ia pun mengangkat piring ke wastafel cuci piring lalu mencucinya setelah itu ia pamit pada Tirta yang masih menyantap sarapannya.
“Kak Dilan saya pamit kuliah dulu,” ucap Arini yang merasa sudah terlambat.
“Pergi aja ngak usah pamit, oh ia, di lemari depan ada kunci mobil, kamu pilih saja mobil yang mau kamu pakai,” ujarnya masih menyantap makanan yang ternyata sangat lezat membuatnya tidak ingin berhenti.
“Maaf kak, ngak usah. Aku pesan ojek online aja.”
“Kenapa?” tanya Tirta mengerutkan keningnya.
“Saya ngak tahu nyetir.” Arini tersenyum kaku malu terlihat jelas jika dia hanya gadis kampung.
Pemuda tampan ini mendengus. “Kalau motor bisa?” tanyanya lagi.
“Bisa.”
“Di garasi juga ada motor untuk asisten rumah tangga di sini, kamu pakai deh ke kampus, kuncinya juga di lemari,” tawar Tirta.
“Baiklah kak. Saya pergi dulu.”
“Ingat kalau kamu keluar dari rumah ini hati-hati jangan sampai ada yang melihatmu terutama tetangga, trus jaga tuh mulut jangan jadi ember bocor, awas saja kamu bilang dan pamer pada teman kampusmu kalau kau telah menikah dengan artis terkenal Dilan Magika,” tekan Tirta rahasia pernikahannya harus tersimpan rapi.
“Saya akan hati-hati dan pastikan tidak ada yang tahu kita telah menikah,” jelas Arini menghadapi suaminya dengan kesabaran dan kelembutan hingga kini ia juga tidak menyangka menikah dengan idola semua orang.
Arini hendak pergi namun sebelumnya, ia meraih tangan Tirta lalu mencium punggung tangan pemuda tampan itu sebagai tanda pamitnya, membuat Tirta menjadi tersentak kaget dengan perlakuan Arini.
Bayangan Arini telah pergi meninggalkannya.
“Ya itu bocah pake acara cium tangan lagi sama aku, emang aku bapaknya,” gerutu Tirta menatap sekilas punggung tangannya, lalu kembali pada piring yang masih tersisa beberapa sendok lagi.
Hingga ia telah tersadar melepeh kembali nasi yang telah masuk ke dalam mulutnya dengan cepat menenggak air putih. “Apa ini, aku makan nasi. Astaga aku makan nasi.” Tirta terlihat panik memukul wajahnya dengan telapak tangan ia sangat mengagumi tubuh sempurnanya, telah lama ia terus bekerja keras, konsisten menjaga pola makan demi tubuh idealnya. “Astaga aku makan sepiring nasi, Ini harus di bakar, ini ngak boleh jadi menjadi lemak.” Pemuda tampan yang sangat memperhatikan penampilan ini bangkit dari duduknya berlari-lari kecil meninggalkan dapur dengan mulut yang menggerutu menyalahkan Arini.
“Ini harus di bakar, harus di bakar, ini semua gara-gara gadis itu, aku juga kenapa aku bisa tergoda memakannya,” gerutu Tirta berlari kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
GENGSI LO DI BESARIN, MMGNYA ARTIS GK BOLEH MSKN NASI
2023-06-26
1
annisya noor nikmah
kok agk lucu ya.....mmbca kalimat *emg ak bpknya....tirta, tirta😅
2023-06-24
0
mpooh
nasi goreng itu seperti menu utama cerita novel
2022-09-04
0