Di depan ruang perawatan mereka masih setia menunggu kabar tentang orang tersayang mereka, hingga beberapa dokter yang memeriksa nenek Nani telah keluar dari ruangan. Mereka pun kompak mendekat ke arah dokter bertanya tentang keadaan nenek Nani.
“Dokter bagaimana keadaan ibu saya?” tanya Hasan wajahnya terlihat sangat cemas.
Dokter menarik napas panjang memberi tanda seakan ada sesuatu yang tidak baik.
“Kondisinya sangat lemah terutama masalah jantungnya,” jelas dokter.
“Jantung dok,” ulang Hasan semakin sedih.
“Ia kami sarankan pasien melakukan operasi untuk memasang ring di jantungnya.”
“Operasi.”
“Ia dan untuk saat ini saya harap jangan membuatnya banyak pikiran karena itu bisa membuat semakin memburuk,” jelas Dokter.
“Baiklah dokter.” Dokter pun melangkah pergi.
Setelah mendengar kondisi nenek Nani, Arini dan ibu Ana bergegas masuk ke dalam ruangan. Sementara Tirta dan Hasan masih berdiri mematung di luar sejenak dengan pikiran masing-masing.
Hasan mengarahkan tatapan tajam pada putranya. “Kau dengar itu, jika kau menolak permintaan nenekmu. Kau bisa membuatnya pergi untuk selamanya,” geram Hasan melangkahkan masuk ke dalam ruangan.
Tubuh Tirta membatu ia bingung harus berbuat apa, di satu sisi kesehatan neneknya di satu sisi masa depannya. Ia tidak ingin menikahi mantan istri kakaknya itu. Jika memang ia harus menjalankan perjodohan, ia terima siapa pun gadis itu tapi tidak dengan gadis yang bernama Arini.
“Ah kenapa jadi begini? Kenapa kepulanganku hanya mendatangkan masalah?” gumam pemuda tampan ini menarik rambutnya terlihat putus asa.
***
Mereka telah berada di dalam ruangan menunggu nenek Nani membuka matanya, Arini dengan setia duduk di samping brankar seraya tangannya memegang tangan perempuan tua itu.
Arini mengusap air mata yang menetes di pipinya saat merasakan nenek Nani bergerak.
“Nenek sudah sadar,” ucap Arini seketika berdiri mengulas senyum.
“Ibu.” Kompak Hasan dan Ana sedangkan Tirta yang juga berada di ruangan juga mendekat, ia merasa bersyukur neneknya telah siuman namun hatinya masih dilanda kebimbangan.
“Tirta? Mana Tirta?” lirih nenek Nani ia telah mengingat apa yang telah membuatnya berada di tempat ini.
Mendengar namanya di panggil Tirta maju memegang tangan neneknya.
“Ia nek, aku di sini, Aku akan temani nenek.” Pemuda ini mengusap pipi nenek Nani.
“Tirta kabulkan pernikahan nenek. Nikahi Arini,” pinta nenek Nani dengan suara pelan.
Arini kembali tersentak mendengar lagi-lagi nenek meminta untuk Tirta untuk menikahinya.
“Nenek aku akan terus menunggu mas Andra, aku tidak akan meninggalkan nenek,” jelas Arini ia tahu tujuan nenek menikahkannya dengan Tirta agar orang tuanya tidak membawanya pulang kembali ke desa.
“Ibu nanti saja kita bahas, ibu belum pulih sepenuhnya. Kata dokter ibu akan menjalankan operasi jantung setelah operasi kita bicarakan lagi. Ibu harus sembuh dulu,” sela Hasan tidak ingin ibunya memikirkan masalah yang berat.
“Tidak Hasan ibu tidak akan operasi jika mereka tidak menikah. Biarkan saja ibu mati,” lirih nenek Nani.
“Ibu jangan bicara seperti itu.”
“Nenek.”
“Tirta menikahlah dengan Arini,” mohon nenek Nani.
Tirta masih terdiam ia benar-benar tidak bisa mengikuti keinginan neneknya. “Nenek aku ... Aku tidak bisa.” Untuk kesekian kalinya pemuda tampan ini menolak.
Nenek Nani menepis tangan Tirta lalu mengalihkan pandangannya ia kecewa dengan jawaban cucunya.
“Nenek,” lirih Tirta menatap neneknya.
“Sungguh hanya ini permintaanku dan kau tidak ingin mengabulkannya.”
Tirta benar-benar dalam kebimbangan ia tidak tahu berbuat apa sungguh ini bagai mimpi buruk baginya. Baru saja ia bertemu kembali dengan keluarganya, sekarang ia di paksa untuk menikah dengan perempuan mantan istri kakaknya.
Tirta mengarahkan pandangannya pada ayahnya yang menatap tajam.
“Sudahlah Bu, dia hanya anak yang selalu berbuat semaunya, jangan berharap banyak padanya,” cibir Hasan.
Tirta semakin putus asa mendengar ucapan ayahnya seolah mengatakan jika ia adalah anak yang tidak berguna dan tidak bisa diandalkan.
“Bagaimana ini aku benar-benar tidak punya jalan lain, kesehatan nenek yang menjadi taruhan, apa aku terima saja setelah kondisi nenek membaik aku akan menceraikannya” batin Tirta.
Hening seketika semua terdiam dengan pikiran masing-masing. Tirta menarik napas panjang mengambil keputusan terberat dalam hidupnya. “Baiklah aku akan menikahinya,” ucap Tirta menatap neneknya. Demi kesehatan neneknya ia telah memutuskan untuk menikahi istri kakaknya. “Tapi nenek harus operasi,” tawar Tirta yang di sambut senyuman oleh neneknya.
Arini tercengang menatap Tirta, ia tidak menyangka akan jawaban pemuda itu, ia kira Tirta akan menolaknya. Seketika cairan bening menggenang di pelupuk mata, ia juga tidak ingin menikah dengan pemuda lain hanya Andra yang ada di dalam hatinya.
Arini seketika beranjak dari duduknya, bergegas keluar dari ruangan itu. “Arini!” panggil Hasan yang kemudian beranjak mengejar menantunya.
“Arini!” panggilnya namun gadis itu tidak menoleh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Kanayas
bukan gitu, Arini sudah diperlakukan seperti manusia tak berhati. seolah tak diberi kebebasan untuk memilih jalan hidupnya sendiri
kesalahan hasan karena membawa hidup gadis polos pada kandang besar yang tidak bisa memberinya kebebasan. setidaknya untuk pernikahan, biarlah Arini memilih pasangannya sendiri. jangan bertindak seolah dia anak mereka!!
Arini itu anak orang lain yang dirawat orang tuanya dengan susah payah, dia pantas untuk bahagia
2021-09-13
4
Bzaa
kasian arini...
namanya cinta tidak semudah itu bs di alihkan kelain hati,
2021-08-27
0
Tita Rosita
suka ceritanya Thor ga ngebosenin😘😘
2021-08-23
3