Dua tahun kemudian
Di kediaman Abraham sesosok gadis cantik berjalan dengan memegang nampan di tangan, yang di atasnya terisi beberapa menu makanan. Arah kakinya tertuju pada sebuah kamar. Tanpa mengetuk pintu lagi gadis cantik bernama Arini ini masuk ke dalam kamar.
"Nenek! Arini bawa makanan untuk nenek habis itu minum obat ya," panggil Arini dengan keceriaan menatap perempuan tua yang sedang bersandar di ranjang dan mengarahkan pandangannya pada benda persegi yang ada di hadapannya.
"Arini, cepat masuk! Tutup pintunya!" titah nenek Nani.
"Ia Nek." Arini pun meletakan dengan cepat nampan yang ia bawa di meja lalu bergegas menutup pintu.
"Sini cepat Arini, coba liat Dilan lagi ada di tv, main sinetron," panggil nenek Nani melambaikan tangannya.
Arini bergegas melangkah mendekat ke arah nenek Nani kemudian duduk di pinggir tempat tidur ikut menatap benda persegi itu.
"Idola kita lagi main, dia tambah ganteng aja ya," puji nenek Nani. Usianya memang sudah tua namun ia masih genit jika menonton idolanya Dilan Magika, namun ia selalu menyembunyikan kebiasaannya menonton idolanya itu, tidak mau anak dan mantunya tahu. Hanya Arini yang tahu kebiasaan dari perempuan tua ini.
"Ia Nek tambah ganteng aja." Arini pun menatap kagum, mereka benar-benar kompak dalam hal kesukaan karena itu nenek Nani sangat menyayangi Arini. Setiap hari mereka menghabiskan waktu bersama menonton idola mereka. Dilan Magika artis top nomor satu saat ini yang menjadi idola dari berbagai kalangan.
"Sudah sekarang nenek makan dulu, setelah itu minum obat." Arini meraih nampan yang ada di meja mulai menyuapi nenek Nani yang sudah ia anggap sebagai keluarganya sendiri.
Telah dua tahun Arini hidup dalam keluarga Abraham sebagai menantu. Hingga saat ini dia masih setia menunggu suaminya, yang entah kapan kembali. Ia terus menunggu walau saat ini kata janda telah sering tersemat olehnya oleh orang-orang. Semua orang telah meragukan jika suami Arini akan kembali namun Arini masih bertahan di rumah Abaraham, menantikan ada setitik harapan, walau ia juga merasa suaminya itu tidak akan kembali namun ia tidak ingin membuat keluarga mertuanya menjadi kecewa. Karena semua menyakini mereka tidak akan percaya Andra telah tiada jika belum melihat jasadnya. Itulah kata yang terus di tanamkan oleh Hasan pada anggota keluarganya dan gadis malang ini pun hidup dalam penantian semu selama dua tahun.
"Sekarang nenek istirahat," ucap Arini setelah membantu nenek Nani meminum obat.
"Kan sinetronnya Dilan belum selesai, kita habisin dulu."
"Ia baiklah setelah itu nenek harus istirahat."
Mereka pun menatap tv secara bersamaan dengan memasang wajah kagum.
krek ...
Suara pintu terbuka membuat perhatian mereka teralihkan. Membuat mereka seketika panik dan dengan cepat mengganti chanel tv karena tidak mau ketahuan.
"Arini cepat ganti channelnya." Mereka kompak grasak-grusuk. Arini pun mengarahkan remote ke tv.
"Ana! Ada apa?" tanya nenek Nani menatap wajah menantunya yang terlihat tak bersemangat berdiri di depan pintu.
"Ada orang tua Arini, datang dari desa," jelas ibu Ana terlihat sedih lalu kembali melangkah ke luar.
Senyum Arini terbit mendengar penjelasan ibu. "Ayah dan ibu. Mereka datang, nek. Aku harus menemuinya." Arini turun dari ranjang memasang wajah ceria.
"Tunggu bantu nenek, nenek juga harus bertemu orang tua kamu," pinta nenek Nani.
Arini kemudian memapah tubuh tua itu untuk berjalan semenjak ada Arini, kesehatan nenek Nani semakin membaik hingga ia sudah tidak butuh lagi kursi roda hanya untuk berjalan.
***
Mertua dan orang tua Arini telah berada di ruang keluarga berbincang namun kali ini ada yang aneh dari pertemuan ini, biasanya mereka akan bercanda tawa tapi kali ini suasananya berbeda, terlihat jika mereka sangat tegang. Arini mendudukan nenek Nani di sofa kemudian menyambut orang tuanya.
"Ayah ibu," sapa Arini dengan rona kebahagiaan memeluk orang tuanya secara bergantian. "Ayah dan ibu sehatkan?" tanya Arini merekapun kemudian duduk bersama.
"Kenapa tidak bilang kalian datang, kan kami bisa menyiapakan masakan untuk kalian," sela nenek Nani.
"Tidak apa-apa bu, kami hanya sebenatar, kedatangan kami kemari ingin menyampaikan sesuatu yang penting," ucap Ayah Arini yang bernama Ali.
Sejenak Ali menjeda ucapannya menatap wajah besannya yang hanya diam tertunduk memasang raut wajah kesedihan.
"Begini Bu, kedatangan kami kemari ingin menjemput Arini," jelas Ali menatap nenek Nani dengan rasa gugup menghinggapi.
"Oh ... menjemput, Arini, kalian pasti sangat merindukannya, maaf saya sangat menyanyangi Arini, jika dia tidak ada di rumah, rumah ini terasa sangat sepi," jelas nenek Nani.
"Bukan menjemput dalam artian pulang sebentar ke rumah kami," sela Ali melirik Hasan sekilas, lalu menarik napas panjang menatap ibu Arini yang mengganguk perlahan memberi keberaniaan.
Alis nenek Nani berkerut tidak mengerti apa maksud orang tua Arini.
"Kami ingin mengambil kembali putri kami, karena sudah dua tahun ia bersama kalian tanpa status yang jelas. Sudah dua tahun putri kami menunggu suaminya yang entah kapan kembali," jelas Ali membuat suasana seketika hening.
"Hingga saat ini tanda-tanda kedatangan Andra juga belum terlihat. Sampai kapan putri kami menunggu, dia putri kami satu-satunya, usianya baru 20 tahun, hidupnya masih panjang, saya tidak mau anak saya menunggu dalam ketidak pastian, Dan menurut hukum pernikahan istri boleh memintah pisah saat suami tidak meninggalkan istri selama dua tahun," tambah Marni ibu dari Arini, menatap Hasan dan istrinya yang terdiam membisu.
Hasan membisu dalam ketidakberdayaan, Seketika sekelabat bayangan dua tahun itu kembali hadir, membuat hati Hasan di penuh rasa bersalah pada gadis polos dan baik hati itu. Hingga saat ini ia belum mampu membuka rahasia kematiaan Andra pada keluarganya terutama pada Arini, karena ia tidak ingin berpisah dengan gadis itu.
Lidah hasan selalu keluh saat ingin menjelaskan jika gadis cantik ini telah lama menjadi janda muda di usai pernikahan seminggu. Ya sungguh Hasan tidak ingin kata itu tersemat pada gadis baik hati itu. Karena itulah untuk mengurangi sedikit kesalahannya Hasan membebaskan Arini untuk melakukan apa-pun bahkan ia menguliahkan Arini membuat hidupnya sama seperti gadis lain.
"Tolong biarkan Arini tinggal bersama kami, dia sudah kami anggap sebagai putri kami sendiri," pinta nenek Nani tentunya tidak setuju dengan keinginan orang tua Arini.
"Maaf bu, Arini juga kesayangan kami, kami hanya ingin yang terbaik untuknya, kami tidak ingin ia menghabiskan masa muda hanya untuk menunggu suaminya yang entah sampai kapan ia kembali, kami sudah cukup bersabar membuat putri kami menunggu hingga dua tahun."
"Ayah jangan seperti itu," sela Arini memegang lengah ayahnya. "Arini bahagia tinggal di keluarga ini dan Arini akan selalu menunggu mas Andra kembali." Gadis ini tahu jika ia adalah pelita dalam keluarga ini.
"Tidak sayang kamu harus pulang," ibu Arini mengelus rambut putrinya hingga suara teriakan membuat mereka tersentak.
"Ibu!" teriak Hasan dan Ana bersamaan saat melihat tubuh perempuan itu terkulai dan telah tak sadarkan diri.
"Nenek!" teriak Arini tak kalah paniknya, suasana seketika di penuhi kecemasan saat melihat nenek Nani yang sangat sedih akan keputusan orang tua Arini.
Inilah yang sangat di takutkan oleh Hasan, kondisi ibunya akan menurut jika harus berpisah dengan Arini dan itulah telah terjadi, namun kali ini ia akan melepaskan gadis malang itu, ia sudah tidak boleh egois lagi menahan gadis itu demi keluargaanya.
Duh kasian banget ya Arini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Yanti Nuryanti
sabar ya nek😭
2022-10-31
1
@shiha putri inayyah 3107
😭😭😭😭
2021-11-27
0
Bzaa
like dan favorit buat arini ntor... 😘
2021-08-27
0