Pak Bara mengetikkan beberapa kode akses untuk membuka password GPS pada alat yang terdaftar.
"Find location..." desis Pak Bara ke speakerphone.
Secara otomatis sistem merekam suara Pak Bara dan melakukan pencarian.
Saat Layar raksasa menunjukan lokasi GPS, Sebastian langsung menghela napas berat.
Lalu mengumpat sejadi-jadinya dalam hati.
Ia menahan geram dan ingin sekali memukul dinding baja yang mengelilingi mereka.
Namun untuk alasan kesopanan, ia akhirnya hanya berdiri terpaku sambil memasukkan tangan ke kedua saku celananya.
Namun di dalam saku, telapak tangannya tergenggam erat membentuk sebuah tinju.
Lokasi yang ditunjukan pada layar raksasa di depan mereka adalah lokasi yang paling tidak ingin ia lihat.
Restoran Italia di lokasi pameran tadi.
Pria berhoodie itu benar-benar sosok yang tidak ingin ia inginkan ada dalam kehidupan cintanya.
Dimas Tanurahardja.
Si pengganggu...
Pacar adiknya.
Dan sekarang, bisa jadi, adalah saingan cintanya.
Kenapa Milady yang begitu bersahaja bisa menatap Dimas dengan pandangan mendamba...?
"Pak Yan." seseorang menyapanya.
Sebastian menoleh dan melihat Alex Beaufort, atasan Pak Bara sekaligus pemilik Beaufort Company, memasuki ruangan sistem dan menghampirinya.
"Alex." desis Sebastian sambil mengulurkan tangan untuk menyambut jabatan tangan Alex.
Lalu mengernyit melihat pakaian yang pria itu kenakan.
"Hm." Sebastian hanya menatap Alex dari atas ke bawah dengan pandangan curiga. Alex datang dengan seragam Office Boy.
"Lagi pesta kostum?" tanya Sebastian.
Alex menyeringai. "Anggap saja begitu, pak."
"Sedang ada proyek rahasia..." lanjut Pak Bara. Lalu berdehem saat Alex menatapnya dengan pandangan angker.
Sebastian memutuskan untuk tidak menggubris Alex dan pandangannya kembali ke layar besar.
Walaupun pada dasarnya dalam dunia bisnis, ia dan Alex Beaufort adalah saingan, bisa dibilang rival berat, namun untuk urusan pribadi Sebastian kerap menggunakan jasa Beaufort Company karena ia mengakui kualitas saingannya tersebut. Lagipula, ia tidak ingin aktifitas pribadinya diketahui 'orang-orangnya'.
Anak muda ini, Alex Beaufort, sama seperti dirinya waktu muda. Ambisius, terobsesi dengan kesuksesan, dan sama-sama meneruskan usaha orang tua sampai melejit melebihi ekspektasi banyak orang. Alex adalah gambaran diri Sebastian 20 tahun yang lalu.
Ayah Alex adalah orang dibalik kesuksesan Sebastian saat ini.
Itu sebabnya mereka berdua memiliki hubungan yang cukup akrab, namun tetap dalam batasan profesional.
"Saya ingin mengunci aktivasinya mulai sekarang. Bisa kan?" tanya Sebastian.
Alex mengernyit dan memasukkan beberapa kode. Terdapat foto dan identitas Dimas di sana.
"Dia lagi dia lagi..." sahut Alex, lebih terdengar seperti umpatan.
"Kamu kenal ?"
"Almamater saya sebelum ke Caltech. Lumayan sering nongkrong bareng sih."
"Wah... Sempit juga dunia ini."
"Jadi, siapa Dimas dalam kehidupan anda?"
"Pengganggu yang tidak bisa disingkirkan. Masalahnya adik saya jatuh cinta sama boyo ini..."
"Wah... Kejutan. Karena boyo yang saya kenal memang tidak bisa ditolak kebanyakan wanita. Sampai-sampai wanita yang saya incar sekarang juga dulunya adalah 'teman dekat' si boyo ini."
"Yang itu saya tidak heran... Yang saya kaget malah orang seperti kamu bisa mengincar wanita..." dengus Sebastian.
"Saya juga laki-laki normal pak..." sahut Alex.
"Enggak, dia ngga normal... ini lagi kesurupan aja..." gumam Pak Bara.
Alex menepuk bahu pria besar yang duduk di layar raksasa itu dengan senyuman mengancam.
Pak Bara kembali berdehem.
*****
Astaga...
Milady menghentikan langkahnya menuju meja karena melihat karangan bunga terpajang di mejanya.
Ia langsung diliputi perasaan kuatir.
Pagi itu, jam dinding menunjukan pukul 7 pagi, Milady memang sengaja ke kantor lebih pagi karena akan membuat proposal pengajuan anggaran untuk proyek di Jepang yang harus siap sebelum meeting nanti malam, dan belum banyak orang tiba di kantor.
Untung saja belum banyak orang yang datang dan melihat...
Wow...
Cantik sekali.
Bunga apa ini? Kenapa berkilauan dan bersinar begini?
Milady menyentuh sedikit kelopak salah satu bunga yang bentuknya mirip Lily, tapi berwarna emas.
Wah!!
Itu memang dari emas.
Milady ternganga dan menjatuhkan dirinya di kursi, memandangi karangan bunga itu.
Yang semua kelopaknya terbuat dari emas.
"Gila...." desisnya masih ternganga. Seketika lututnya lemas dan tubuhnya bagai tidak bertenaga.
Tidak berapa lama ia tersadar.
Jangan sampai ada yang melihat karangan bunga ini!
Jadi dia mengangkat vasnya untuk diletakkan diruangan Trevor.
"Wooow...!!" serunya.
Vas itu tidak terangkat olehnya.
Sangat berat!
"Siapa sih yang kirim?! Nyusahin aja deh!" keluhnya sambil tetap berusaha mengangkat karangan itu.
Lalu ia menyerah dan duduk di kursinya sambil terengah-engah.
Saat itu ia melihat sebuah kartu berwarna hitam terselip diantara kelopak bunga.
Tulisannya :
We need to talk
SB
Milady berdecak.
Inisial SB...
Si rambut putih itu...
Apa tidak ada lagi yang lebih mencolok dibandingkan karangan bunga dari emas semacam ini?!
Terus terang, daripada terkesan, Milady lebih merasa waspada karena keselamatan dirinya terancam.
Lalu dibalik kartunya ada sebuah pesan tambahan :
Please...?
Milady kembali berdecak.
Dan sebuah sertifikat autentifikasi yang menyatakan kalau setiap kelopak bunganya disepuh dengan emas 75 persen, dan puluhan berlian untuk putiknya, terjatuh ke kolong mejanyam
Kalau hanya untuk undangan bertemu berdua saja segitu mahalnya, apa yang akan dibicarakan Sebastian pasti bukan hal remeh sampai ia nekat menyogok Milady.
Namun di satu pihak, rencananya berhasil.
Sebastian terpancing untuk mendekat.
Di lain pihak, ia ternyata kewalahan.
Apa sih susahnya mengirimkan Milady pesan singkat atau menelpon kalau memang mereka perlu bicara? Jangan bilang pria sekaliber Sebastian tidak memiliki nomor telponnya. Ia pasti bisa mengusahakan sesuatu untuk mendapatkan nomor telpon Milady tanpa perlu bertanya kepada siapa-siapa.
Lalu Bram datang.
" Wow..." desisnya. Reaksinya sama seperti Milady. Terkesima melihat gunungan emas di depannya.
Ia bahkan mundur selangkah.
"Sedang ada acara apakah ini?" tanyanya bingung.
Milady menyeringai.
"Bapaknya Trevor mau bikin aku malu, kayaknya." sahutnya.
"Itu bunga memang benar buat kamu?" tanya Bram.
Milady mengangkat kartu nama yang terselip dari karangan bunga. "Dari kartunya sih, sepertinya yang dituju adalah aku. Benda se-eksklusif ini tidak mungkin salah taruh kan?"
"Ada apa Pak Sebastian sampai kirimin kamu gundukan emas?" Bram menyeringai, ia sedikit menggoda Milady dengan tujuan memancing wanita itu. Intuisinya langsung bekerja.
"Ada apa Pak Sebastian sampai memberikan kamu Rolex?" balas Milady.
"Haha... Kamu ini selalu bisa berdalih ya. Untuk Rolex ini, sebenarnya yang dituju si Dimas, paketnya atas nama dia, tapi aku ambil salah satunya." Jelas Bram.
Milady mengangkat bahunya.
"Mungkin aku juga begitu. Dia undang aku untuk bicara, paling masalah Trevor." sahut Milady. Ia sedikit mengalihkan perhatian agar Bram tidak curiga.
"Pak Sebastian tidak mungkin mengirimkan sesuatu dengan gratis. Pasti ada yang ia inginkan dari kamu. Dan untuk seharga itu..." Bram menunjuk bunga emas. "Pasti menurutnya informasi dari kamu sangat penting."
Lagi-lagi Milady mengangkat bahunya. Ia ingin menunjukan ke Bram kalau ia tidak peduli, namun sebenarnya ia sangat kuatir mengenai undangan itu.
"Bram, bisa tolong bantu angkat? Taruh saja di ruangan kamu sebelum menarik perhatian yang lain..."
Bram mengangguk setuju dan mengangkatnya.
Milady sampai menaikan alisnya karena pria itu bisa mengangkatnya dengan mudah.
"Wah berat juga yah..." sahut Bram.
Ia mengangkatnya dengan satu tangan, tapi dia bilang kalau itu berat.
Milady lagi-lagi hanya tersenyum simpul menanggapinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
🍌 ᷢ ͩ𝐀⃝🥀ρҽNσʋ🎀⁰⁰
lucasssss si tukang glon eh si ob 🤣
2025-02-11
0
ahjuma80
/Drool/
2024-06-24
0
💕Rose🌷Tine_N@💋
horang kayah 😍
2023-07-12
2