Setelah obrolan basa-basi beberapa lama mengenai pekerjaan mereka, kebiasaan mereka, hal-hal yang jadi favorit bagi Milady dan Trevor, sampai ke pembahasan soal dunia ekonomi dan politik di negara ini, Trevor mengucapkan kalimat yang membuat Milady terbelalak.
"Saya sangat mengenal Lady, sudah 5 tahun ia menjadi anak buah saya, dan saya akui dia sangat membantu, pekerjaannya selalu sempurna. Saya bisa tahu kualitas dirinya dari hasil kerjanya. Mudah-mudahan kami berjodoh ya Pak, Bu." Sahut Trevor.
Perkataan itu disambut baik Ayah dan ibu Millady.
Siapa yang tidak ingin menjalin hubungan erat dengan seorang Bataragunadi?!
Lidah Milady menjadi kelu. Wanita itu tidak mampu menyembunyikan rasa kagetnya.
Ada apa ini... pikir Milady.
Bukankah baru 2 jam yang lalu Trevor mengeluh soal perjodohan ini? Waktu ia ijin pulang lebih dulu ke Milady?
"Pokoknya dateng, basa-basi, kasih nomer telpon fiktif, terus pulang..."
Begitu kata Trevor tadi sore. Pria itu sudah terbiasa dijodohkan oleh Ayahnya.
Sekarang ia malah berharap mereka berjodoh...?!
Apa yang Trevor rencanakan?!
Milady menatap Sebastian.
Pria itu tidak banyak bicara sejak tadi. Hanya lebih sering menatap live show ditengah taman dan ke arah Milady.
Menelanjangi wanita itu dengan matanya.
Sampai Milady begidik.
"Lady itu jarang membicarakan pekerjaan kalau di rumah, makanya kami tidak tahu dimana dia kerja dan apa pekerjaannya. Di rumah kerjanya main game, baca komik, nonton film horor... kadang kalau libur kerja dia mengurung diri seharian di kamar. Makanya kami kuatir sudah 27 tahun masih melajang. Kami mengenalkannya ke seorang pria, anak temannya suami saya. Kami pikir tidak ada kendala dan keduanya setuju untuk dinikahkan, tapi baru 3 bulan menikah mereka bercerai!" Ibunya mengeluh tentang dirinya.
"Kamu sih Lady, terlalu kuper dan kaku jadi wanita, pria itu suka yang sedikit manja!" sahut Ibunya menyalahkannya.
Milady menipiskan bibirnya karena kesal, tapi dia hanya bisa diam karena menghormati ibunya yang sedang menjatuhkan harga dirinya... Padahal sedang acara perjodohan...
"Ya bu, saya tahu proses perceraiannya. Kami sering mengobrol tentang hal pribadi." Sahut Trevor mencoba membela Milady.
Memang dengan siapa lagi Milady akan mencurahkan isi hatinya? Dari dulu sosok yang paling dekat dengannya adalah pria ini.
"Loh! Sudah sering curhat toh kalian ternyata?! Cukup akrab juga dong di kantor? Kenapa tidak dari dulu kalian pacaran?!" sahut Pak Malik.
Trevor menyeringai sambil melirik ayahnya.
"Saya menganggap Milady sebagai sahabat, dan saya akui dia pekerja keras. Kalau ibu mau tahu, di kantor, Milady sering sekali dikirimi macam-macam sama para penggemarnya, hampir setiap hari. Dari karangan bunga, hadiah, bahkan ditraktir makan. Tapi dia tetap tidak goyah, hahaha...!" sahut Trevor.
"Oh ya?!" Ibu Milady dan ayahnya bertatapan. "Kamu yakin ngga salah orang?! Dia kan anaknya culun!" sahut Ibunya.
"Milady dijuluki wanita kutub..." kata Trevor. Milady melayangkan pandangan kesal padanya. "...dia primadona di kantor kami."
"Nah! Mungkin itu masalah perceraian kamu, Lady! Kamu dingin... berarti kamu itu egois. Pantas Latief tidak tahan dekat dengan kamu! Bagaimana pun, kalau sampai bercerai, itu salah pihak wanita, tidak bisa menjaga diri dan merawat diri sehingga lakinya kabur! Ya Pak Trevor?!"
Trevor menaikkan alisnya, lalu melirik Milady.
Tampaknya Orang tua Milady tidak tahu penyebab sebenarnya perceraian, pikir Trevor.
"Setahu saya, sikapnya dingin hanya sama laki-laki yang mendekati dengan tujuan berkencan, Bu. Kalau sama yang selain itu, Lady orang yang sangat care sama sesama karyawan. Ia juga meladeni saya seperti saya punya ibu kedua di kantor." Trevor menyeringai.
Ada nama baik yang dipertaruhkan di sini, sehingga Milady berusaha keras sabar menghadapi berbagai hujatan.
Trevor salut padanya...
Bu Dewi datang dengan beberapa pelayan untuk mengantarkan main course.
Piring-piring dan hidangan utama dihamparkan di depan masing-masing orang, dan pelayan meletakkan satu set yang biasa dipesan Milady saat ia berkunjung ke restoran itu, lengkap dengan sekotak rokok, lighter dan kopi favoritnya.
Milady langsung menyembunyikan rokok dan lighternya ke bawah meja sebelum orang tuanya melihat, nahas Sebastian yang berada di depannya sempat melihatnya.
Milady melirik pria itu.
Sebastian hanya menyunggingkan sebelah bibirnya sambil menatap Milady dengan pandangan yang tidak bisa digambarkan.
Pria itu langsung bisa menebak kalau ada dua kehidupan dalam keseharian Milady.
Dan Trevor mengetahui semuanya, mengenai wanita ini.
Hal itu saja sudah cukup membuat Sebastian cemburu.
"Sejak kapan kamu suka kopi? Di rumah kalo ngga eskrim, cocacola!" Sahut ibunya.
"Sejak naik jabatan jadi staff ahli..." Milady setengah bersungut.
"Staff ahli itu pekerjaan yang tidak mudah loh, memang kamu bisa?!"
"Ibu ini bercanda terus hehe... mengenai pekerjaan saya, coba ibu tanyakan ke Pak Trevor sebagai penilai hasil kerja saya..." Sahut Milady.
Sampai ia diberi penghargaan dari Menteri pendidikan saja, lengkap dengan fotonya, ibunya menuduhnya mengedit foto...
Nyatanya ia 5 tahun bekerja di bidang ini! Astaga... Orang tuanya ini...
Apakah mereka lupa kalau dengan uang darinya, keluarga ini bisa bangkit dan memenuhi hidup sehari-hari?!
Secara teknis sih, uang dari Sebastian, sebagai pembayaran transaksi ilegal 10 tahun lalu.
Dan ia mengaku ke keluarganya kalau uang yang ia dapatkan adalah hasil memenangkan kompetisi game online.
Sejak itu tidak ada yang mengganggunya saat ia sedang main game.
Ibunya tertawa hambar menimpalinya. Pasti Milady sedang dimaki dalam hati karena berani membantah.
"Ngomong-ngomong, Ayah dulu teman Pak Sebastian?" Milady memancing percakapan, mengalihkan pembicaraan ke hal lain. Ia sudah bosan selalu direndahkan ibunya. Entah untuk tujuan apa ibunya menjatuhkan harga dirinya di depan Trevor dan Pak Sebastian.
Juga... Ia ingin mendengar suara Sebastian.
Tepatnya...
Ia 'rindu' mendengar suara Sebastian.
"Iya, teman SMA. Teman bolos yah kita Yan!" Sahut Ayahnya.
Sebastian menyeringai.
Akhirnya Milady bisa melihat seringainya.
Sudah lama sekali...
Selain seringai, senyumnya, tatapannya,
desahannya...
Dan erangannya...
Bagaikan baru kemarin.
"Ada empat orang di genk Ayah. Habis itu kita berpisah, Yan ke luar negeri, Ayah bikin usaha disini, si Farid ke Turki... Si Jago kemana yah?"
"Gue tempatin di Dubai." Sahut Sebastian.
Ah... suaranya tegas dan dalam. Pikir Milady terkesima. Dengan aksen yang terdengar campuran, khas lidah orang yang bisa beberapa bahasa sekaligus.
"Jauh amat, gimana bininya? Istrinya disini kan?!"
"Ya mungkin itu maksudnya, biar punya lagi disana..."
Pak Malik tertawa terbahak. "Ah lo sendiri udah berapa lo? Diem-diem aja tau-tau udah banyak, lagi?"
"Gue boleh nanya hal yang sama ngga ke lo?!"
Lalu mereka tertawa berbarengan.
Ibu Milady terlihat mencibir.
Terlihat kalau teman-teman Sebastian semua bekerja untuk Sebastian, kenapa ayahnya tidak bekerja juga untuk Sebastian yah? Pikir Milady.
Akhirnya usahanya bangkrut dan Milady yang harus membiayai semuanya kini.
Kalau mereka memang teman satu geng dan tampaknya terlihat akrab, kenapa Ayahnya tidak menghubungi Sebastian untuk minta bantuan finansial, dulu?
Namun pada akhirnya semua berlabuh ke arah Sebastian...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Indra Lapiz
perceraian , pihak perempuan yg di salahkan bahkan suami selingkuh pun istri yg di salahkan. pdhl kebanyakan suami yg tidak bersyukur dan tidak bisa menjaga pandangannya.
2025-01-11
0
Hanachi
kesan pertama yang membekas dalam di ingatan /Chuckle/
2024-07-31
0
Hanachi
masa iya sih seorang ibu iri sama kelebihan anaknya sendiri 🤔
2024-07-31
0