Pagi hari aku bangun saat adzan berkumandang, bersiap untuk menjenguk kakek . Sedih saat mendengar kabar kakek sakit tanpa ada keluarga disampingnya, meskipun kakek tak pernah sendiri, selalu ada anak-anak yang menemani.
Kakek orang baik . Beliau hanya punya anak satu ,cucupun juga cuma satu. Jadi kakek banyak membawa pulang anak kurang beruntung yang ditemuinya, membangun rumah singgah sederhana untuk menampung anak-anak yang ditemui, meskipun tak setiap ketemu anak jalanan atau anak terlantar dibawa pulang, aku tak tahu kriteria khusus apa untuk jadi anak asuh kakek.
Aku sudah siap untuk pergi.Tak perlu banyak barang untuk aku bawa, disana aku sudah punya pakaian ganti yang memang disediakan almarhumah bunda jika aku menginap.Cukup membawa tas skincare .
Kami berangkat setelah sarapan, bahkan belum ada jam tujuh pagi aku udah mandi, rapi, dan wangi.
Aku tak tahu harus bahagia atau khawatir akan pergi dengan suami.Sebelumya aku belum pernah singgah kerumah kakek dengan mas Faris, selalu datang bersama bunda. Dan setelah meninggalnya bunda tiga bulan yang lalu, aku belum datang lagi.
Bunda meninggal 3 bulan lalu karna penyakit sesak nafas, yang katanya memang sudah lama dideritanya. Memang bunda sering sakit ,ditambah lagi tumor yang bersemayam dirahimnya.
bunda berpesan satu hal padaku sebelum pergi ,untuk aku tidak meninggalkan mas Faris. Pesan itu yang memaksaku mencoba untuk tetap bertahan, meskipun entah sampai kapan aku mampu bersabar.
"Non Hilya sudah siap?" Bibik memasuki kamar yang memang pintunya tak tertutup rapat.
"Bibik nggk mau ikut?" Kulihat bibik yang masih menggunakan celemek setelah berurusan aktifitas dapur.
"Kalo bibik ikut siapa yang jaga rumah? lagian dirumah tuan Mario sudah banya ART."
"Untuk nemenin aku bik. " Jawabku cemberut.
"Kan sudah ada suami yang temenin." Meledek sekali dia." Percaya sama bibik, den Faris tak akan menyakiti non Hilya. Suka atau tidak dia akan menjaga nona, karna itu tanggung jawabnya." Ucap bibik meyakinkanku agar tidak takut.
"Aku berharap suatu hari aku bisa menjadi istri yang bahagia." Kataku sambil menerawang tak yakin.Dicintai suami bisa memiliki anak-anak yang lucu, liburan bareng.
"Jangan lupa minta sama Allah non."Bibik mengingat kan untuk tidak menggantungkan harapan selain pada-NYA.
" Semua mungkin bila Allah berkehendak."Lanjutnya
"Mas Faris sudah siap bik?"
" Masih sarapan." Menatapku lembut dengan senyum khasnya. Bagai punya ibu baru tau.
" Nona sarapan dulu yuk, biar nggk sakit.
Masak mau jenguk kakek yang sakit malah ikutan sakit."
Akhirnya aku sarapan meskipun tak banyak.
Setelah sarapan kami berangkat naik mobil yang ternyata sudah ada Joni ,dan sebelah nya ada istri yang memangku anak cantiknya.
"Lo katanya Joni nggk ikut?" Tanyaku heran.
Bukankah katanya mau metime dengan anak istrinya?belanja dan jalan-jalan mungkin.
" Ikut dong. Dedek cantik mau tengok kebun sayur dan strawberry Tante." Jawab istrinya ramah sambil menirukan suara anak kecil.
"Katanya mbk Dina mau liburan."Aku memasuki mobil duduk dibelakang, disamping mas Faris yang lebih dulu masuk.
"Kesana kan juga liburan,aku belum pernah tau diajak main kesana."Jawab mbk Dina mengerucuti bibirnya.
"Maaf sayang. Ni kita mau main kesana, mainlah sepuasnya."Jawab Joni yang mulai melajukan mobil.
Huh sebbel . Aku juga punya suami tau tapi mana pernah memanggil sayang,manggil nama aja malas.
"Gimana kakek mas? apa udah mendingan?"Kulihat mas Faris disampingku.
Dia hanya diam tak bergeming, matanya menerawang tak jelas. Apakah ada masalah serius? ada apa?
"Mas?." ku coba menyentuh lengannya.dia nampak terkejut , menatapku sekilas dan memalingkan muka melihat kejalanan." Maaf" Kataku.
" Mas ada masalah? atau keadaan kakek memburuk?" Masih gigih membuat pertanyaan.
Karna jalan yang akan kami tempuh masih jauh, sedangkan aku tak bisa tidur dalam mobil.Terlalu bosan bukan jika hanya melihat jalanan?
"Kakek sudah sepuh sudah tak bisa sehat seperti sedia kala , sudah banyak penyakit yang menemaninya, sudah waktunya istirahat meskipun masih tak mau diam dirumah, selalu saja banyak kegiatan." Kulihat sisi lain dari sikap dingin mas Faris .Dia sangat menyayangi keluarganya, dia juga nampak rapuh melihat kakeknya seperti ini, orangtua sudah nggk ada, kakek sakit saudara banyak yang jauh dikota yang berbeda.
"Semoga kembali sehat, meskipun tak sekuat dulu."Mencoba menenangkan.
Sangat jelas kesedihan terlihat diwajahnya. Wajah yang biasanya tegas dan terkesan galak, kini terlihat sendu dan kembali diam.
Kalo nenek sudah meninggal beberapa tahun sebelum pernikahan kami.
Semua diam, Joni yang fokus mengemudi, anaknya yang sudah tertidur dipangkuan ibunya.Aku sendiri tak tahu mau memulai percakapan apa lagi, hanya bisa menikmati pemandangan pepohonan,, kebun sawit yang luas. Sepanjang jalan banyak sekali kebun sawit.
Adzan Dzuhur terdengar tepat saat kami memasuki desa kakek, ditandai persawahan dan perkebunan sayur, dan diujung sana ada kebun strawberry milik kakek. Di desa ini mayoritas penduduknya petani, dengan beragam tanaman. Nampak asri dan udara yang segar ,sejauh mata memandang nampak tumbuhkan hijau.
Kini kami sudah memasuki perumahan penduduk kampung, berderet rumah yang sederhana tanpa pagar tinggi.
Mobil yang kami kendarai mulai berhenti didepan rumah luas kakek, rumah yang dibuat luas tak bertingkat, rumah kuno. Meskipun berulang kali direnovasi tetap kakek tak merubah gaya klasiknya.
Aku langsung turun mengucap salam dan masuk tanpa disuruh, pintu rumah kakek jarang tertutup, banyak orang keluar masuk rumah ini, dan akupun tak kenal semuanya.
Diruang tamu sudah ada Radit dan Ilham dan satu lagi gadis cantik yang bisa ditebak mungkin calon istrinya ilham, menjawab salamku. Ternyata dia datang lebih dulu.
"Kalian sudah sampai? "Tegur mas Faris yang berjalan dibelakangku.
"Baru sampai lima menit lalu."
Aku tak menghiraukan, berlari kekamar kakek yang sudah aku hapal tempatnya. Khawatir plus kangen dengan kakek tua itu.
"Assalamualaikum kek, gimana kabar Kakek?" Sapaku melihat kakek yang berbaring di ranjang besarnya.
"Waalaikum salam eh cucu kakek datang." Jawabnya tersenyum bahagia." Kakek sudah tua nak badan kakek sudah terlalu lama dipake, minta diistirahatkan."Canda kakek.
Aku cemberut mendengar nya.
"Kalo rumah bisa direnovasi, kalo barang mungkin bisa di daur ulang, diperbarui, kalo badan? Kalo sudah tua diistirahatkan dimusiumkan dalam tanah." Sudah tua ada aja kelakarnya.Menenangkan kami yang khawatir.
Aku malah makin sedih dengarnya, tak terasa setetes air mata sudah lolos terjatuh.
"Kakek jangan bilang begitu, kakekku kan kuat."
Beliau hanya tertawa menanggapi, disusul batuk beruntunnya.
"Kakek jangan banyak tertawa . " Kata mas Faris yang ternyata sudah berdiri dibelakangku, menyodorkan minum untuk kakek, dan membantunya duduk agar nyaman minum.
"Kakek senang melihat kalian datang bareng, terlihat lebih kompak." Masih tak ingin diam,masih ingin melepas rindu dengan cucunya.
Aku malu mendengar ucapan kakek, ingin membantah tapi hanya bisa tersenyum.
"Sholat dulu, belum Dzuhur kan?" Mas Faris mengingatkan aku belum Dzuhur.
"Mas sudah?"
"Hemm." jawaban macam apa itu??
"Kek Hilya Dzuhur dulu ya, nanti kesini lagi." Pamitku
"Iya, musholla nya udah selesai lo."Kata kekek mengabarkan.
" Oh ya?" Yah terakhir aku kesini baru tiangnya aja yang berdiri. Musholla yang dibangun dekat rumah kakek yang berada diujung desa, berbatasan dengan perkebunan dan persawahan agar memudahkan para pekerja disawah untuk beribadah.
" Ya dengan senang hati Hilya akan memakainya." Ucapku senang.
Kakek hanya mengangguk tersenyum,lalu ku berjalan meninggalkannya dengan mas Faris . Mungkin butuh waktu berdua untuk kakek dan cucu itu berbicara.
.
.
bersambung...
mohon kritik sarannya kawan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Yayoek Rahayu
bagus
2021-07-10
1
Linda
0 OTW
2021-02-28
1