Sholat tarawih pertama ramai sekali, jama'ah nya penuh membanjiri masjid hingga ke ujung. Seringnya juga begitu bukan? hanya diawal penuhnya, semakin hari semakin berkurang, hingga mendekati idul Fitri gantian pusat perbelanjaan yang ramai padat oleh pembeli. Tapi semoga kita menjadi orang-orang yang bertahan selalu sholat tarawih dimasjid hingga akhir bulan.Amien.
Usai sholat aku langsung pulang, mau tilawah dirumah saja. Aku berjalan dengan bi Siti dan para ibu-ibu yang lain ,tak banyak bercerita hanya ibu-ibu yang jalan dibelakang cerita tentang menu sahur yang sudah disiapkan, ada juga yang baru direncanakan untuk dimasak esok hari.Aku sendiri tak tahu mau buat menu apa, kalo aku mah ,apa aja okey.
Aku sudah masuk rumah, mas Faris belum pulang karna pintu masih terkunci dari luar, mungkin mas Faris masih cerita dengan para lelaki dimasjid sana. Ternyata bukan cuma perempuan yang suka bergosip, para lelaki jika bertemu ternyata banyak juga yang dibicarakan , meskipun aku belum pernah menguping pembahasan para lelaki tapi nyatanya mereka lama kalo bercerita.
"Bik ,besok sahur sama apa bik?" Tanyaku saat kami sudah dalam rumah.
"Nona mau makan sama apa?" Eh ditanya malah balik nanya nie.
"Bibik belum siapinkah?" Tanyaku balik. " Kalo aku mah sama apa aja bik, yang penting ada minum air hangat."
"Ya kalo den Faris tadi pesan pengen sahur dengan sup iga non, jadi besok pagi aja masak sebelum sahur ." Jelas bibi.
"Ya udah kalo gitu bik, sup iga juga mantab tu bik, besok bangunin aku pagi ya bik ,biar bisa bantu masak siapin sahur."
"Aman tu non." Jawab bibik tersenyum sambil membersihkan piring-piring yang tadi belum sempat dicuci.
"Aku istirahat dulu bik, bibik jangan malam-malam tidurnya besok kesiangan lo." Pesanku.
Bibik hanya mengangguk mengiyakan sambil membawa piring kotor kedapur. Aku masuk kamar dan membaca Qur'an sebentar sebelum tidur, tak lupa aku kunci pintu. Pada bulan ramadhan sangat dianjurkan untuk perbanyak beribadah karna akan mendapat pahala yang berlipat, dan salah satunya membaca Alquran.
Usai membaca Alqur'an aku cuci muka dan gosok gigi bersiap untuk tidur, tak lupa ganti baju piyama untuk tidur.Baru keluar dari kamar mandi ku dengar ketukan pintu perlahan.
"Hilya." Mas Faris ternyata yang mengetuk pintu. Aku malas menjawab karna sudah mengantuk, dan yang pasti masih sebbel dengan sikapnya.
***
Pagi ini aku bangun dengan semangat . Ini adalah sahur perdana aku jauh dari ibu. Ku sempatkan untuk sholat tahajud 2 raka'at, witir sudah tadi malam. Usai sholat aku kedapur, ternyata bibi sudah ada disana dengan peralatan masaknya, bahkan kompor sudah menyala dengan panci sayur diatasnya.
"Lo kok sudah mau selesai aja bik? aku nggk dibangunin dari tadi biar bisa bantuin." Cemberut ku. Kan aku semalam sudah pesan pengen bantu masak siapin sahur.
" Tinggal bikin sambel non,"
Selalu semangat menyambut bulan puasa, bangun sahur lebih awal pukul 3 dini hari sudah mulai sahur, makan dan minum menghabiskan waktu tak lebih dari 30 menit, pukul 3:30 sudah selesai padahal subuh masih satu jam lagi, alamat ngantuk lagi ni.
Setelah makan sahur ku lihat mas faris menonton tv diruang keluarga. Aku menyusulnya, dari pada dikamar ngantuk lagi. Tak baik bukan setelah sahur tidur lagi?
"Mas." sapaku saat aku duduk disampingnya. Melihat siaran TV yang menayangkan berita bencana alam yang terjadi dibeberapa tempat.
Mas Faris hanya diam dan melihat ku sesaat, setelahnya fokus kembali pada layar TV.
"Mas aku tak akan memaksakan hubungan ini mas, jika mas tak ingin melanjutkan nya aku ikhlas." Ucapku pelan sambil ikut melihat TV. Aku malas basa-basi, takut nanti bener-bener jadi basi tak enak lagi.
Mas Faris nampak kaget dengan ucapanku.
"Maksud kamu?" Tanyanya melihatku sesaat , nampak sekali kalo dia lagi bingung. Namun hanya sesaat, raut muka itu kembali datar.
"Aku yakin mas cukup paham dengan maksudku."
"Bukankah kamu sudah berjanji sama almarhumah bunda, jika kamu tak akan meninggalkan ku?" Tanyanya yang mulai seperti biasa, tanpa ekspresi. Senyum yang kemaren sore dan semalam Teresa hangat kini sudah dingin lagi.
"Ya aku tahu itu. Tapi mas juga berhak bahagia ,hidup dengan orang yang mas cintai dan juga mencintai mas. Untuk apa kita melanjutkan hubungan yang tak sehat ini?." Rasanya lega sekali bisa membicarakan hal yang telah lama disimpan sendiri.
"Apakah kamu tak mencintaiku? bukankah janji adalah hutang?"
Kenapa jadi begini sih ? ku pikir akan mudah , dia akan dengan senang hati menyetujui tawaranku. Tapi tetap aman, dia tidak marah atau berteriak didepanku, dan memang itu belum pernah terjadi.
" Okey aku akan menepati janjiku aku akan tetap menjadi istrimu, tapi jika mas sudah menemukan orang yang benar-benar bisa membuat mas bahagia, aku izinkan mas untuk menikah lagi, bukankah lelaki boleh memiliki lebih dari satu istri? aku berjanji tak akan menuntut keadilan atau menagih hak sebagai istri. tapi,-" Aku rada ragu untuk memberi syarat untuk ini.
Ku lihat mas Faris melihatku, menunggu.
" Tapi izinkan aku pindah dari sini, aku ingin hidup ditempat kakek. Gimana pun juga aku punya perasaan , aku tak ingin sakit hati jika melihat dengan mata kepalaku suamiku bersama perempuan lain."Aku mencoba tegar, aku sudah memutuskan untuk mengizinkan mas Faris menikah lagi jika memang ada perempuan lain yang bisa membuatnya bahagia. Bukankah dijamin syurga bagi wanita yang ikhlas untuk dimadu? namun ikhlas itu tak semudah mengucapkan kata-kata nya.
"Maksud kamu apa sih? kapan aku pernah dengan perempuan lain? aku minta maaf kalo selama ini mengacuhkanmu, tapi sungguh aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi." Ucapnya pelan dengan penuh penekanan. Namun matanya sudah enggan melihatku.
"Aku minta tetaplah disini." Pintanya.
"Aku nggk bisa tetap disini,ya aku bukan menuduhmu punya perempuan lain, hanya seandainya memang mungkin perempuan itu datang aku tak melarangnya.dan kamu harus izinkan aku dirumah kakek atau kamu mau antar aku pulang kerumah ibu." Sungguh aku ingin menjalani ramadhan dengan hati tenang dan damai.
"Lagian kakek sudah mulai sering sakit, butuh seseorang untuk menjaga dan merawatnya." Ku coba memberi alasan. Padahal aku hanya ingin keluar sebentar dari rumah ini untuk berfikir dengan baik.
"Terserah . Tinggalkan saja aku sendiri disini." Ucapnya ketus, dan berjalan menaiki tangga untuk masuk ke kamarnya.
"Sebenarnya maunya apa sih? tak ingin kah dia melihatku bahagia?" Kataku pelan ,bertanya pada diri sendiri.Padahal aku hanya ingin dia bahagia.
Biarlah kami pisah sebentar untuk introspeksi diri masing-masing, dan untuk merenungkan apakah masih ada untungnya untuk mempertahankan hubungan yang selalu makan hati ini. Atau ada yang perlu diperbaiki agar kedepannya tak ada lagi yang tersakiti.
Katanya kita akan tahu pentingnya peran seseorang jika dia telah pergi bukan? seseorang akan terasa berarti jika dia telah pergi. Aku ingin tahu apakah aku ini ada artinya, atau malah dia akan bahagia karna aku tidak ada. Hanya menganggap ku sebagai benalu pengganggu.Entahlah, apapun yang akan terjadi nanti, itulah yang terbaik .
Okey aku siap-siap untuk Sholah subuh berjamaah dimasjid, biasanya kalo bulan ramadhan setelah subuh ada kultum. Atau ada tausiyah sebentar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments