Dapat Teman Baru

Kini aku sudah kembali kerumah mas Faris, menjalani rutinitas harian yang membosankan. Ya aku memilih tidak bekerja, karna dulu aku lulus dan wisuda sebulan setelah menikah. Sebulan setelah dinyatakan jadi sarjana kesehatan bunda mulai drop, dirawat dirumah sakit. Aku memutuskan untuk menjaga bunda, mas Faris malam menemani kami drumah sakit siang bekerja.Kita bertemu hanya untuk istirahat itupun dirumah sakit. Setelah lima bulan dirawat dirumah sakit, bunda meninggalkan kami untuk selamanya. Allah telah memanggilnya.

Dulu aku tak terlalu berfikir tentang keharmonisan rumah tangga ku, karna setelah menikah aku sibuk ujian, setelah itu bunda sakit. Terlalu sibuk membuatku tak menghiraukan cueknya sikap mas Faris, lagian masih masa perkenalan karna kami menikah tanpa pacaran, jadi wajar kalo belum terlalu akrab apalagi romantis.

Namun kini, saat aku mulai sering sendiri menikmati hari, tak banyak memililiki kegiatan. Dari pagi sampai siang dirumah, sore baru ke masjid untuk mengajar ngaji itupun tidaklah lama, malam dirumah lagi.

Sungguh aku mulai bosan, aku mulai berharap diperhatikan, meskipun hanya sekedar tanya tentang makan, atau mendengar cerita tentang kegiatan harian. Entah lah. Aku mulai berfikir suamiku tidak menginginkanku, apalagi mencintaiku. Terlalu acuh dan tak peduli.

Seperti hari ini. Dari pagi aku hanya membantu bi Siti membersihkan halaman, membantu mang joko memotong tanaman yang mulai rimbun tak berbentuk. Memotongnya dengan gunting,,membentuknya menjadi Serapi mungkin agar enak dipandang. Tanaman disini lumayan banyak, aku hanya merampungkan beberapa tanaman, ku lihat mang Joko sudah memangkas banyak, maklum aku kan hanya pegawai amatiran, haha.

Adzan Dzuhur berkumandang ,belum selesai semua merapikan tanamannya, aku tinggal biar dilanjutkan tukang kebun yang sudah terbiasa bekerja. Mau istirahat, capek juga ternyata bermain dengan alat pangkas tanaman.

Aku masuk untuk sholat Dzuhur dirumah. Ya aku ikut jamaah dimasjid hanya sholat asar, magrib, dan isya. Kalo Subuh dan Dzuhur lebih sering sholat dirumah saja. Sudah terbiasa begitu dari dulu, sejak bunda masih ada.

***

Adzan asar membangunkan ku dari tidur siangku, aku segera bangkit untuk membersihkan diri, mandi kilat . Sebelum sholat asar dan mengaji aku sudah terbiasa mandi, namun sekarang bangun telat. Baru selesai dengan ritual mandi, ternyata sudah terdengar suara iqomah yang tidak sekeras suara adzan.

Sholat drumah deh , nggak jadi jama'ah. Setelah sholat baru berangkat ke masjid.

"Assalamualaikum." Sapaku saat memasuki masjid. Ku lihat anak-anak sudah ramai mengelilingi seorang perempuan yang aku belum kenal siapa.

Ada yang baru kayaknya.

"Waalaikum salam."Jawab mereka serempak, sambil berhambur mendekati ku untuk berjabat tangan.

"Ustadzah ada ustadzah baru Lo." Lapor salah satu dari mereka.Aku hanya tersenyum.

Ya biasanya memang berdua.Tapi sebelumnya aku ditemani sama ustadz faiz. Dan sekarang dia pergi untuk melanjutkan menimba ilmu .

"Namanya ustadzah Hanifa." Yang lain menimpali.

"Sudah kenalan semua dengan ustadzah baru?" Tanyaku sambil duduk. Ya biasanya aku mengajari ngaji yang masih belajar iqro, yang rata-rata masih kecil , masih harus super sabar.

"Sudah -"

"Selum."

" Okey sekarang ngaji dulu, setelah ngaji kalo mau kenalan sama ustadzah Hanifa lagi boleh." Ucapku menginterupsi . "Yang biasanya sama ustadz Faiz sekarang sama ustadzah Hanifa."

"Yang sama ustdzah duduk yang rapi , maju satu per satu urut dari sebelah kanan." Eh malah lari semua ke sebelah kanan ku, semua mau maju yang pertama, malah jadi ramai sekali.

"Yuk yang duduk paling rapi maju." Mulailah pada duduk anteng ditempat masing-masing.Dan maju sesuai panggilanku.

Baru beberapa anak yang selesai membaca, sudah ramai lagi. Namanya anak-anak selalu begitu bukan? tak betah jika berdiam diri terlalu lama, dan susah untuk memaksa mereka fokus terus sepanjang belajar. Ku biarkan mereka yang sudah membaca bermain kembali, yang belum membaca masih duduk manis berharap dipanggil lebih dulu.

Selesai sudah. Ku lihat yang mengaji dengan ustdzah baru pun nampaknya telah usai.

"Oke sekarang berkumpul semua, mau dengar ustdzah cerita nggk nie???" Aku mencoba membuat mereka diam kembali.

"Horee cerita..." Sorak mereka sambil berlari berebut untuk duduk paling dekat dengan ku.

Ku lihat ustadzah yang katanya namanya Hanifa itu hanya menggelengkan kepalanya pelan, sambil tersenyum melihatku. Dia melanjutkan membaca Qur'an sendiri.

"Kemaren sampai mana ceritanya?" Tanyaku memintanya untuk mengingat kembali cerita.

"Kemaren libur dzah.." Jawab anak yang paling ujung dengan suara kerasnya. Ya memang setiap akhir pekan kami libur.

" Kemaren sampai cerita nabi Muhammad SAW dzah."Sahut yang lain.

"Kemaren sampai nabi mendapat Wahyu di gua Hira dzah."

"Lupa dzah." Begitulah kebanyakan jawaban, dan lebih banyak lagi yang diam, entah berfikir atau malas.

" Jadi kemaren sampai nabi Muhammad SAW mendapat Wahyu, dimana nabi Muhammad SAW mendapat Wahyu pertamanya?"

" Di gua Hira." Jawab beberapa anak.

"Langsung cerita aja dzah." Ada aja yang tak sabar menunggu.

"Surah apa yang pertama diwahyukan?" Aku masih memulai dengan pertanyaan tentang cerita sebelumnya.

Semua nampak diam. Tak ada yang ingat kah?

"Tak ada yang tahu surah apa? Durah al-." Semua masih diam.

" Surah al-alaq, ayat berapa?" Ku lihat satu-persatu mereka, mereka hanya diam melihatku.

"Surah al-alaq ayat 1-5,,, ada yang hafal?"

"Hafal dzah." Beberapa anak tunjuk tangan.

"Okey sebelum lanjut ceritanya kita baca bareng-bareng Wahyu pertamanya."

Semua nampak mengikuti ku membaca lima ayat surah al-'alaq itu, meskipun banyak yg belum hafal.

Setelah itu aku melanjutkan cerita tentang nabi Muhammad SAW, Wahyu yang turun setelahnya, dan perintah untuk berdakwah meskipun sembunyi-sembunyi,tentang assabiqunal awwalun atau orang-orang yang pertama masuk Islam, hingga banyaknya orang yang menentang dakwah Rasulullah. Dan juga perjuangan istrinya yang selalu setia mendampingi. Tentang kaum Quraisy yang menawarkan berbagai macam kenikmatan dunia agar rosul mau menghentikan dakwahnya.

Mereka begitu takzim mendengar aku bercerita, terkadang ikut menahan nafas ketika ku bercerita tentang beratnya perjuangan Rasulullah.

Hingga ku akhiri cerita sampai terjadinya isra' dan mi'raj, yaitu perjalanan Rosulullah dari Masjidil haram ke Masjidil Aqsha, dan naiknya Rosulullah ke Sidratul Muntaha, dan diturunkannya perintah sholat.

Ku tutup cerita dan ku akhiri pertemuan hari ini, anak-anak pada bubar dan berebut bersalaman sebelum pulang.

"Kenalkan aku Hilya." Sapaku pada ustdzah baru yang duduk dipelataran masjid. Aku ikut duduk disampingnya

"Aku Hanifah. Mbk sudah lama disini?" Tanyanya.

"Alhamdulillah. Kamu dari mana? aku belum pernah lihat."

"Aku dari Bengkulu mbk, kesini jenguk nenek."

"Jenguk nenek? cuma bentar dong disini?" Tanyaku sedih. Kiraku bakal jadi teman mengaji yang lama.

"Ntah juga mbk, nenek minta aku lanjut kuliah disini, aku sudah selesai sekolah MA, rencana mu lanjut kuliah." Jelasnya.

"Berarti bisa dong ngajar ngaji terus? kewalahan mbk kalo sendirian, ustadz yang lama juga pindah untuk lanjut kuliah." Paparku sambil tersenyum bahagia.

"InsyaAllah bisa."

Terpopuler

Comments

Wiwin Winarti

Wiwin Winarti

waw keren orang Bengkulu Rafflesia Arnoldi, bagus ceritanya, saya suka

2023-07-09

1

kuy kuy

kuy kuy

lah kota Bengkulu ku masuk novel tumbenn

2021-11-07

0

Yayoek Rahayu

Yayoek Rahayu

bagus thor....

2021-07-10

1

lihat semua
Episodes
1 Sakit Hati
2 2. Jamaah Magrib
3 3. Lamaran
4 4 OTW
5 5 Patah Hati
6 6 Bertemu Bunda
7 Makan Malam
8 Bangun Pagi
9 Waktunya Pulang
10 Kamu Menyesal Menikahiku?
11 Dapat Teman Baru
12 Kemana Mas Faris?
13 Menyambut Bulan Ramadhan
14 Apakah Aku Harus Menyerah
15 Petuah Ibu
16 Bicara Dari Hati ke Hati
17 Berpisah?
18 Kerumah Kakek
19 Benarkah Dia Sayang Aku?
20 Kakek Sakit
21 Kangen Bunda?
22 Ke Rumah Sakit
23 Apakah Dosa Cemburu Sama Suami Sendiri
24 Pernikahan Ilham
25 Kakek Kambuh lagi
26 Selamat Jalan Kakek
27 Pemakaman
28 Pulang
29 Mudik Lebaran
30 Sahur Bersama Keluarga
31 Masak-masak
32 Dia Datang?
33 Nasehat Abang
34 Sholat Berjamaah
35 Makan Bakso
36 Ketemu Intan
37 Iedul Fitri
38 Hadiah Pertama
39 Silaturahmi
40 Dirumah Nenek
41 Cerita Masa Lalu
42 Janji
43 Mas Faris Tak Sadar
44 Aktifitas Pagi
45 Jalan-Jalan
46 Pantai
47 Menginap Di Hotel
48 Marah Atau Cemburu?
49 Malam Pertama?
50 Permintaan Mas Faris
51 Mengulang
52 Pulang
53 Cinta Pertama
54 Rekreasi
55 Ada Apa Dengan Hamzah?
56 Sakit
57 Guru Ngaji Pengganti
58 Duda?
59 Hanifa Dan Hamzah
60 Hamil?
61 Kenapa Ke Kamar Mandi?
62 Masa Lalu Radit
63 Pernikahan Seminggu
64 Masak Berdua
65 Makan Siang Sendiri
66 Rencana Lamaran Hamzah
67 Menyambut Suami Pulang
68 Harapan
69 Masih Ragu
70 Tak Diajak
71 Ada Masalah Pekerjaan
72 Belajar Memasak
73 Bunga
74 Pesan Makanan
75 Penolakan
76 Positif Yang Meragukan
77 Pergi Kerumah Sakit
78 Periksa Kandungan
79 Dokter Arini
80 Poligami
81 Salam Rindu Ibu
82 Guru Terbaik
83 Ikan Gurame
84 Parfum Vs mas Faris
85 Persiapan
86 Hati Tak Bisa Dipaksa
87 Berangkat
88 Panas
89 Kebersamaan Diakhir Pekan
90 Ke Pantai
91 Oom Yusuf
92 Mempersiapkan Kebutuhan Bayi
93 Belanja
94 Persiapan Hanifa
95 Belanja Berdua
96 Baju Baru
97 Sah
98 Terpisah
99 Pasal Honeymoon
100 Liburan
101 Pulau Samosir
102 Rima
103 Rima 2
104 Berwisata
105 Takut Yang Tak Beralasan
106 Sampai Rumah
107 Rencana-Rencana
108 Bangun Malam
109 Tanda -Tanda Lahiran
110 Proses Yang Melelahkan
111 Pembukaan
112 Aydan Alzam Amani
113 Selamat Datang Aydan
114 Main Bersama
115 Rindu
116 Mandi Pagi
117 Annyversary
118 Ada Penghianat
119 Menikmati Kue
120 Siapa Afnan?
121 Abang Siapa?
122 Curhatan Afnan
123 Afnan Dan Abang Za
124 Kecewa
125 Timezone
126 Afnan Kembali Kecewa
127 Afnan Kembali Kecewa
128 Harapan Dan Kenyataan
129 Kebersamaan Yang Canggung
130 Jalan Ekstrim
131 Prediksi
132 Obat Mujarab
133 Berharap Punya Anak Banyak
134 Lelahnya Afnan
135 Kid Zaman Now
136 Waterpark
137 Kebersamaan Terakhir.
138 Butuh Penjelasan
139 Semua Mencariku?
140 Waktunya Pindah
141 Main Ke Mall
142 Jodoh Afnan
143 Sindiran Telak
144 Debat
145 Rahasia Hati
146 Keadaan Afnan
147 Sakit Afnan 1
148 Hati Hamzah
149 Sakit Afnan 2
150 Baru Calon
151 Gagal
152 Sakit kok Ngajak Begadang?
153 Salah Kamar?
154 Kecewa Lagi
155 Makan Pagi Bersama
156 Kebersamaan
157 Tempat Tinggal Baru
158 Malam Panjang
159 Lamaran
160 Lamaran 2
161 Syarat Dari Calmer
162 Pilih Rumah
163 Ijab Kabul
164 Sah
165 Resepsi
166 Mandi Berdua
167 Takdir Allah
168 Kesabaran Aydan
169 Faris Sadar (Ending)
Episodes

Updated 169 Episodes

1
Sakit Hati
2
2. Jamaah Magrib
3
3. Lamaran
4
4 OTW
5
5 Patah Hati
6
6 Bertemu Bunda
7
Makan Malam
8
Bangun Pagi
9
Waktunya Pulang
10
Kamu Menyesal Menikahiku?
11
Dapat Teman Baru
12
Kemana Mas Faris?
13
Menyambut Bulan Ramadhan
14
Apakah Aku Harus Menyerah
15
Petuah Ibu
16
Bicara Dari Hati ke Hati
17
Berpisah?
18
Kerumah Kakek
19
Benarkah Dia Sayang Aku?
20
Kakek Sakit
21
Kangen Bunda?
22
Ke Rumah Sakit
23
Apakah Dosa Cemburu Sama Suami Sendiri
24
Pernikahan Ilham
25
Kakek Kambuh lagi
26
Selamat Jalan Kakek
27
Pemakaman
28
Pulang
29
Mudik Lebaran
30
Sahur Bersama Keluarga
31
Masak-masak
32
Dia Datang?
33
Nasehat Abang
34
Sholat Berjamaah
35
Makan Bakso
36
Ketemu Intan
37
Iedul Fitri
38
Hadiah Pertama
39
Silaturahmi
40
Dirumah Nenek
41
Cerita Masa Lalu
42
Janji
43
Mas Faris Tak Sadar
44
Aktifitas Pagi
45
Jalan-Jalan
46
Pantai
47
Menginap Di Hotel
48
Marah Atau Cemburu?
49
Malam Pertama?
50
Permintaan Mas Faris
51
Mengulang
52
Pulang
53
Cinta Pertama
54
Rekreasi
55
Ada Apa Dengan Hamzah?
56
Sakit
57
Guru Ngaji Pengganti
58
Duda?
59
Hanifa Dan Hamzah
60
Hamil?
61
Kenapa Ke Kamar Mandi?
62
Masa Lalu Radit
63
Pernikahan Seminggu
64
Masak Berdua
65
Makan Siang Sendiri
66
Rencana Lamaran Hamzah
67
Menyambut Suami Pulang
68
Harapan
69
Masih Ragu
70
Tak Diajak
71
Ada Masalah Pekerjaan
72
Belajar Memasak
73
Bunga
74
Pesan Makanan
75
Penolakan
76
Positif Yang Meragukan
77
Pergi Kerumah Sakit
78
Periksa Kandungan
79
Dokter Arini
80
Poligami
81
Salam Rindu Ibu
82
Guru Terbaik
83
Ikan Gurame
84
Parfum Vs mas Faris
85
Persiapan
86
Hati Tak Bisa Dipaksa
87
Berangkat
88
Panas
89
Kebersamaan Diakhir Pekan
90
Ke Pantai
91
Oom Yusuf
92
Mempersiapkan Kebutuhan Bayi
93
Belanja
94
Persiapan Hanifa
95
Belanja Berdua
96
Baju Baru
97
Sah
98
Terpisah
99
Pasal Honeymoon
100
Liburan
101
Pulau Samosir
102
Rima
103
Rima 2
104
Berwisata
105
Takut Yang Tak Beralasan
106
Sampai Rumah
107
Rencana-Rencana
108
Bangun Malam
109
Tanda -Tanda Lahiran
110
Proses Yang Melelahkan
111
Pembukaan
112
Aydan Alzam Amani
113
Selamat Datang Aydan
114
Main Bersama
115
Rindu
116
Mandi Pagi
117
Annyversary
118
Ada Penghianat
119
Menikmati Kue
120
Siapa Afnan?
121
Abang Siapa?
122
Curhatan Afnan
123
Afnan Dan Abang Za
124
Kecewa
125
Timezone
126
Afnan Kembali Kecewa
127
Afnan Kembali Kecewa
128
Harapan Dan Kenyataan
129
Kebersamaan Yang Canggung
130
Jalan Ekstrim
131
Prediksi
132
Obat Mujarab
133
Berharap Punya Anak Banyak
134
Lelahnya Afnan
135
Kid Zaman Now
136
Waterpark
137
Kebersamaan Terakhir.
138
Butuh Penjelasan
139
Semua Mencariku?
140
Waktunya Pindah
141
Main Ke Mall
142
Jodoh Afnan
143
Sindiran Telak
144
Debat
145
Rahasia Hati
146
Keadaan Afnan
147
Sakit Afnan 1
148
Hati Hamzah
149
Sakit Afnan 2
150
Baru Calon
151
Gagal
152
Sakit kok Ngajak Begadang?
153
Salah Kamar?
154
Kecewa Lagi
155
Makan Pagi Bersama
156
Kebersamaan
157
Tempat Tinggal Baru
158
Malam Panjang
159
Lamaran
160
Lamaran 2
161
Syarat Dari Calmer
162
Pilih Rumah
163
Ijab Kabul
164
Sah
165
Resepsi
166
Mandi Berdua
167
Takdir Allah
168
Kesabaran Aydan
169
Faris Sadar (Ending)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!