Bangun Pagi

Setelah makan semua kumpul keluarga saling bercerita melepas kangen, mengingat masa-masa kecil. Aku hanya diam mendengarkan karna tak tahu harus bicara apa, juga belum kenal dengan semua yang hadir.

Hingga suara adzan isya membubarkan semua untuk kemushola sholat isya, yang punya anak kecil masuk kamar menidurkan anaknya yang sudah mulai mengantuk.

"Tidurkan dikamar sebelah kakek aja ,Din" Suruh mas Faris pada mbk Dina yang memangku anaknya yang sudah tertidur.

"La aku dimana?" Karna yang dtunjuk mas Faris adalah kamar almarhumah bunda yang biasa aku pake.

"Kemushola sholat." Berjalan meninggalkanku yang kebingungan.

Aku tahu sekarang mau kemushola sholat isya, tapi nanti malam tidur dimana? tidur dkamar kamu emang boleh?

Aku menyusulnya kemushola dengan membawa mukenah. Sedangkan kakek sudah masuk kamar untuk istirahat.

"Kakek belum tidur?" Setelah sholat aku menghampiri kakek dikamarnya. Beliau masih duduk bersandar di tempat tidur big size nya.

"Belum , Hilya sudah ngantuk?"

"Udah dikit kek, capek."

"Assalamualaikum." Mas Faris yang masuk ke kamar.

"Waalaikum salam warahmatullahi."

"Hilya kalo udah ngantuk tidur dulu aja, tapi kakek pinjem suaminya dulu ya untuk nemenin kakek bentar." Usir kakek, mungkin dia mau bicara sama cucunya tanpa diganggu. Aku jadi kepo kan apa yang mau dibicarakan.

"Iya kek. Tapi... " Aku bingung gimana bilangnya kalo kamarku dipake Joni dan istrinya,karna dia sudah berkeluarga jadi disediakan tempat, yang masih bujangan pada tidur disofa pun tak apa.Yang masih gadis tidur dirumah samping bersama anak-anak yang lain.

"Tidurlah dikamar ku." Perintah mas Faris tanpa melihatku, duduk dikasur samping kakek.

" Itu bukan kamarmu." Sahut kakek. Yang membuat kami heran , mas Faris nampak mengerutkan keningnya butuh penjelasan.

"Itu kamar kalian berdua. Emang kalian selama ini tidur terpisah?" Skakmat. nampak sekali mas Faris gugup, bingung mau jawab apa.

Aku tak mau diinterogasi lebih jauh, memilih masuk kamar mas Faris mengistirahatkan badan yang sudah capek.

Pagi hari aku bangun sebelum adzan subuh berkumandang, ku sempatkan sholat tahajud meskipun cuma 2 rakaat.Ku perhatikan mas Faris yang tidur membelakangiku , ingin ku membangunkannya untuk sholat tahajjud berjamaah . namun takut mengganggu nya, nanti malah dimarah lagi.

Akhirnya aku sholat sendiri dikamar, udara disini dingin banget.

Usai sholat aku perhatikan mas Faris yang masih tertidur dikasur samping tempatku sholat.

Apakah aku menyesal telah memilih menikah dengannya? aku ingat banget bagaimana dulu bunda Laili begitu bersemangat mempromosikan anaknya ini. Agar aku tertarik mungkin.

"Kamu tahu sayang , anak bunda itu baik ke semua orang pacaran pun cuma sekali semasa SMA, cuma sekali dia membawa pulang gadis manis itu,namanya Siska. "Ceritanya bersemangat. Saat aku sudah tinggal dirumah besar keluarganya.

Dia menepati ucapannya untuk menguliahkan aku,aku memilih jurusan pendidikan karna setiap wanita akan jadi guru bukan? meskipun hanya untuk anak-anak nya sendiri. Bahkan kini aku tidak lagi bekerja dirumah makan om Burhan. Kini aku tinggal bersama bunda,2 tahun tinggal bersamanya aku belum pernah jumpa mas Faris, katanya setiap idul Fitri pulang kerumah dan akupun juga pulang kampung,jadi tidak pernah bertemu.

"Saat itu ayahnya menasehati untuk fokus dulu belajar, dari SD dia selalu juara kelas . Dan dia paling hobi olahraga, Hilya lihat piala dan piagam berjejer di lemari itu?" Bunda bertanya sambil menunjuk almari yang banyak piala.Mataku mengikuti arah tunjuknya.

"Itu semua hasil prestasi anak bunda, banyaknya dari cabang olah raga, hanya satu yang di dapat dari olimpiade matematika se provinsi."Semua ibu selalu bangga bukan jika berbicara tentang prestasi anaknya? begitupun bunda.

"Tapi setelah mengenal pacaran semasa SMA, nilainya mulai merosot. Bahkan kenaikan kelas 3 hanya duduk di 10 besar, dan nilainya turun drastis di kelulusan." Sambungnya dengan muka sedih.

Aku mengusap bahunya perlahan menenangkan.

"Saat itu dia ditegur sama ayah untuk tidak pacaran terlebih dulu, carilah pacar kalo sudah siap menikah. Itu nasehat ayah, dan dia menuruti nasehat itu. Bahkan sekarang yang sudah mau 28tahun pun tidak pacaran apalagi menikah."

"Kalo sudah tiba waktunya jodoh pasti akan ketemu juga Bun, sejauh apapun dia terpisah." Hiburku.

"Kira-kira kalo bunda jodohkan dengan kamu ,nak Hilya mau nggk?" Tanyanya hati-hati. Bicara hati-hati aja udah membuatku kaget.

"Nikah kan bukan perkara mainan Bun, itu hal serius banget. Nikah meskipun tanpa didahului pacaran tapi tetap harus tahu bagaimana dan seperti apa pasangan kita, tak ada yang mau menikah jika hanya untuk menjemput surat cerai." Aku memberi alasan dan menjelaskan.

"Iya bunda tidak memaksa kok, dan besok kalo Faris pulang bunda kenalkan ya? siapa tahu cocok." Kayaknya bunda berharap banget ya.

"Iya bund, lagian emang mas Faris mau sama Hilya?" Tanyaku sambil cemberut.

Bunda hanya tertawa." Udah nggk usah dibahas lagi, sebenarnya bunda hanya ingin melihat Faris nikah sebelum bunda pergi." Kata bunda sedih menundukkan kepalanya.

Ya setelah dua tahun hidup bersama kini aku tahu bunda mengidap beberapa penyakit, dari asma dan tumor yang tumbuh dirahimnya. Katanya tumor itu dulu pernah dioprasi saat anaknya masih kecil , Alhamdulillah sempat sehat lama, meskipun akhirnya kumat lagi,dan tiga tahun lalu juga operasi tapi tetap belum berhasil, masih ada yang tertinggal dan menyebar lagi bahkan makin ganas.

"Bunda jangan bilang begitu. Kematian itu rahasia Allah bund, tidak ada jaminan yang sakit akan meninggal lebih dulu, bisa jadi Hilya yang sehat akan dipanggil Allah lebih dulu, sakit tidak menjadi syarat untuk meninggal bun tapi yang pasti sakit bisa mengurangi dosa Lo bund." Aku mencoba menghibur.

Setelah pembicaraan itu aku jadi sering mencari tahu tentang mas Faris, bertanya kepada para pembantu rumah tangga atau pada para tetangga jika ada kesempatan bercerita. Semua orang mengatakan mas Faris orang yang baik,sopan ,ramah ,pandai dan suka menolong sesama. *P*erfect. Hanya satu pernyataan yang tak baik.

Mas Faris pernah pakai narkoba dan direhabilitasi, dari cerita yang beredar itu karna ditinggal mati pacarnya, meninggal karna kecelakaan. Sesayang apa dia sama si Siska itu? sampai depresi dan konsumsi barang terlaknat itu? bahkan sampai sekarang dia belum dekat dengan perempuan lagi. Namun aku bisa menyimpulkan kalo mas Faris lelaki yang sangat setia.

"Kamu mikirin apa? pagi-pagi sudah melamun, pamali." Suara bangun tidur mas Faris menyadarkan ku dari lamunan, ya memang aku lagi menghadap mas Faris tapi pikiranku menerawang ke masa lalu.

" Eh mas sudah bangun ? siap-siap sana bentar lagi adzan." Jawabku gelagapan, ketahuan memperhatikan nya.

"Ngapain nggk bangunin aku dari tadi? malah memperhatikanku sambil menghayal, terpesona kah?" Ledeknya dengan senyum menyebalkan.

Aku hanya diam cemberut.Dia malah tertawa.

membuatku menyimpul senyum, senang bisa melihat mas Faris tertawa didepan aku.

"Dijaga pikiran nya jangan menghayal yang tidak-tidak" Imbuhnya sambil berlalu ke kamar mandi.

"Apa sih mas." Teriakku marah dituduh menghayal yang tidak-tidak.

*E*mang aku menghayal apa?

Episodes
1 Sakit Hati
2 2. Jamaah Magrib
3 3. Lamaran
4 4 OTW
5 5 Patah Hati
6 6 Bertemu Bunda
7 Makan Malam
8 Bangun Pagi
9 Waktunya Pulang
10 Kamu Menyesal Menikahiku?
11 Dapat Teman Baru
12 Kemana Mas Faris?
13 Menyambut Bulan Ramadhan
14 Apakah Aku Harus Menyerah
15 Petuah Ibu
16 Bicara Dari Hati ke Hati
17 Berpisah?
18 Kerumah Kakek
19 Benarkah Dia Sayang Aku?
20 Kakek Sakit
21 Kangen Bunda?
22 Ke Rumah Sakit
23 Apakah Dosa Cemburu Sama Suami Sendiri
24 Pernikahan Ilham
25 Kakek Kambuh lagi
26 Selamat Jalan Kakek
27 Pemakaman
28 Pulang
29 Mudik Lebaran
30 Sahur Bersama Keluarga
31 Masak-masak
32 Dia Datang?
33 Nasehat Abang
34 Sholat Berjamaah
35 Makan Bakso
36 Ketemu Intan
37 Iedul Fitri
38 Hadiah Pertama
39 Silaturahmi
40 Dirumah Nenek
41 Cerita Masa Lalu
42 Janji
43 Mas Faris Tak Sadar
44 Aktifitas Pagi
45 Jalan-Jalan
46 Pantai
47 Menginap Di Hotel
48 Marah Atau Cemburu?
49 Malam Pertama?
50 Permintaan Mas Faris
51 Mengulang
52 Pulang
53 Cinta Pertama
54 Rekreasi
55 Ada Apa Dengan Hamzah?
56 Sakit
57 Guru Ngaji Pengganti
58 Duda?
59 Hanifa Dan Hamzah
60 Hamil?
61 Kenapa Ke Kamar Mandi?
62 Masa Lalu Radit
63 Pernikahan Seminggu
64 Masak Berdua
65 Makan Siang Sendiri
66 Rencana Lamaran Hamzah
67 Menyambut Suami Pulang
68 Harapan
69 Masih Ragu
70 Tak Diajak
71 Ada Masalah Pekerjaan
72 Belajar Memasak
73 Bunga
74 Pesan Makanan
75 Penolakan
76 Positif Yang Meragukan
77 Pergi Kerumah Sakit
78 Periksa Kandungan
79 Dokter Arini
80 Poligami
81 Salam Rindu Ibu
82 Guru Terbaik
83 Ikan Gurame
84 Parfum Vs mas Faris
85 Persiapan
86 Hati Tak Bisa Dipaksa
87 Berangkat
88 Panas
89 Kebersamaan Diakhir Pekan
90 Ke Pantai
91 Oom Yusuf
92 Mempersiapkan Kebutuhan Bayi
93 Belanja
94 Persiapan Hanifa
95 Belanja Berdua
96 Baju Baru
97 Sah
98 Terpisah
99 Pasal Honeymoon
100 Liburan
101 Pulau Samosir
102 Rima
103 Rima 2
104 Berwisata
105 Takut Yang Tak Beralasan
106 Sampai Rumah
107 Rencana-Rencana
108 Bangun Malam
109 Tanda -Tanda Lahiran
110 Proses Yang Melelahkan
111 Pembukaan
112 Aydan Alzam Amani
113 Selamat Datang Aydan
114 Main Bersama
115 Rindu
116 Mandi Pagi
117 Annyversary
118 Ada Penghianat
119 Menikmati Kue
120 Siapa Afnan?
121 Abang Siapa?
122 Curhatan Afnan
123 Afnan Dan Abang Za
124 Kecewa
125 Timezone
126 Afnan Kembali Kecewa
127 Afnan Kembali Kecewa
128 Harapan Dan Kenyataan
129 Kebersamaan Yang Canggung
130 Jalan Ekstrim
131 Prediksi
132 Obat Mujarab
133 Berharap Punya Anak Banyak
134 Lelahnya Afnan
135 Kid Zaman Now
136 Waterpark
137 Kebersamaan Terakhir.
138 Butuh Penjelasan
139 Semua Mencariku?
140 Waktunya Pindah
141 Main Ke Mall
142 Jodoh Afnan
143 Sindiran Telak
144 Debat
145 Rahasia Hati
146 Keadaan Afnan
147 Sakit Afnan 1
148 Hati Hamzah
149 Sakit Afnan 2
150 Baru Calon
151 Gagal
152 Sakit kok Ngajak Begadang?
153 Salah Kamar?
154 Kecewa Lagi
155 Makan Pagi Bersama
156 Kebersamaan
157 Tempat Tinggal Baru
158 Malam Panjang
159 Lamaran
160 Lamaran 2
161 Syarat Dari Calmer
162 Pilih Rumah
163 Ijab Kabul
164 Sah
165 Resepsi
166 Mandi Berdua
167 Takdir Allah
168 Kesabaran Aydan
169 Faris Sadar (Ending)
Episodes

Updated 169 Episodes

1
Sakit Hati
2
2. Jamaah Magrib
3
3. Lamaran
4
4 OTW
5
5 Patah Hati
6
6 Bertemu Bunda
7
Makan Malam
8
Bangun Pagi
9
Waktunya Pulang
10
Kamu Menyesal Menikahiku?
11
Dapat Teman Baru
12
Kemana Mas Faris?
13
Menyambut Bulan Ramadhan
14
Apakah Aku Harus Menyerah
15
Petuah Ibu
16
Bicara Dari Hati ke Hati
17
Berpisah?
18
Kerumah Kakek
19
Benarkah Dia Sayang Aku?
20
Kakek Sakit
21
Kangen Bunda?
22
Ke Rumah Sakit
23
Apakah Dosa Cemburu Sama Suami Sendiri
24
Pernikahan Ilham
25
Kakek Kambuh lagi
26
Selamat Jalan Kakek
27
Pemakaman
28
Pulang
29
Mudik Lebaran
30
Sahur Bersama Keluarga
31
Masak-masak
32
Dia Datang?
33
Nasehat Abang
34
Sholat Berjamaah
35
Makan Bakso
36
Ketemu Intan
37
Iedul Fitri
38
Hadiah Pertama
39
Silaturahmi
40
Dirumah Nenek
41
Cerita Masa Lalu
42
Janji
43
Mas Faris Tak Sadar
44
Aktifitas Pagi
45
Jalan-Jalan
46
Pantai
47
Menginap Di Hotel
48
Marah Atau Cemburu?
49
Malam Pertama?
50
Permintaan Mas Faris
51
Mengulang
52
Pulang
53
Cinta Pertama
54
Rekreasi
55
Ada Apa Dengan Hamzah?
56
Sakit
57
Guru Ngaji Pengganti
58
Duda?
59
Hanifa Dan Hamzah
60
Hamil?
61
Kenapa Ke Kamar Mandi?
62
Masa Lalu Radit
63
Pernikahan Seminggu
64
Masak Berdua
65
Makan Siang Sendiri
66
Rencana Lamaran Hamzah
67
Menyambut Suami Pulang
68
Harapan
69
Masih Ragu
70
Tak Diajak
71
Ada Masalah Pekerjaan
72
Belajar Memasak
73
Bunga
74
Pesan Makanan
75
Penolakan
76
Positif Yang Meragukan
77
Pergi Kerumah Sakit
78
Periksa Kandungan
79
Dokter Arini
80
Poligami
81
Salam Rindu Ibu
82
Guru Terbaik
83
Ikan Gurame
84
Parfum Vs mas Faris
85
Persiapan
86
Hati Tak Bisa Dipaksa
87
Berangkat
88
Panas
89
Kebersamaan Diakhir Pekan
90
Ke Pantai
91
Oom Yusuf
92
Mempersiapkan Kebutuhan Bayi
93
Belanja
94
Persiapan Hanifa
95
Belanja Berdua
96
Baju Baru
97
Sah
98
Terpisah
99
Pasal Honeymoon
100
Liburan
101
Pulau Samosir
102
Rima
103
Rima 2
104
Berwisata
105
Takut Yang Tak Beralasan
106
Sampai Rumah
107
Rencana-Rencana
108
Bangun Malam
109
Tanda -Tanda Lahiran
110
Proses Yang Melelahkan
111
Pembukaan
112
Aydan Alzam Amani
113
Selamat Datang Aydan
114
Main Bersama
115
Rindu
116
Mandi Pagi
117
Annyversary
118
Ada Penghianat
119
Menikmati Kue
120
Siapa Afnan?
121
Abang Siapa?
122
Curhatan Afnan
123
Afnan Dan Abang Za
124
Kecewa
125
Timezone
126
Afnan Kembali Kecewa
127
Afnan Kembali Kecewa
128
Harapan Dan Kenyataan
129
Kebersamaan Yang Canggung
130
Jalan Ekstrim
131
Prediksi
132
Obat Mujarab
133
Berharap Punya Anak Banyak
134
Lelahnya Afnan
135
Kid Zaman Now
136
Waterpark
137
Kebersamaan Terakhir.
138
Butuh Penjelasan
139
Semua Mencariku?
140
Waktunya Pindah
141
Main Ke Mall
142
Jodoh Afnan
143
Sindiran Telak
144
Debat
145
Rahasia Hati
146
Keadaan Afnan
147
Sakit Afnan 1
148
Hati Hamzah
149
Sakit Afnan 2
150
Baru Calon
151
Gagal
152
Sakit kok Ngajak Begadang?
153
Salah Kamar?
154
Kecewa Lagi
155
Makan Pagi Bersama
156
Kebersamaan
157
Tempat Tinggal Baru
158
Malam Panjang
159
Lamaran
160
Lamaran 2
161
Syarat Dari Calmer
162
Pilih Rumah
163
Ijab Kabul
164
Sah
165
Resepsi
166
Mandi Berdua
167
Takdir Allah
168
Kesabaran Aydan
169
Faris Sadar (Ending)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!