Kamu Menyesal Menikahiku?

Aku hanya duduk dipinggiran sungai menikmati sejuknya suasana, dengan kaki ku turunkan memainkan air.

"Mas ngajak aku kesini untuk apa?" Tanyaku yang melihat mas Faris hanya duduk disampingku dengan kaki menyila, malas basah.

"Melihat air." Jawabnya singkat dengan matanya yang tak lepas dari hp.

"Nggk salah tuh." Kataku mencibir.

"Maksudnya?" Tanyanya mengalihkan pandangan dari hp, melihatku sebentar.

" Nyatanya tu lihat hp, nggk menikmati pemandangan dan airnya."Jawabku. " Ada apanya to dihp? menarik sekali kayaknya".

Dia hanya diam menatapku, memasukkan hp kesakunya.

"Kenapa ? ada yang aneh dengan aku?" Tanyaku heran. Nggk biasanya dia memperhatikanku begitu.

" Ada , kamu tu aneh." Jawabnya sambil tertawa pelan.

" Apa yang aneh?" Aku menunduk melihat bayanganku diair, tak ada yang aneh.

"Kamu tu aneh, masa cemburu sama hp,benda mati dia." Mas Faris mengalihkan pandangannya pada pohon sawit yang berjajar rapi.

"Cemburu itu apa toh?" Aku bertanya. Melihatnya yang masih memperhatikan burung-burung yang hinggap di ranting pohon.

"Cemburu itu rasa tak terima,tak suka ketika melihat orang yang kita sayang lebih perhatian sama yang lain. Dan yang lain itu kan tak harus seorang perempuan atau selingkuhan, kepada benda atau makhuk lain ,binatang peliharaan misalnya itu kan juga rasa cemburu. Sakit hati juga kalo melihat pasangan kita lebih memilih sibuk dengan hp dari pada istrinya yang nyatanya ada disampingnya."Lanjutku.

Dia hanya menghembuskan nafasnya kasar, tak menyahuti ucapanku.

" Mas apakah aku boleh bertanya?" Ingin sekali aku menanyakan kelanjutan hubungan ini.

"Apa?"

"Mas kenapa dulu setuju untuk menikah denganku?" Tanyaku hati-hati.

"Kenapa? kamu menyesal menikah denganku?" Tanyanya balik dengan suara rendah.

" Aku tak tahu. Aku hanya ingin tahu apa alasanmu, agar aku bisa mengambil sikap, tidak terlalu berharap mungkin?." Kapan lagi coba aku bisa bicara kalo tidak sekarang?.

" Kamu ingin tahu alasan yang serius atau bercanda?" Malah menjawab pertanyaan dengan pertanyaan.

"Yang serius?." Aku menghadapnya menunggu jawaban.

"Yang serius? karna umurku sudah tua." Jawabnya tanpa beban ,santai sekali bicaranya.

Males banget aku dengarnya. lagian umur 30tahun nggk tua amat lah untuk laki-laki.

" Kalo yang bercanda?" Tanyaku lagi.

"Karna permintaan bunda, kamu tahu kan bunda sering sakit-sakitan?bunda ingin melihatku menikah sebelum pergi." Dengan wajah yang masih datar .

" Jadi kamu terpaksa menikah denganku?" Sedih sekali bukan?

Bukankah menikah itu menyempurnakan separuh agama? tapi bagaimana ketika melakukannya dengan terpaksa? hukum menikah itu bermacam-macam bukan? tergantung yang melakukannya. Bisa menjadi wajib,Sunnah ,mubah ,bahkan haram. Bagaimana jika dalam kasus ini?. Entahlah, aku belum mempelajarinya.

"Aku tidak pernah terpaksa menikahimu." Jawabnya masih dengan suara yang biasa aja, tanpa rasa bersalah apalagi menyesal.

" Trus kenapa kamu mengacuhkan aku? mengabaikan ku? menelantarkan ku?." Suaraku mulai meninggi emosi. Dia masih tak terganggu dengan nada suaraku.Gemes banget rasanya, pengen ku cubit tu mulut.

Sebenarnya masih banyak yang ingin aku katakan tapi ini ditempat umum, aku tak mau jadi perhatian pengunjung yang lain. Hanya air mata yang meskipun tak ku izinkan tetap aja menerobos keluar,menetes di pipiku. ku hapus air mata, ku pejamkan mata dan menormalkan kembali emosiku ,agar air mata tak menetes lagi.

"Aku tak menelantarkan kamu, aku masih memberi mu nafkah uang yang

banyak, tempat tinggal yang nyaman, makanan yang sehat." Masih dengan nada suara yang sama, mata menatap kedepan melihat pepohonan.

Haruskah aku jelaskan apa aja kewajiban suami? apakah harus aku beberkan apa aja hak seorang istri? apakah suami hanya bertanggung jawab atas nafkah lahir saja? bukankan tanggung jawab nya adalah memberi rasa aman? bukan hanya rumah yang nyaman?.Tak cukup dengan uang yang banyak, tapi juga ketenangan dan perlakuan yang layak. Bukan hanya memberi makanan yang nikmat,tapi lebih pada nikmatnya saat makan. Bukankah suami maupun istri memiliki hak dan kewajibannya masing-masing? bukankah suami itu imam? yang akan ikut bertanggung jawab akan Makmun nya?.

" Apakah kamu dekat Sama seorang perempuan? maksud aku apakah kamu punya perempuan yang kamu inginkan untuk menjadi seorang istri ?"Suaraku mulai terdengar bergetar menahan sesak.

Belum sempat mas Faris menjawab , hp ku bergetar tanda ada panggilan masuk. Kulihat ada nama ibu disana.

"Assalamualaikum ,Bu." Sapaku.

"Waalaikum salam ndok, gimana kabarnya?"

"Alhamdulillah kami sehat semua, Bu." Ku coba bicara seceria mungkin. Agar ibu selalu berfikir kalau aku bahagia,aku tak ingin ibu yang jauh disana cemas karna memikirkan aku.

" Ibu dan bapak gimana kabarnya?"

"Alhamdulillah sehat juga. Kemaren baru selesai panen padi Alhamdulillah hasil melimpah nak."Suara ibu selalu terdengar menyenangkan.

"Alhamdulillah, Bu.Jangn lupa zakatnya Bu." Aku mengingatkan, karna hukum zakat mall itu wajib.

" Sudah diurus sama ayahmu."

"Ya Alhamdulillah kalo begitu."

"Kamu dimana to ndok? kok rame?" Tanya ibu , karna biasanya kalo telpon dirumah selalu sepi, hanya suaraku yang terdengar.

" Aku lagi main sama mas Faris Bu, liburan."Masih selalu menjaga suara agar terdengar ceria.

"Liburan kemana?"

" Dekat-dekat sini aja Bu, maklum mas Faris sibuk jadi nggk bisa liburan jauh." Mas Faris yang aku sebut namanya hanya diam melihatku sekilas.

"La romadhon nanti kesini nggk? nggk kangen sama ibu to?"

*K*angen banget Bu, tapi mas Faris mau nggk ya aku ajak liburan kesana? atau aku kesana sendiri? tapi aku tak mau ibu menanyaiku macam-macam jika aku pulang kampung sendirian.

"Maaf Bu, kayaknya Hilya ramadhan ini belum bisa pulang." aku diam sejenak, ku lirik mas Faris yang masih diam tak acuh." Aku nggk bisa janji,tapi aku usahakan deh nanti ,Bu." Lanjutku, tak ingin membuat ibu kecewa.

" Iya usahakanlah. Abangmu tadi telpon katanya mau pulang juga sebelum idul Fitri." Ibu memberi kabar, pasti bahagia kan idul Fitri kumpul keluarga?

" Ayah dimana Bu?" Ku coba mengalihkan pembahasan.

" Masih tidur siang, mau bicara ? biar ibu bangunkan."Terdengar suara langkah kaki,ibu nampaknya mulai berjalan kekamar.

" Tak usah Bu, takut mengganggu." Larangku untuk membangunkan ayah."Salam aja Bu, salam kangen."

"Iya nanti ibu sampaikan. La suamimu mana? nggk ada suaranya ,katanya lagi liburan bareng?"

"Mas Faris ada disini Bu dsamping Hilya, ibu mau ngomong sama mas Faris?" Tawarku. Siapa tahu ada yang ingin disampaikan.

"Nggk usah, ya udah ibu tutup dulu telponnya. Maaf malah ganggu waktu berdua nya."

"Ibu bicara apa sih, ibu tak pernah mengganggu ,aku malah senang ibu telpon. "

"Ya udah assalamualaikum."

"Waalaikum salam." Hp tampak menyala kembali ke layar awal ,tanda sambungan telpon telah terputus.

"Udah sore Ris yuk pulang, takutnya nanti kemalaman." Suara Joni yang sudah selesai main air bahkan sudah ganti baju.

"Ayuk" Aku dan mas Faris berdiri untuk pulang. Ini mah cuma nemanin Joni dan keluarga liburan.

Terpopuler

Comments

Susi Kurniawan

Susi Kurniawan

ne authornya dri mana kok tau pandayangan

2021-03-23

2

Muhammad Arka Arka

Muhammad Arka Arka

bagus novel nya kenapa yang like sedikit pada kemana ini teh

2021-02-27

2

lihat semua
Episodes
1 Sakit Hati
2 2. Jamaah Magrib
3 3. Lamaran
4 4 OTW
5 5 Patah Hati
6 6 Bertemu Bunda
7 Makan Malam
8 Bangun Pagi
9 Waktunya Pulang
10 Kamu Menyesal Menikahiku?
11 Dapat Teman Baru
12 Kemana Mas Faris?
13 Menyambut Bulan Ramadhan
14 Apakah Aku Harus Menyerah
15 Petuah Ibu
16 Bicara Dari Hati ke Hati
17 Berpisah?
18 Kerumah Kakek
19 Benarkah Dia Sayang Aku?
20 Kakek Sakit
21 Kangen Bunda?
22 Ke Rumah Sakit
23 Apakah Dosa Cemburu Sama Suami Sendiri
24 Pernikahan Ilham
25 Kakek Kambuh lagi
26 Selamat Jalan Kakek
27 Pemakaman
28 Pulang
29 Mudik Lebaran
30 Sahur Bersama Keluarga
31 Masak-masak
32 Dia Datang?
33 Nasehat Abang
34 Sholat Berjamaah
35 Makan Bakso
36 Ketemu Intan
37 Iedul Fitri
38 Hadiah Pertama
39 Silaturahmi
40 Dirumah Nenek
41 Cerita Masa Lalu
42 Janji
43 Mas Faris Tak Sadar
44 Aktifitas Pagi
45 Jalan-Jalan
46 Pantai
47 Menginap Di Hotel
48 Marah Atau Cemburu?
49 Malam Pertama?
50 Permintaan Mas Faris
51 Mengulang
52 Pulang
53 Cinta Pertama
54 Rekreasi
55 Ada Apa Dengan Hamzah?
56 Sakit
57 Guru Ngaji Pengganti
58 Duda?
59 Hanifa Dan Hamzah
60 Hamil?
61 Kenapa Ke Kamar Mandi?
62 Masa Lalu Radit
63 Pernikahan Seminggu
64 Masak Berdua
65 Makan Siang Sendiri
66 Rencana Lamaran Hamzah
67 Menyambut Suami Pulang
68 Harapan
69 Masih Ragu
70 Tak Diajak
71 Ada Masalah Pekerjaan
72 Belajar Memasak
73 Bunga
74 Pesan Makanan
75 Penolakan
76 Positif Yang Meragukan
77 Pergi Kerumah Sakit
78 Periksa Kandungan
79 Dokter Arini
80 Poligami
81 Salam Rindu Ibu
82 Guru Terbaik
83 Ikan Gurame
84 Parfum Vs mas Faris
85 Persiapan
86 Hati Tak Bisa Dipaksa
87 Berangkat
88 Panas
89 Kebersamaan Diakhir Pekan
90 Ke Pantai
91 Oom Yusuf
92 Mempersiapkan Kebutuhan Bayi
93 Belanja
94 Persiapan Hanifa
95 Belanja Berdua
96 Baju Baru
97 Sah
98 Terpisah
99 Pasal Honeymoon
100 Liburan
101 Pulau Samosir
102 Rima
103 Rima 2
104 Berwisata
105 Takut Yang Tak Beralasan
106 Sampai Rumah
107 Rencana-Rencana
108 Bangun Malam
109 Tanda -Tanda Lahiran
110 Proses Yang Melelahkan
111 Pembukaan
112 Aydan Alzam Amani
113 Selamat Datang Aydan
114 Main Bersama
115 Rindu
116 Mandi Pagi
117 Annyversary
118 Ada Penghianat
119 Menikmati Kue
120 Siapa Afnan?
121 Abang Siapa?
122 Curhatan Afnan
123 Afnan Dan Abang Za
124 Kecewa
125 Timezone
126 Afnan Kembali Kecewa
127 Afnan Kembali Kecewa
128 Harapan Dan Kenyataan
129 Kebersamaan Yang Canggung
130 Jalan Ekstrim
131 Prediksi
132 Obat Mujarab
133 Berharap Punya Anak Banyak
134 Lelahnya Afnan
135 Kid Zaman Now
136 Waterpark
137 Kebersamaan Terakhir.
138 Butuh Penjelasan
139 Semua Mencariku?
140 Waktunya Pindah
141 Main Ke Mall
142 Jodoh Afnan
143 Sindiran Telak
144 Debat
145 Rahasia Hati
146 Keadaan Afnan
147 Sakit Afnan 1
148 Hati Hamzah
149 Sakit Afnan 2
150 Baru Calon
151 Gagal
152 Sakit kok Ngajak Begadang?
153 Salah Kamar?
154 Kecewa Lagi
155 Makan Pagi Bersama
156 Kebersamaan
157 Tempat Tinggal Baru
158 Malam Panjang
159 Lamaran
160 Lamaran 2
161 Syarat Dari Calmer
162 Pilih Rumah
163 Ijab Kabul
164 Sah
165 Resepsi
166 Mandi Berdua
167 Takdir Allah
168 Kesabaran Aydan
169 Faris Sadar (Ending)
Episodes

Updated 169 Episodes

1
Sakit Hati
2
2. Jamaah Magrib
3
3. Lamaran
4
4 OTW
5
5 Patah Hati
6
6 Bertemu Bunda
7
Makan Malam
8
Bangun Pagi
9
Waktunya Pulang
10
Kamu Menyesal Menikahiku?
11
Dapat Teman Baru
12
Kemana Mas Faris?
13
Menyambut Bulan Ramadhan
14
Apakah Aku Harus Menyerah
15
Petuah Ibu
16
Bicara Dari Hati ke Hati
17
Berpisah?
18
Kerumah Kakek
19
Benarkah Dia Sayang Aku?
20
Kakek Sakit
21
Kangen Bunda?
22
Ke Rumah Sakit
23
Apakah Dosa Cemburu Sama Suami Sendiri
24
Pernikahan Ilham
25
Kakek Kambuh lagi
26
Selamat Jalan Kakek
27
Pemakaman
28
Pulang
29
Mudik Lebaran
30
Sahur Bersama Keluarga
31
Masak-masak
32
Dia Datang?
33
Nasehat Abang
34
Sholat Berjamaah
35
Makan Bakso
36
Ketemu Intan
37
Iedul Fitri
38
Hadiah Pertama
39
Silaturahmi
40
Dirumah Nenek
41
Cerita Masa Lalu
42
Janji
43
Mas Faris Tak Sadar
44
Aktifitas Pagi
45
Jalan-Jalan
46
Pantai
47
Menginap Di Hotel
48
Marah Atau Cemburu?
49
Malam Pertama?
50
Permintaan Mas Faris
51
Mengulang
52
Pulang
53
Cinta Pertama
54
Rekreasi
55
Ada Apa Dengan Hamzah?
56
Sakit
57
Guru Ngaji Pengganti
58
Duda?
59
Hanifa Dan Hamzah
60
Hamil?
61
Kenapa Ke Kamar Mandi?
62
Masa Lalu Radit
63
Pernikahan Seminggu
64
Masak Berdua
65
Makan Siang Sendiri
66
Rencana Lamaran Hamzah
67
Menyambut Suami Pulang
68
Harapan
69
Masih Ragu
70
Tak Diajak
71
Ada Masalah Pekerjaan
72
Belajar Memasak
73
Bunga
74
Pesan Makanan
75
Penolakan
76
Positif Yang Meragukan
77
Pergi Kerumah Sakit
78
Periksa Kandungan
79
Dokter Arini
80
Poligami
81
Salam Rindu Ibu
82
Guru Terbaik
83
Ikan Gurame
84
Parfum Vs mas Faris
85
Persiapan
86
Hati Tak Bisa Dipaksa
87
Berangkat
88
Panas
89
Kebersamaan Diakhir Pekan
90
Ke Pantai
91
Oom Yusuf
92
Mempersiapkan Kebutuhan Bayi
93
Belanja
94
Persiapan Hanifa
95
Belanja Berdua
96
Baju Baru
97
Sah
98
Terpisah
99
Pasal Honeymoon
100
Liburan
101
Pulau Samosir
102
Rima
103
Rima 2
104
Berwisata
105
Takut Yang Tak Beralasan
106
Sampai Rumah
107
Rencana-Rencana
108
Bangun Malam
109
Tanda -Tanda Lahiran
110
Proses Yang Melelahkan
111
Pembukaan
112
Aydan Alzam Amani
113
Selamat Datang Aydan
114
Main Bersama
115
Rindu
116
Mandi Pagi
117
Annyversary
118
Ada Penghianat
119
Menikmati Kue
120
Siapa Afnan?
121
Abang Siapa?
122
Curhatan Afnan
123
Afnan Dan Abang Za
124
Kecewa
125
Timezone
126
Afnan Kembali Kecewa
127
Afnan Kembali Kecewa
128
Harapan Dan Kenyataan
129
Kebersamaan Yang Canggung
130
Jalan Ekstrim
131
Prediksi
132
Obat Mujarab
133
Berharap Punya Anak Banyak
134
Lelahnya Afnan
135
Kid Zaman Now
136
Waterpark
137
Kebersamaan Terakhir.
138
Butuh Penjelasan
139
Semua Mencariku?
140
Waktunya Pindah
141
Main Ke Mall
142
Jodoh Afnan
143
Sindiran Telak
144
Debat
145
Rahasia Hati
146
Keadaan Afnan
147
Sakit Afnan 1
148
Hati Hamzah
149
Sakit Afnan 2
150
Baru Calon
151
Gagal
152
Sakit kok Ngajak Begadang?
153
Salah Kamar?
154
Kecewa Lagi
155
Makan Pagi Bersama
156
Kebersamaan
157
Tempat Tinggal Baru
158
Malam Panjang
159
Lamaran
160
Lamaran 2
161
Syarat Dari Calmer
162
Pilih Rumah
163
Ijab Kabul
164
Sah
165
Resepsi
166
Mandi Berdua
167
Takdir Allah
168
Kesabaran Aydan
169
Faris Sadar (Ending)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!