6 Bertemu Bunda

Adzan asar terdengar mengudara menyadarkan ku dari lamunan masa lalu, tentang cinta pertamaku yang bertepuk sebelah tangan.

Aku belum juga beranjak, masih ingin menikmati pemandangan, dan memperhatikan burung yang sesekali hinggap, dan mengusirnya.

"Kamu nggk mau sholat asar?" Suara yang familiar mengagetkanku. Ku lihat mas Faris sudah rapi menggunakan baju Koko .

"Mas sudah sholat?" Tanyaku sambil menghampirinya yang berdiri tak jauh dariku.

"Sudah berjamaah di musholla, aku mau ziarah ke makam."Berlalu cepat meninggalkanku.

Ya makam ayah dan bunda ada desa ini, didekat makam nenek.

"Aku ikut." Aku bergegas berlari menyusulnya.

"Kelamaan ,kamu belum sholat. Ziarah sendiri aja."Jawabnya ketus.

"Bukankah bunda lebih senang jika kita ziarah bersama?." Bujukku. Aku tak ingin jalan sendirian ke makam, meskipun tak jauh.

"Kalo itu kamu yang senang." Ucap mas Faris dengan senyum mengejeknya.

Memang dia tak berniat dekat denganku. Ziarah aja sendiri-sendiri.

Ku lihat mas Faris sudah berjalan menuju jalan utama,dia memilih jalan kaki. Makam tak jauh dari sini 15 menit jika berjalan kaki sudah sampai, sekalian untuk jalan-jalan sore.

Aku berjalan ke rumah dengan menghentakkan kaki kasar. Sebbal . Bergegas mandi, ganti baju sholat dan tak lupa membawa buku doa untuk ku baca nanti. Tak butuh waktu lama, semua kulakukan serba kilat.Berharap aku sampai sana mas Faris belum pergi.

Aku keluar rumah sendirian ku lihat dihalaman banyak sekali orang berkumpul, kakek juga ada disana, rombongan kami tadi dan beberapa anak angkat kakek.

Aku berlalu tidak menyapa atau pamit dengan mereka. Berjalan cepat menyusul mas Faris di makam. Berjalan sendirian dijalanan desa yang sepi, hanya sesekali lewat orang yang pulang dari sawah dan kebun, karna waktu sudah sore.

Aku memasuki area pemakaman, ku lihat mas Faris berdiri bersiap untuk kembali. *T*ernyata aku telat. Aku mendekati makam keluarga yang berjejer 3.

Ku lihat mas Faris berbalik hendak pulang, matanya sembab, mungkin dia tadi menangis.

"Mas nggk mau nunggu aku?" Aku mencoba mencegahnya pulang duluan.

Dia hanya berhenti sejenak tanpa menoleh, kemudian melanjutkan jalannya lagi. Bagaikan ngomong sama robot gagal program tau.

Aku duduk disamping nisan bunda, membaca alfatihah dan juga doa, doa untuk ketiga almarhum. Meskipun aku hanya pernah ketemu bunda, tak diberi waktu untuk berjumpa dengan ayah dan nenek.

"Bunda Hilya kangen bunda. Hilya ingin banget cerita banyak hal sama bunda."

Aku masih ingat saat pertama kali bertemu dengan bunda.

Saat aku patah hati dengan ustadz kampung aku memutuskan untuk pergi merantau. Tak sanggup jika melanjutkan mengajar di MDA, setiap hari bertemu dengan orang yang kita cintai, tetapi tidak bisa kita miliki.

Sakit hati memang melihat orang yang kita cintai hidup bahagia dengan orang lain, tapi lebih sakit lagi kalo melihat orang yang kita cintai tak bahagia hidup bersama kita.

Aku merantau ke Sumatra utara dengan paman, paman yang asli orang sini meskipun sekarang menetap di Sumatra barat. Dikenalkan dengan kakaknya paman yang bernama Burhan yang memiliki rumah makan. Akhirnya aku tinggal disini dan bekerja dirumah makan om Burhan, dan tinggal di kostan khusus perempuan.Karna aku menolak tinggal dirumah om Burhan yang anaknya 4 lelaki semua.

Tak bisa ku mendapatkan pekerjaan yang lebih baik hanya bermodalkan ijazah MA. Bekerja disini pun karna keluarga paman.

Sebulan aku bekerja di rumah makan, semua berjalan normal, akupun bisa melupakan tentang patah hati ku, mulai menyibukkan dengan kegiatan, dan ternyata disini banyak juga non muslim, tapi Alhamdulillah aku tinggal dilingkungan Islam.

Hingga suatu Sore saat aku mengantar makanan ada keributan di tempat kasir.Aku mendekat bertanya.

" Ada apa om?" Tanyaku pada tukang kasir yang memang sudah berumur.

"Ini ada ibu-ibu makan nggk mau bayar, alasan dompet hilang lah kecopetan lah, basi tau nggk alasannya."Kamu tahu bagaimana kerasnya cara bicara orang sini? aku aja takut dengarnya, bagai dibentak .

"Maaf dek , beneran dompetku hilang ,tadi aku bawa." Jelas ibu itu dengan wajah pucat. Aku lihat dia jujur dan kasian lihat mukanya yang pucat dengan

nafas berat.

"Hallah gaya aja sok kaya tapi uang tak punya." Balas sang kasir sengit.

Akhirnya aku membayarkannya ,dan aku mengajaknya keluar. Hari mulai gelap waktu kerjaku sudah habis bertukar dengan pekerja shift malam.

Aku mengajaknya singgah kemushola samping rumah makan ,karna sudah masuk waktu magrib dan ku lihat ibu ini juga berhijab modis, pasti muslim kan?

"Namaku Hilya." Aku mencoba bicara pada ibu itu memperkenalkan diri usai kami menunaikan ibadah magrib.

Ku lihat tadi dia meminum obat dan menyemprot sesuatu ke mulutnya, mungkin dia sakit. Namun wajahnya kini lebih segar dari yang tadi.

"Nak Hilya maaf ya sudah merepotkan mu, lain kali aku ganti uangnya."Ucapnya minta maaf.

"Udah tak apa buk, anggap aja salam perkenalan." Jawabku santai.

"Namaku Laili, panggil aja bunda Laili. "Jawabnya tersenyum ramah." Nak Hilya bukan asli orang sini ya?"

" Iya bun, aku baru sebulan dikota ini,bekerja dirumah makan tadi."

" Kalo bunda rumahnya dimana? masih dikota ini jugakah?"

"Bukan, bunda tinggal di kota Asahan. Aku kesini menjenguk ayah mertua di kota pinang ini."Jawabnya sambil tersenyum kecut." Ziarah ke makam suami dan ibu mertua yang meninggal sebulan yang lalu karna kecelakaan." Nampak sekali raut mukanya berubah sendu. Mungkin masih berduka atas berpulangnya ke Rahmatullah suami dan ibu mertuanya.

"Maaf ." Aku merasa bersalah ,dan ku pegang tangannya untuk menguatkan.

"Tidak apa-apa kamu tak bersalah. "Mencoba tersenyum dan menghapus air matanya.

"Bunda sakit apa? aku lihat tadi minum obat." Tanyaku penasaran.

" Bunda tidak sakit, anggap aja itu tadi vitamin." Aku tahu dia berbohong tapi aku tak bertanya lebih lanjut, takut menyinggungnya.

"Trus kok bunda pergi sendiri? Anaknya kemana?"

"Anak bunda main tempat budenya di ibu kota ,jadi ibu tinggal sendiri dirumah. Mainlah nak biar bunda nggk kesepian ."Katanya sambil merangkul ku.

"Jauh Lo bund, aku belum hafal daerah sini belum pernah jalan-jalan." Jawabku malu.

"Lain kali bunda ajak jalan-jalan kemana aja."Ucapnya diselingi tawa.

" Kalo nak Hilya orang tuanya dimana? "

"Disumatra barat Bun, jauh."Sedih ,kangen orang tua.

" Kenapa merantau kesini? nggk kuliah? kalo perkiraan bunda kamu masih muda lo,anak sekolahan." Tebaknya.

"Ingin cari pengalaman aja merantau ke kota orang bund, dan belum ada kesempatan untuk kuliah ." Aku tambah sedih karna pupus sudah cita-cita menjadi sarjana.

"Iyalah ke kota orang,,, emang ada kota monkey?" Candanya sambil tertawa renyah.

Aku hanya ikut tertawa menanggapi.

"Dan apa kendalanya tak lanjut kuliah?" Tanyanya sambil menghadapku penasaran.

" Yah waktu kelulusan dan siap daftar kuliah sawah ayah gagal panen, harga sawit juga lagi anjlok.Jadi, ya gagal kuliah deh," Jawabku dengan senyum terpaksa.

"Kendala ekonomi." Ucapnya menatap lurus ke depan." Ingin lanjut kuliah ? kalo minat tahun ajaran depan bisa masuk kuliah, bunda yang tanggung biayanya."

Aku terperangah dengan tawaran menggiurkan itu. Mau banget. Namun segera ku sadarkan diri. Baru juga kenal. Takut ada maksud tersembunyi.

"Nggk enak bunda, baru juga kenal udah merepotkan."

"Ya nggk apalah, bunda belum kenal udah merepotkan malah." Dengan senyum yang tak pernah surut, bahagia sekali kayaknya ketemu aku. Atau memang orangnya yang ramah?.

Aku diam berpikir.

"Udah nggk usah kelamaan mikir, kamu masih berharap lanjut pendidikan kan?"

Aku masih terdiam bingung mau jawab apa.

"Anggap aja bayar hutang makan bunda tadi."

"Nggk sebanding lah Bun, lagian aku ikhlas kok." Kataku tak enak hati.

" Emang menurutmu bunda nggk ikhlas?"

"Bukan begitu maksudnya, Bun." Takut salah paham nantinya.

Allahuakbar Allahuakbar

"Udah adzan isya Bu, lain kali cerita lagi."

Setelah sholat isya kami berpisah, pulang kekediamannya masing-masing ,setelah tukar nomor hp pastinya. Lagian badanku rasanya sudah lengket karna belum mandi,dan juga capek banget.

bersambung,,,

Episodes
1 Sakit Hati
2 2. Jamaah Magrib
3 3. Lamaran
4 4 OTW
5 5 Patah Hati
6 6 Bertemu Bunda
7 Makan Malam
8 Bangun Pagi
9 Waktunya Pulang
10 Kamu Menyesal Menikahiku?
11 Dapat Teman Baru
12 Kemana Mas Faris?
13 Menyambut Bulan Ramadhan
14 Apakah Aku Harus Menyerah
15 Petuah Ibu
16 Bicara Dari Hati ke Hati
17 Berpisah?
18 Kerumah Kakek
19 Benarkah Dia Sayang Aku?
20 Kakek Sakit
21 Kangen Bunda?
22 Ke Rumah Sakit
23 Apakah Dosa Cemburu Sama Suami Sendiri
24 Pernikahan Ilham
25 Kakek Kambuh lagi
26 Selamat Jalan Kakek
27 Pemakaman
28 Pulang
29 Mudik Lebaran
30 Sahur Bersama Keluarga
31 Masak-masak
32 Dia Datang?
33 Nasehat Abang
34 Sholat Berjamaah
35 Makan Bakso
36 Ketemu Intan
37 Iedul Fitri
38 Hadiah Pertama
39 Silaturahmi
40 Dirumah Nenek
41 Cerita Masa Lalu
42 Janji
43 Mas Faris Tak Sadar
44 Aktifitas Pagi
45 Jalan-Jalan
46 Pantai
47 Menginap Di Hotel
48 Marah Atau Cemburu?
49 Malam Pertama?
50 Permintaan Mas Faris
51 Mengulang
52 Pulang
53 Cinta Pertama
54 Rekreasi
55 Ada Apa Dengan Hamzah?
56 Sakit
57 Guru Ngaji Pengganti
58 Duda?
59 Hanifa Dan Hamzah
60 Hamil?
61 Kenapa Ke Kamar Mandi?
62 Masa Lalu Radit
63 Pernikahan Seminggu
64 Masak Berdua
65 Makan Siang Sendiri
66 Rencana Lamaran Hamzah
67 Menyambut Suami Pulang
68 Harapan
69 Masih Ragu
70 Tak Diajak
71 Ada Masalah Pekerjaan
72 Belajar Memasak
73 Bunga
74 Pesan Makanan
75 Penolakan
76 Positif Yang Meragukan
77 Pergi Kerumah Sakit
78 Periksa Kandungan
79 Dokter Arini
80 Poligami
81 Salam Rindu Ibu
82 Guru Terbaik
83 Ikan Gurame
84 Parfum Vs mas Faris
85 Persiapan
86 Hati Tak Bisa Dipaksa
87 Berangkat
88 Panas
89 Kebersamaan Diakhir Pekan
90 Ke Pantai
91 Oom Yusuf
92 Mempersiapkan Kebutuhan Bayi
93 Belanja
94 Persiapan Hanifa
95 Belanja Berdua
96 Baju Baru
97 Sah
98 Terpisah
99 Pasal Honeymoon
100 Liburan
101 Pulau Samosir
102 Rima
103 Rima 2
104 Berwisata
105 Takut Yang Tak Beralasan
106 Sampai Rumah
107 Rencana-Rencana
108 Bangun Malam
109 Tanda -Tanda Lahiran
110 Proses Yang Melelahkan
111 Pembukaan
112 Aydan Alzam Amani
113 Selamat Datang Aydan
114 Main Bersama
115 Rindu
116 Mandi Pagi
117 Annyversary
118 Ada Penghianat
119 Menikmati Kue
120 Siapa Afnan?
121 Abang Siapa?
122 Curhatan Afnan
123 Afnan Dan Abang Za
124 Kecewa
125 Timezone
126 Afnan Kembali Kecewa
127 Afnan Kembali Kecewa
128 Harapan Dan Kenyataan
129 Kebersamaan Yang Canggung
130 Jalan Ekstrim
131 Prediksi
132 Obat Mujarab
133 Berharap Punya Anak Banyak
134 Lelahnya Afnan
135 Kid Zaman Now
136 Waterpark
137 Kebersamaan Terakhir.
138 Butuh Penjelasan
139 Semua Mencariku?
140 Waktunya Pindah
141 Main Ke Mall
142 Jodoh Afnan
143 Sindiran Telak
144 Debat
145 Rahasia Hati
146 Keadaan Afnan
147 Sakit Afnan 1
148 Hati Hamzah
149 Sakit Afnan 2
150 Baru Calon
151 Gagal
152 Sakit kok Ngajak Begadang?
153 Salah Kamar?
154 Kecewa Lagi
155 Makan Pagi Bersama
156 Kebersamaan
157 Tempat Tinggal Baru
158 Malam Panjang
159 Lamaran
160 Lamaran 2
161 Syarat Dari Calmer
162 Pilih Rumah
163 Ijab Kabul
164 Sah
165 Resepsi
166 Mandi Berdua
167 Takdir Allah
168 Kesabaran Aydan
169 Faris Sadar (Ending)
Episodes

Updated 169 Episodes

1
Sakit Hati
2
2. Jamaah Magrib
3
3. Lamaran
4
4 OTW
5
5 Patah Hati
6
6 Bertemu Bunda
7
Makan Malam
8
Bangun Pagi
9
Waktunya Pulang
10
Kamu Menyesal Menikahiku?
11
Dapat Teman Baru
12
Kemana Mas Faris?
13
Menyambut Bulan Ramadhan
14
Apakah Aku Harus Menyerah
15
Petuah Ibu
16
Bicara Dari Hati ke Hati
17
Berpisah?
18
Kerumah Kakek
19
Benarkah Dia Sayang Aku?
20
Kakek Sakit
21
Kangen Bunda?
22
Ke Rumah Sakit
23
Apakah Dosa Cemburu Sama Suami Sendiri
24
Pernikahan Ilham
25
Kakek Kambuh lagi
26
Selamat Jalan Kakek
27
Pemakaman
28
Pulang
29
Mudik Lebaran
30
Sahur Bersama Keluarga
31
Masak-masak
32
Dia Datang?
33
Nasehat Abang
34
Sholat Berjamaah
35
Makan Bakso
36
Ketemu Intan
37
Iedul Fitri
38
Hadiah Pertama
39
Silaturahmi
40
Dirumah Nenek
41
Cerita Masa Lalu
42
Janji
43
Mas Faris Tak Sadar
44
Aktifitas Pagi
45
Jalan-Jalan
46
Pantai
47
Menginap Di Hotel
48
Marah Atau Cemburu?
49
Malam Pertama?
50
Permintaan Mas Faris
51
Mengulang
52
Pulang
53
Cinta Pertama
54
Rekreasi
55
Ada Apa Dengan Hamzah?
56
Sakit
57
Guru Ngaji Pengganti
58
Duda?
59
Hanifa Dan Hamzah
60
Hamil?
61
Kenapa Ke Kamar Mandi?
62
Masa Lalu Radit
63
Pernikahan Seminggu
64
Masak Berdua
65
Makan Siang Sendiri
66
Rencana Lamaran Hamzah
67
Menyambut Suami Pulang
68
Harapan
69
Masih Ragu
70
Tak Diajak
71
Ada Masalah Pekerjaan
72
Belajar Memasak
73
Bunga
74
Pesan Makanan
75
Penolakan
76
Positif Yang Meragukan
77
Pergi Kerumah Sakit
78
Periksa Kandungan
79
Dokter Arini
80
Poligami
81
Salam Rindu Ibu
82
Guru Terbaik
83
Ikan Gurame
84
Parfum Vs mas Faris
85
Persiapan
86
Hati Tak Bisa Dipaksa
87
Berangkat
88
Panas
89
Kebersamaan Diakhir Pekan
90
Ke Pantai
91
Oom Yusuf
92
Mempersiapkan Kebutuhan Bayi
93
Belanja
94
Persiapan Hanifa
95
Belanja Berdua
96
Baju Baru
97
Sah
98
Terpisah
99
Pasal Honeymoon
100
Liburan
101
Pulau Samosir
102
Rima
103
Rima 2
104
Berwisata
105
Takut Yang Tak Beralasan
106
Sampai Rumah
107
Rencana-Rencana
108
Bangun Malam
109
Tanda -Tanda Lahiran
110
Proses Yang Melelahkan
111
Pembukaan
112
Aydan Alzam Amani
113
Selamat Datang Aydan
114
Main Bersama
115
Rindu
116
Mandi Pagi
117
Annyversary
118
Ada Penghianat
119
Menikmati Kue
120
Siapa Afnan?
121
Abang Siapa?
122
Curhatan Afnan
123
Afnan Dan Abang Za
124
Kecewa
125
Timezone
126
Afnan Kembali Kecewa
127
Afnan Kembali Kecewa
128
Harapan Dan Kenyataan
129
Kebersamaan Yang Canggung
130
Jalan Ekstrim
131
Prediksi
132
Obat Mujarab
133
Berharap Punya Anak Banyak
134
Lelahnya Afnan
135
Kid Zaman Now
136
Waterpark
137
Kebersamaan Terakhir.
138
Butuh Penjelasan
139
Semua Mencariku?
140
Waktunya Pindah
141
Main Ke Mall
142
Jodoh Afnan
143
Sindiran Telak
144
Debat
145
Rahasia Hati
146
Keadaan Afnan
147
Sakit Afnan 1
148
Hati Hamzah
149
Sakit Afnan 2
150
Baru Calon
151
Gagal
152
Sakit kok Ngajak Begadang?
153
Salah Kamar?
154
Kecewa Lagi
155
Makan Pagi Bersama
156
Kebersamaan
157
Tempat Tinggal Baru
158
Malam Panjang
159
Lamaran
160
Lamaran 2
161
Syarat Dari Calmer
162
Pilih Rumah
163
Ijab Kabul
164
Sah
165
Resepsi
166
Mandi Berdua
167
Takdir Allah
168
Kesabaran Aydan
169
Faris Sadar (Ending)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!