2. Jamaah Magrib

Hari ini aku tak berniat keluar rumah.Aku memang tak punya pekerjaan atau kegiatan khusus. Aktivitas ku sesuai mood, aku tak punya aturan harus kemana dan jangan ketempat ini atau kesitu.Aku boleh pergi kemanapun yang aku mau asalkan tidak mempermalukan keluarga besar suamiku.

Keluarga yang aku tak pernah tahu. Hanya orangtuanya dan kakek baik yang pernah aku ketahui, ibunya punya banyak saudara tapi tak ada yang tinggal di kota ini.Ayahnya anak tunggal begitupun suamiku,anak semata wayang. Kakek dari ayahnya tinggal di pinggiran kota,bertani sayur-sayuran dengan banyak anak angkat.

Rumah kakek adalah tempat yang paling senang aku singgahi.Jauh memang, membutuhkan 4 jam perjalanan dengan menggunakan mobil.dan hanya waktu-waktu tertentu aku bisa singgah, karna aku tak bisa mengendarai mobil sendiri.Sedangkan orangtuanya sudah berpulang, Allah lebih menyayangi nya.

Semua keluarga yang pernah aku temui semua baik,semua tulus menerimaku dengan kasih sayang.

"Udah mau adzan magrib non," yah ,aku masih ditanam menikmati senja. Tak ada yang spesial ,tetap sama mau dilihat kapanpun juga, karna disini tak nampak matahari tenggelam, hanya langit jingga yang membedakan.

"Iya bik bentar lagi."

Taman ini selalu bisa membuatku tersenyum.Melihat berbagai macam bunga yang setiap hari selalu ada yang mekar,dan dekat tempat duduk kayu yang aku tempati ada kolam ikan yang berenang kesana kemari.Kolamnya tidak besar,hanya saja selalu senang memperhatikan ikan berenang tanpa beban, berebut makanan,mencipta suara berkecipak.

Waktu magrib jadwalnya aku sholat berjamaah di masjid dekat rumah.Masjid komplek yang kurang lebih cuma berjarak 100m.Aku bersiap untuk berangkat.

Sampai depan masjid adzan magrib berkumandang.

Aku seperti biasa, sholat tahiyatul masjid dan rowatib sebelum sholat jamaah.

Selesai sholat magrib aku tak ingin pulang , mau berdzikir dan tilawah Al-Quran sambil menunggu sholat isya. Mau pulang tak ada yang menarik dirumah.

"Mbk hilya gimana kabarnya?"Sapa tetangga yang duduk di samping kananku.

Belum jadi buka Al-Qur'an untuk tilawah, udah ada yang ngajak cerita.

"Alhamdulillah baik Bu, masih bisa sholat berjamaah dimasjid semoga menjadi tanda sehat badan maupun iman." Ku selalu bisa tersenyum tulus jika diantara ibu-ibu ini.Bahagia ada yang bisa diajak bicara.

"Gimana ngajinya anak saya MBK? kalo dirumah Alhamdulillah setelah ikut ngaji ba'da asar sama MBK sudah tidak melulu hp, sudah bisa dibilangin,mulai nurut."Ceritanya sambil berbinar.Nampak sekali kalo dia bahagia dan bangga dengan perubahan anaknya.

Iya untuk mengisi waktu kosong, membunuh jenuh dan mengusir sepi,setelah sholat asar aku ikut membantu mengajar di MDA yang sudah ada di masjid ini.

Alhamdulillah selalu bisa menjadi alasan untuk aku bersyukur. Berada diantara anak-anak yang tertawa tanpa beban, bermain sesuka hati, bertengkar dan menangis tanpa benci, karna lima menit belum ada sudah bermain bersama lagi, melupakan pertengkaran dan tangisan. Diantara mereka selalu bisa membuat aku melupakan masalah rumah tangga.

"Alhamdulillah sudah mulai ada kemajuan Bu,sudah naik tingkat ngaji iqro' nya ,dan juga sudah mulai tidak nakal dan mau bermain dengan yang lain."

"alAnakku Alhamdulillah juga mulai rajin pakai jilbab kalo keluar, meskipun masih 8 tahun, dan semoga Istiqomah sampai dewasa nanti. Makasih ya mbk." Cerita ibu yang lain.

"Alhamdulillah. Tapi gimanapun juga peran orangtua sangat penting,selalu kasih support."

"Ya Alhamdulillah, aku akan selalu berusaha meluangkan waktu untuk anak-anak disela kesibukan kantor." Kata ibu yang duduk disebelah kiri menimpali.

Selalu betah diantara ibu-ibu ini, meskipun aku paling muda diantara mereka, namun mereka sangat menghargai ku. Mungkin karna aku guru ngaji anak mereka, atau memang mereka ya memang orang-orang baik.

"Kalo mbk gimana? belum ada tanda mau punya momongan?"Sela yang didepanku.

Kami kumpul berkelompok, memutar kaya ibu-ibu arisan.

"Iya Lo MBK, ditunda ya?"

"Kok suaminya nggk pernah diajak kemasjid mbk?"

Pertanyaan yang selalu mampu merubah mood ku.Sebahagia apapun aku kalo pertanyaa serupa muncul selalu membuat percaya diriku hilang.

Suamiku tak pernah mengharapkan ku.

Aku harus jawab apa coba? haruskah aku dengan tidak tahu malunya bercerita tentang keluarga? membuka aibku sendiri?

Bukankah istri itu umpama pakaian untuk suami, dan suami juga pakaian istri, saling menutupi aib dan kekurangan masing-masing?. Semarah dan sesakit apapun hatiku, aku tak boleh melupakan kodrat sebagai istri.

"Eh ibu-ibu mungkin belum rezeki aja kali, banyak juga yang nikah bertahun-tahun belum dapat momongan."Jawab ibu yang duduk di samping kananku, membantu jawab.

Aku hanya tersenyum tak ingin menanggapi.

"Iya usahanya ditambah lagi Bu." Kata ibu yang satunya, sambil tersenyum menggoda.

"Pasti tu." Jawab yang lain menyetujui.

Usaha apa? tidur sekamar aja nggak pernah, aku masuk kamarnya untuk menyiapkan pakaian aja dimarah.

Masih teringat jelas di memory saat masih awal-awal pernikahan,saat aku menyiapkan pakaian kerjanya.

"Jangan pernah lagi masuk ke kamarku,tak perlu kau siapkan keperluanku, aku bisa sendiri." Ucap mas Faris pelan dengan penuh penekanan dan amarah yang jelas kentara.Saat keluar kamar mandi mendapati aku dikamarnya.

"Nggk papa mas aku senang melakukannya, kan aku istrimu." Ucapku dengan penuh senyuman.

Dulu aku begitu optimis kalo aku mau berusaha dan berlaku sebagai istri yang baik, suatu hari pasti dia akan menerimaku.

Dia tak menanggapi ucapan ku . Hanya melihatku dengan tatapan membunuhnya sudah mampu menghentikanku. Dia tak menerima bantahan.

"Kalo ibu Dian katanya hamil lagi ya?"

Cerita ibu-ibu masih berlanjut, hanya aku kurang fokus mendengarkan .Namun tetap tersenyum.

" Alhamdulillah."

Allahuakbar Allahuakbar,,,,

Suara adzan berkumandang menandakan waktu isya tiba.Menyelamatkanku dari pembahasan ibu-ibu yang selalu berusaha kuhindari.

Kamu tahu bukan? pertanyaan sederhana yang kita ucapkan ,bisa jadi tanpa sengaja menyakiti hati orang lain.Jadi kurangilah basa-basi yang mungkin menurut lawan bicaramu sudah benar-benar menjadi basi. Tak layak konsumsi.

"Dengarkan adzan Bu, tak baik berbicara saat adzan berkumandang." Menghentikan ibu-ibu yang masih asik melanjutkan cerita.

Alkhirnya semua beringaut kembali ke shoff masing-masing,ada juga yang ke kamar mandi untuk berwudhu. Memberiku ruang untuk bernafas lega.

Entahlah, dimanapun aku berada pembahasan tentang rumah tangga selalu membuat dada sesak, pernapasan berat.

Usai isya aku berdzikir dan do'a sebentar, setelah itu langsung pulang berjalan kaki. Ternyata sudah sepi ibu-ibu yang lain sudah pada pulang.

*P*erasaan aku nggak lama berdoa,tapi kok tetap ketinggalan.

Sampai dipekarangan rumahku yang tak terlalu besar,dengan halaman yang luas,ditanami banyak pohonan bonsai yang menyejukkan mata dan udara.Sebenarnya rumah ini sangat nyaman, rumah idaman, rumah 2 lantai dengan desain modern.

Ku langkahkan kaki mendekat.Ku lirik mobil mas Faris yang sudah terparkir di tempat.Dan juga ada mobil lain disana, mungkin ada tamu, aku tak hafal mobil siapa.

Tumben jam segini udah pulang.

"Assalamualaikum" Pintu tak tertutup.

"Waalaikum salam warahmatullahi." Jawab mereka serempak.

Ya,, mereka, karna ada tiga kawan suami yang datang, sudah biasa mereka main kerumah,meskipun aku tak pernah ikut nimbrung dalam pembahasan mereka, atau hanya sekedar duduk mendengarkan.Tapi aku cukup paham wajahnya, dan tahu namanya.

Bukan karna tak mau mengenal kawan-kawan suamiku. Yapi aku selalu takut jika melihat sorot mata tajamnya, yang sangat tidak bersahabat.

Apalagi beberapa kali dia memperingati " Jangang ikut campur urusan aku." Berulang kali kata itu terucap memperingatkan. Bukan katanya yang menakutkan, kata-kata nya sih biasa. Yapi dengan intonasi dan tatapan mata mengintimidasi, itu cukup membuatku gentar untuk sedikit aja kepo.

"Eh Hilya baru pulang dari masjid ya? istri Sholeha idaman banyak lelaki nie." Sapa Radit dengan senyum jahilnya.

Ya Allah betapa tak berharganya aku? sahabat dekat suamiku bisa berkata begitu, bahkan didepan suamiku sendiri. Mungkinkah dia tak menganggap aku istri?

Aku hanya membalas dengan senyuman.Namun mataku langsung bisa melihat tatapan tajam mas Faris,yang memaksaku menundukkan kepala.

"Masuk! " Desisnya pelan penuh penekanan .Meskipun terdengar pelan namun cukup membuatku bergetar takut.

bersambung,,,

Terima kasih sudah diterima gabung.

mohon kritik dan sarannya kawan,,

baru belajar ini.

Terpopuler

Comments

Whatea Sala

Whatea Sala

Sepertinya lebih takut sama suami dari pada ke tuhan😁

2024-06-12

0

Yayoek Rahayu

Yayoek Rahayu

ya Allah...serem suaminya....

2021-07-09

1

Harsono Hily

Harsono Hily

baru ini komik yg nama pemeran wanitax sama am aq hilya

2021-06-08

1

lihat semua
Episodes
1 Sakit Hati
2 2. Jamaah Magrib
3 3. Lamaran
4 4 OTW
5 5 Patah Hati
6 6 Bertemu Bunda
7 Makan Malam
8 Bangun Pagi
9 Waktunya Pulang
10 Kamu Menyesal Menikahiku?
11 Dapat Teman Baru
12 Kemana Mas Faris?
13 Menyambut Bulan Ramadhan
14 Apakah Aku Harus Menyerah
15 Petuah Ibu
16 Bicara Dari Hati ke Hati
17 Berpisah?
18 Kerumah Kakek
19 Benarkah Dia Sayang Aku?
20 Kakek Sakit
21 Kangen Bunda?
22 Ke Rumah Sakit
23 Apakah Dosa Cemburu Sama Suami Sendiri
24 Pernikahan Ilham
25 Kakek Kambuh lagi
26 Selamat Jalan Kakek
27 Pemakaman
28 Pulang
29 Mudik Lebaran
30 Sahur Bersama Keluarga
31 Masak-masak
32 Dia Datang?
33 Nasehat Abang
34 Sholat Berjamaah
35 Makan Bakso
36 Ketemu Intan
37 Iedul Fitri
38 Hadiah Pertama
39 Silaturahmi
40 Dirumah Nenek
41 Cerita Masa Lalu
42 Janji
43 Mas Faris Tak Sadar
44 Aktifitas Pagi
45 Jalan-Jalan
46 Pantai
47 Menginap Di Hotel
48 Marah Atau Cemburu?
49 Malam Pertama?
50 Permintaan Mas Faris
51 Mengulang
52 Pulang
53 Cinta Pertama
54 Rekreasi
55 Ada Apa Dengan Hamzah?
56 Sakit
57 Guru Ngaji Pengganti
58 Duda?
59 Hanifa Dan Hamzah
60 Hamil?
61 Kenapa Ke Kamar Mandi?
62 Masa Lalu Radit
63 Pernikahan Seminggu
64 Masak Berdua
65 Makan Siang Sendiri
66 Rencana Lamaran Hamzah
67 Menyambut Suami Pulang
68 Harapan
69 Masih Ragu
70 Tak Diajak
71 Ada Masalah Pekerjaan
72 Belajar Memasak
73 Bunga
74 Pesan Makanan
75 Penolakan
76 Positif Yang Meragukan
77 Pergi Kerumah Sakit
78 Periksa Kandungan
79 Dokter Arini
80 Poligami
81 Salam Rindu Ibu
82 Guru Terbaik
83 Ikan Gurame
84 Parfum Vs mas Faris
85 Persiapan
86 Hati Tak Bisa Dipaksa
87 Berangkat
88 Panas
89 Kebersamaan Diakhir Pekan
90 Ke Pantai
91 Oom Yusuf
92 Mempersiapkan Kebutuhan Bayi
93 Belanja
94 Persiapan Hanifa
95 Belanja Berdua
96 Baju Baru
97 Sah
98 Terpisah
99 Pasal Honeymoon
100 Liburan
101 Pulau Samosir
102 Rima
103 Rima 2
104 Berwisata
105 Takut Yang Tak Beralasan
106 Sampai Rumah
107 Rencana-Rencana
108 Bangun Malam
109 Tanda -Tanda Lahiran
110 Proses Yang Melelahkan
111 Pembukaan
112 Aydan Alzam Amani
113 Selamat Datang Aydan
114 Main Bersama
115 Rindu
116 Mandi Pagi
117 Annyversary
118 Ada Penghianat
119 Menikmati Kue
120 Siapa Afnan?
121 Abang Siapa?
122 Curhatan Afnan
123 Afnan Dan Abang Za
124 Kecewa
125 Timezone
126 Afnan Kembali Kecewa
127 Afnan Kembali Kecewa
128 Harapan Dan Kenyataan
129 Kebersamaan Yang Canggung
130 Jalan Ekstrim
131 Prediksi
132 Obat Mujarab
133 Berharap Punya Anak Banyak
134 Lelahnya Afnan
135 Kid Zaman Now
136 Waterpark
137 Kebersamaan Terakhir.
138 Butuh Penjelasan
139 Semua Mencariku?
140 Waktunya Pindah
141 Main Ke Mall
142 Jodoh Afnan
143 Sindiran Telak
144 Debat
145 Rahasia Hati
146 Keadaan Afnan
147 Sakit Afnan 1
148 Hati Hamzah
149 Sakit Afnan 2
150 Baru Calon
151 Gagal
152 Sakit kok Ngajak Begadang?
153 Salah Kamar?
154 Kecewa Lagi
155 Makan Pagi Bersama
156 Kebersamaan
157 Tempat Tinggal Baru
158 Malam Panjang
159 Lamaran
160 Lamaran 2
161 Syarat Dari Calmer
162 Pilih Rumah
163 Ijab Kabul
164 Sah
165 Resepsi
166 Mandi Berdua
167 Takdir Allah
168 Kesabaran Aydan
169 Faris Sadar (Ending)
Episodes

Updated 169 Episodes

1
Sakit Hati
2
2. Jamaah Magrib
3
3. Lamaran
4
4 OTW
5
5 Patah Hati
6
6 Bertemu Bunda
7
Makan Malam
8
Bangun Pagi
9
Waktunya Pulang
10
Kamu Menyesal Menikahiku?
11
Dapat Teman Baru
12
Kemana Mas Faris?
13
Menyambut Bulan Ramadhan
14
Apakah Aku Harus Menyerah
15
Petuah Ibu
16
Bicara Dari Hati ke Hati
17
Berpisah?
18
Kerumah Kakek
19
Benarkah Dia Sayang Aku?
20
Kakek Sakit
21
Kangen Bunda?
22
Ke Rumah Sakit
23
Apakah Dosa Cemburu Sama Suami Sendiri
24
Pernikahan Ilham
25
Kakek Kambuh lagi
26
Selamat Jalan Kakek
27
Pemakaman
28
Pulang
29
Mudik Lebaran
30
Sahur Bersama Keluarga
31
Masak-masak
32
Dia Datang?
33
Nasehat Abang
34
Sholat Berjamaah
35
Makan Bakso
36
Ketemu Intan
37
Iedul Fitri
38
Hadiah Pertama
39
Silaturahmi
40
Dirumah Nenek
41
Cerita Masa Lalu
42
Janji
43
Mas Faris Tak Sadar
44
Aktifitas Pagi
45
Jalan-Jalan
46
Pantai
47
Menginap Di Hotel
48
Marah Atau Cemburu?
49
Malam Pertama?
50
Permintaan Mas Faris
51
Mengulang
52
Pulang
53
Cinta Pertama
54
Rekreasi
55
Ada Apa Dengan Hamzah?
56
Sakit
57
Guru Ngaji Pengganti
58
Duda?
59
Hanifa Dan Hamzah
60
Hamil?
61
Kenapa Ke Kamar Mandi?
62
Masa Lalu Radit
63
Pernikahan Seminggu
64
Masak Berdua
65
Makan Siang Sendiri
66
Rencana Lamaran Hamzah
67
Menyambut Suami Pulang
68
Harapan
69
Masih Ragu
70
Tak Diajak
71
Ada Masalah Pekerjaan
72
Belajar Memasak
73
Bunga
74
Pesan Makanan
75
Penolakan
76
Positif Yang Meragukan
77
Pergi Kerumah Sakit
78
Periksa Kandungan
79
Dokter Arini
80
Poligami
81
Salam Rindu Ibu
82
Guru Terbaik
83
Ikan Gurame
84
Parfum Vs mas Faris
85
Persiapan
86
Hati Tak Bisa Dipaksa
87
Berangkat
88
Panas
89
Kebersamaan Diakhir Pekan
90
Ke Pantai
91
Oom Yusuf
92
Mempersiapkan Kebutuhan Bayi
93
Belanja
94
Persiapan Hanifa
95
Belanja Berdua
96
Baju Baru
97
Sah
98
Terpisah
99
Pasal Honeymoon
100
Liburan
101
Pulau Samosir
102
Rima
103
Rima 2
104
Berwisata
105
Takut Yang Tak Beralasan
106
Sampai Rumah
107
Rencana-Rencana
108
Bangun Malam
109
Tanda -Tanda Lahiran
110
Proses Yang Melelahkan
111
Pembukaan
112
Aydan Alzam Amani
113
Selamat Datang Aydan
114
Main Bersama
115
Rindu
116
Mandi Pagi
117
Annyversary
118
Ada Penghianat
119
Menikmati Kue
120
Siapa Afnan?
121
Abang Siapa?
122
Curhatan Afnan
123
Afnan Dan Abang Za
124
Kecewa
125
Timezone
126
Afnan Kembali Kecewa
127
Afnan Kembali Kecewa
128
Harapan Dan Kenyataan
129
Kebersamaan Yang Canggung
130
Jalan Ekstrim
131
Prediksi
132
Obat Mujarab
133
Berharap Punya Anak Banyak
134
Lelahnya Afnan
135
Kid Zaman Now
136
Waterpark
137
Kebersamaan Terakhir.
138
Butuh Penjelasan
139
Semua Mencariku?
140
Waktunya Pindah
141
Main Ke Mall
142
Jodoh Afnan
143
Sindiran Telak
144
Debat
145
Rahasia Hati
146
Keadaan Afnan
147
Sakit Afnan 1
148
Hati Hamzah
149
Sakit Afnan 2
150
Baru Calon
151
Gagal
152
Sakit kok Ngajak Begadang?
153
Salah Kamar?
154
Kecewa Lagi
155
Makan Pagi Bersama
156
Kebersamaan
157
Tempat Tinggal Baru
158
Malam Panjang
159
Lamaran
160
Lamaran 2
161
Syarat Dari Calmer
162
Pilih Rumah
163
Ijab Kabul
164
Sah
165
Resepsi
166
Mandi Berdua
167
Takdir Allah
168
Kesabaran Aydan
169
Faris Sadar (Ending)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!