Hari ini aku tak berniat keluar rumah.Aku memang tak punya pekerjaan atau kegiatan khusus. Aktivitas ku sesuai mood, aku tak punya aturan harus kemana dan jangan ketempat ini atau kesitu.Aku boleh pergi kemanapun yang aku mau asalkan tidak mempermalukan keluarga besar suamiku.
Keluarga yang aku tak pernah tahu. Hanya orangtuanya dan kakek baik yang pernah aku ketahui, ibunya punya banyak saudara tapi tak ada yang tinggal di kota ini.Ayahnya anak tunggal begitupun suamiku,anak semata wayang. Kakek dari ayahnya tinggal di pinggiran kota,bertani sayur-sayuran dengan banyak anak angkat.
Rumah kakek adalah tempat yang paling senang aku singgahi.Jauh memang, membutuhkan 4 jam perjalanan dengan menggunakan mobil.dan hanya waktu-waktu tertentu aku bisa singgah, karna aku tak bisa mengendarai mobil sendiri.Sedangkan orangtuanya sudah berpulang, Allah lebih menyayangi nya.
Semua keluarga yang pernah aku temui semua baik,semua tulus menerimaku dengan kasih sayang.
"Udah mau adzan magrib non," yah ,aku masih ditanam menikmati senja. Tak ada yang spesial ,tetap sama mau dilihat kapanpun juga, karna disini tak nampak matahari tenggelam, hanya langit jingga yang membedakan.
"Iya bik bentar lagi."
Taman ini selalu bisa membuatku tersenyum.Melihat berbagai macam bunga yang setiap hari selalu ada yang mekar,dan dekat tempat duduk kayu yang aku tempati ada kolam ikan yang berenang kesana kemari.Kolamnya tidak besar,hanya saja selalu senang memperhatikan ikan berenang tanpa beban, berebut makanan,mencipta suara berkecipak.
Waktu magrib jadwalnya aku sholat berjamaah di masjid dekat rumah.Masjid komplek yang kurang lebih cuma berjarak 100m.Aku bersiap untuk berangkat.
Sampai depan masjid adzan magrib berkumandang.
Aku seperti biasa, sholat tahiyatul masjid dan rowatib sebelum sholat jamaah.
Selesai sholat magrib aku tak ingin pulang , mau berdzikir dan tilawah Al-Quran sambil menunggu sholat isya. Mau pulang tak ada yang menarik dirumah.
"Mbk hilya gimana kabarnya?"Sapa tetangga yang duduk di samping kananku.
Belum jadi buka Al-Qur'an untuk tilawah, udah ada yang ngajak cerita.
"Alhamdulillah baik Bu, masih bisa sholat berjamaah dimasjid semoga menjadi tanda sehat badan maupun iman." Ku selalu bisa tersenyum tulus jika diantara ibu-ibu ini.Bahagia ada yang bisa diajak bicara.
"Gimana ngajinya anak saya MBK? kalo dirumah Alhamdulillah setelah ikut ngaji ba'da asar sama MBK sudah tidak melulu hp, sudah bisa dibilangin,mulai nurut."Ceritanya sambil berbinar.Nampak sekali kalo dia bahagia dan bangga dengan perubahan anaknya.
Iya untuk mengisi waktu kosong, membunuh jenuh dan mengusir sepi,setelah sholat asar aku ikut membantu mengajar di MDA yang sudah ada di masjid ini.
Alhamdulillah selalu bisa menjadi alasan untuk aku bersyukur. Berada diantara anak-anak yang tertawa tanpa beban, bermain sesuka hati, bertengkar dan menangis tanpa benci, karna lima menit belum ada sudah bermain bersama lagi, melupakan pertengkaran dan tangisan. Diantara mereka selalu bisa membuat aku melupakan masalah rumah tangga.
"Alhamdulillah sudah mulai ada kemajuan Bu,sudah naik tingkat ngaji iqro' nya ,dan juga sudah mulai tidak nakal dan mau bermain dengan yang lain."
"alAnakku Alhamdulillah juga mulai rajin pakai jilbab kalo keluar, meskipun masih 8 tahun, dan semoga Istiqomah sampai dewasa nanti. Makasih ya mbk." Cerita ibu yang lain.
"Alhamdulillah. Tapi gimanapun juga peran orangtua sangat penting,selalu kasih support."
"Ya Alhamdulillah, aku akan selalu berusaha meluangkan waktu untuk anak-anak disela kesibukan kantor." Kata ibu yang duduk disebelah kiri menimpali.
Selalu betah diantara ibu-ibu ini, meskipun aku paling muda diantara mereka, namun mereka sangat menghargai ku. Mungkin karna aku guru ngaji anak mereka, atau memang mereka ya memang orang-orang baik.
"Kalo mbk gimana? belum ada tanda mau punya momongan?"Sela yang didepanku.
Kami kumpul berkelompok, memutar kaya ibu-ibu arisan.
"Iya Lo MBK, ditunda ya?"
"Kok suaminya nggk pernah diajak kemasjid mbk?"
Pertanyaan yang selalu mampu merubah mood ku.Sebahagia apapun aku kalo pertanyaa serupa muncul selalu membuat percaya diriku hilang.
Suamiku tak pernah mengharapkan ku.
Aku harus jawab apa coba? haruskah aku dengan tidak tahu malunya bercerita tentang keluarga? membuka aibku sendiri?
Bukankah istri itu umpama pakaian untuk suami, dan suami juga pakaian istri, saling menutupi aib dan kekurangan masing-masing?. Semarah dan sesakit apapun hatiku, aku tak boleh melupakan kodrat sebagai istri.
"Eh ibu-ibu mungkin belum rezeki aja kali, banyak juga yang nikah bertahun-tahun belum dapat momongan."Jawab ibu yang duduk di samping kananku, membantu jawab.
Aku hanya tersenyum tak ingin menanggapi.
"Iya usahanya ditambah lagi Bu." Kata ibu yang satunya, sambil tersenyum menggoda.
"Pasti tu." Jawab yang lain menyetujui.
Usaha apa? tidur sekamar aja nggak pernah, aku masuk kamarnya untuk menyiapkan pakaian aja dimarah.
Masih teringat jelas di memory saat masih awal-awal pernikahan,saat aku menyiapkan pakaian kerjanya.
"Jangan pernah lagi masuk ke kamarku,tak perlu kau siapkan keperluanku, aku bisa sendiri." Ucap mas Faris pelan dengan penuh penekanan dan amarah yang jelas kentara.Saat keluar kamar mandi mendapati aku dikamarnya.
"Nggk papa mas aku senang melakukannya, kan aku istrimu." Ucapku dengan penuh senyuman.
Dulu aku begitu optimis kalo aku mau berusaha dan berlaku sebagai istri yang baik, suatu hari pasti dia akan menerimaku.
Dia tak menanggapi ucapan ku . Hanya melihatku dengan tatapan membunuhnya sudah mampu menghentikanku. Dia tak menerima bantahan.
"Kalo ibu Dian katanya hamil lagi ya?"
Cerita ibu-ibu masih berlanjut, hanya aku kurang fokus mendengarkan .Namun tetap tersenyum.
" Alhamdulillah."
Allahuakbar Allahuakbar,,,,
Suara adzan berkumandang menandakan waktu isya tiba.Menyelamatkanku dari pembahasan ibu-ibu yang selalu berusaha kuhindari.
Kamu tahu bukan? pertanyaan sederhana yang kita ucapkan ,bisa jadi tanpa sengaja menyakiti hati orang lain.Jadi kurangilah basa-basi yang mungkin menurut lawan bicaramu sudah benar-benar menjadi basi. Tak layak konsumsi.
"Dengarkan adzan Bu, tak baik berbicara saat adzan berkumandang." Menghentikan ibu-ibu yang masih asik melanjutkan cerita.
Alkhirnya semua beringaut kembali ke shoff masing-masing,ada juga yang ke kamar mandi untuk berwudhu. Memberiku ruang untuk bernafas lega.
Entahlah, dimanapun aku berada pembahasan tentang rumah tangga selalu membuat dada sesak, pernapasan berat.
Usai isya aku berdzikir dan do'a sebentar, setelah itu langsung pulang berjalan kaki. Ternyata sudah sepi ibu-ibu yang lain sudah pada pulang.
*P*erasaan aku nggak lama berdoa,tapi kok tetap ketinggalan.
Sampai dipekarangan rumahku yang tak terlalu besar,dengan halaman yang luas,ditanami banyak pohonan bonsai yang menyejukkan mata dan udara.Sebenarnya rumah ini sangat nyaman, rumah idaman, rumah 2 lantai dengan desain modern.
Ku langkahkan kaki mendekat.Ku lirik mobil mas Faris yang sudah terparkir di tempat.Dan juga ada mobil lain disana, mungkin ada tamu, aku tak hafal mobil siapa.
Tumben jam segini udah pulang.
"Assalamualaikum" Pintu tak tertutup.
"Waalaikum salam warahmatullahi." Jawab mereka serempak.
Ya,, mereka, karna ada tiga kawan suami yang datang, sudah biasa mereka main kerumah,meskipun aku tak pernah ikut nimbrung dalam pembahasan mereka, atau hanya sekedar duduk mendengarkan.Tapi aku cukup paham wajahnya, dan tahu namanya.
Bukan karna tak mau mengenal kawan-kawan suamiku. Yapi aku selalu takut jika melihat sorot mata tajamnya, yang sangat tidak bersahabat.
Apalagi beberapa kali dia memperingati " Jangang ikut campur urusan aku." Berulang kali kata itu terucap memperingatkan. Bukan katanya yang menakutkan, kata-kata nya sih biasa. Yapi dengan intonasi dan tatapan mata mengintimidasi, itu cukup membuatku gentar untuk sedikit aja kepo.
"Eh Hilya baru pulang dari masjid ya? istri Sholeha idaman banyak lelaki nie." Sapa Radit dengan senyum jahilnya.
Ya Allah betapa tak berharganya aku? sahabat dekat suamiku bisa berkata begitu, bahkan didepan suamiku sendiri. Mungkinkah dia tak menganggap aku istri?
Aku hanya membalas dengan senyuman.Namun mataku langsung bisa melihat tatapan tajam mas Faris,yang memaksaku menundukkan kepala.
"Masuk! " Desisnya pelan penuh penekanan .Meskipun terdengar pelan namun cukup membuatku bergetar takut.
bersambung,,,
Terima kasih sudah diterima gabung.
mohon kritik dan sarannya kawan,,
baru belajar ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Whatea Sala
Sepertinya lebih takut sama suami dari pada ke tuhan😁
2024-06-12
0
Yayoek Rahayu
ya Allah...serem suaminya....
2021-07-09
1
Harsono Hily
baru ini komik yg nama pemeran wanitax sama am aq hilya
2021-06-08
1