"Trus kok kakek tahu kalo Hilya datang sendiri?" Tanyaku tersenyum masam. "Kakek kan bukan cenayang yang bisa menerawang."
"Tadi kakek telfon suamimu, kakek tanya tentang kamu katanya kamu sudah dijalan kemari sedangkan dia masih tidur." Jawab kakek.
"Iya aku kan mau jenguk kakek, perasaan kok sepi kek yang lain kemana?" Tanyaku sambil melihat sekitar yang memang terlihat sepi.
"Anak-anak pada jalan-jalan ke danau. Pamitnya dua hari." Jawab kakek menyimpul senyum.
"Trus kamu kenapa kesini sendirian? bukannya Faris lagi libur kerja? "Kakek merubah posisi duduknya untuk menghadapku. Mukanya sudah nampak serius.
"Nggk papa kek." Jawabku mengalihkan pandangan ku, menyembunyikan kebohongan.
Aku tak ingin melihat kakek sedih dan ikut campur urusanku.
"Kamu itu tak pandai berbohong."Jawabnya.
"Kakek tak ingin memaksamu bercerita, tapi ketahuilah kamu sudah kakek anggap seperti cucu sendiri, seperti almarhumah Laili yang menganggapmu menjadi anaknya, bahkan dia lebih dekat dan peduli padamu dari pada Faris anaknya sendiri." Ujar kakek dengan senyum tulus.
"Kalo kamu mau bercerita kakek akan menjadi pendengar yang baik, meskipun tak bisa banyak membantu. Paling tidak kamu bisa lebih tenang."Lanjutnya.
Okey kakek benar, mungkin aku memang butuh teman untuk bercerita, bercerita sama kakek tak apalah, beliau malah sudah berpengalaman.
"Kakek kenal dengan Rani?" Tanyaku ingin memulai cerita.
"Rani siapa? kakek nggk kenal atau mungkin lupa?" Kakek berfikir dan mengingat kemudian menggeleng tidak tahu.
"Rani, kata mas Faris sih teman SMA dulu, dan teman dekatnya Siska. Kalo Siska kakek kenal?"
" Kalo Siska kakek tau, dia pernah sekali dikenalkan, Faris membawanya main kemari." Sedekat itulah mereka?
"Memang kenapa to? toh Siska sudah nggk ada kan? dia sudah tenang di akhirat."
"Kemaren aku lihat mas Faris sama Rani makan bareng di restoran kek, mereka akrab sekali bercerita seru sekali nampaknya, sampai tertawa-tawa. Sedangkan kalo sama aku?" Tak terasa air mata sudah mulai menggenang lagi dipelupuk mata.
"Terus kamu cemburu gitu?" Tanya kakek dengan tersenyum menggoda.
" Entahlah kek, tapi yang pasti aku marah, ternyata dia bisa bercerita sehangat itu sama orang lain, dan bisa tertawa lepas bersamanya. Sedangkan kalo sama aku sedingin es. Tak pernah mau diajak bicara serius dan berdiskusi, selalu menghindar. Apa dia memang nggk pernah cinta sama aku sih kek? " Cerita ku sedih. Ku hapus air mata yang hampir menetes.
"Namanya teman lama bertemu, wajarlah kalo bercerita tentang masa SMA dulu. Lagian dia sudah memilih untuk menikah sama kamu. Mungkin dia punya alasan sendiri kenapa dia cuek ." Jelas kakek mencoba berfikir positif aja.
"Tapi bukankah dia menikah sama aku hanya karna permintaan bunda? dia bilang begitu." Cemberut ku.
Eh kakek malah tertawa, membuatku mengerutkan kening bingung. Apa ada yang salah dengan kata-kataku?
"Emang salah ya kek?" Tanyaku heran.
"Bukankah kamu menerima pernikahan ini juga karna permintaan bunda?" Tanya kakek masih menyisakan tawa, yang bikin aku sebbel aja.
"Iya sih, tapi aku juga tanya-tanya sama para tetangga yang kenal dengan mas Faris,mencari tahu tentang mas Faris, mereka semua bilang kalo mas Faris itu baik, sopan, ramah dan yang pasti Sholeh . Makanya aku menerima."Jawabku.
"Gimana pun juga penilaian orang beda sama kita. Kamu juga belum paham betul bagaimana Faris tapi kamu menerimanya dengan percaya apa yang orang katakan." Ujar kakek mengejek.
"Entahlah kek, dulu yang aku pahami adalah kita nggk boleh pacaran, harus mencari pasangan yang Sholeh, katanya kalo Sholeh meskipun belum mencintai kita tapi dia tak akan mendzolimi kita. Karna yang cinta aja belum tentu setia dan selalu baik sama kita." Jawabku sambil mendengus pelan. Ya itukan nasehat yang dulu aku dapatkan.
"Faris juga sama kayak kamu, dia menerima pernikahan ini bukan semata-mata karna perintah bunda tapi memang dia menilai kamu baik, cocok untuknya. Dia juga banyak mencari informasi tentang kamu, dia juga pernah bertanya sama kakek tentang kamu. Bahkan dia juga bilang pernah berkunjung ke pesantren yang pernah kamu tempati untuk mencari informasi. " Cerita kakek yang membuatku sulit untuk percaya, benarkah??
"Tapi---"
"Percaya sama kakek Faris itu sayang sama kamu." Ucap kakek yakin, dan ingn juga membuatku yakin.
*B*enarkah mas Faris sayang sama aku?
"Tapi kenapa dia begini sama aku kek? dia nggk menginginkan aku, tidur aja nggk mau bareng." Sungutku .
"Coba kau ingat-ingat, apakah dia cuek sama kamu dari awal kamu ketemu? apakah di awal pernikahan dia sudah dingin dan cuek sama kamu.?"
"Dari dulu dia irit bicara kek, pendiam begitu, tapi ya sopan murah senyum baik, nggk kayak sekarang."
"Apakah dia nggk pernah mencoba melakukan hubungan sama kamu?hubungan suami istri gitu."
Kakek tanyanya gitu.Bikin aku malu aja.
"Ah kakek gitu." Malu lah aku, terasa merah mukaku.
"Kenapa memang? kakek pernah muda . " Jawab kakek santai. Sambil terkekeh pelan, bikin aku tambah malu aja.
Aku bingung mau jawab apa.
"Apakah dia sama sekali tak pernah punya gelagat tertarik sama perempuan? atau memang ada masalah lain?" Mungkin kakek juga bingung dengan sikap cucu tunggalnya itu.
"Entah lah kek, tapi diawal pernikahan dia pernah mau melakukan itu."ucapku malu dan sedih.
"Malam pertama gitu?" Tanya kakek dengan senyum nya.
Ah susah cerita ma kakek-kakek, gimana coba bicaranya? malukan? nggk leluasa gitu.
"Cerita aja nggk usah malu. Kakek sudah tua udah nggk tertarik begituan, tinggal kenangan nya. "
"Okey kek, dulu diawal menikah kan aku pas datang bulan kek, saat sudah selesai sudah pindah kesini mas Faris pernah hampir melakukan nya." Ku coba bercerita siapa tahu kakek tahu solusi dan ad masalah apa sebenarnya.
"Waktu itu aku sangat takut maklum pengalaman pertama kan? tapi aku tak pernah menolak atau menghindari untuk melakukan kewajiban itu, tapi entah kenapa saat dia melihat mataku dia langsung mundur, dan lari kekamar mandi dengan penuh keringat dingin kayak ketakutan gitu. Aku jadi bingung kan? dan setelah itu dia selalu menghindar dari aku."
" Sudah kakek duga." Gumam kakek pelan.Namun aku yang disebelahnya masih bisa mendengar nya.
"Emang kenapa kek? ada apa to? mas Faris normalkan kek?" Tanyaku penasaran dengan menekankan kata normal, tak paham banget aku masalah beginian mah.
"Cucu kakek ya pasti normal lah." Ucapnya sambil terkekeh pelan.
"Terus ?" Aku jadi bingung sendiri dengan semua ini.
Kalo memang benar apa kata kakek, mas Faris sayang sama aku, dan menikahiku memang karna dia menginginkan aku bukan karna paksaan bunda. Tapi kenapa dia bersikap seperti ini? bukan kah dia paham apa itu pernikahan?
"Ini tentang trauma masalalu.Tanyakan padanya, kakek nggk berhak berbicara tentang privasi nya. Berikan dia waktu sebentar lagi, tapi kalo kamu sudah tidak sabar menunggu dan tidak kuat dengan sikapnya kakek tak akan memaksamu untuk bertahan."Ucap kakek dengan mimik serius.
"Dan kakek juga yakin bunda tak akan marah ."
"Yapi kek?" Aku ragu-ragu.Sebenarnya berat untuk memilih berpisah, tapi sanggupkah aku jika terus bertahan?.
" Bertahanlah sebentar lagi, kalo dia tak mau berubah kamu boleh menyerah. " Ucap kakek dengan nafas beratnya, sambil menepuk bahuku pelan.
Aku tahu kakek pun sedih menghadapi nasib cucu tunggalnya yang tak bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Yayoek Rahayu
kenapa dg masa lalu faris????
2021-07-11
1