Suatu hari Aluna keluar untuk belanja keperluan dapur. Aluna sengaja pergi ke pasar tradisional karena selain harganya lebih murah, Aluna juga ingin mengenang kembali kebersamaannya dengan sang mama. Walau pasar yang ia datangi bukan lah pasar tempat dia dan sang mama berbelanja dulu.
Aluna ingat, saat dia masih kecil dan sebelum kedua orangtuanya bercerai, sang mama sering mengajaknya olah raga ringan bersama dengan cara jalan-jalan pagi. Dan setelahnya mereka mampir ke pasar untuk berbelanja keperluan dapur.
Aluna sangat senang karena selain bisa keluar dari rumah yang 'sumpek', dia juga bisa memanjakan mata saat melihat barang-barang yang dijual di pasar. Walau sang mama belum tentu sanggup membelikan semua keinginannya, tapi Aluna merasa sangat terhibur.
Lamunan Aluna buyar saat pengendara ojeg motor yang disewanya mengingatkan bahwa mereka telah tiba di depan pasar yang dituju.
Setelah membayar ongkos ojeg sesuai kesepakatan, Aluna pun mulai melangkahkan kakinya memasuki pasar.
Tak lama kemudian Aluna mulai tenggelam dalam kesibukannya berbelanja. Hingga tak terasa jika barang belanjaannya sudah menggunung. Aluna pun menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari kuli panggul yang biasa berseliweran untuk membantunya.
"Mau dibantu Bu?" tanya seorang pria dengan santun.
Aluna menoleh lalu mengamati pria itu dengan seksama. Setelah yakin jika pria di hadapannya adalah kuli panggul yang dicarinya, Aluna pun mengangguk.
"Iya Pak. Bisa tolong bantu saya bawa barang-barang ini ke depan?" tanya Aluna.
"Bisa Bu," sahut pria itu lalu sigap mengangkat belanjaan Aluna.
Aluna berhenti di depan pasar untuk mencari Taxi, sedangkan kuli panggul menurunkan barang bawaannya di samping Aluna.
"Ibu mau naik apa, Taxi atau ojeg motor?" tanya pria itu.
"Taxi aja Pak. Soalnya barangnya banyak banget," sahut Aluna.
"Ok. Sebentar saya bantu cariin ya Bu," kata pria itu sambil melambaikan tangan kearah supir Taxi yabg sedang duduk di warung kopi.
Supir Taxi mengangguk lalu bergegas membuka bagasi mobil. Dengan sigap kuli panggul itu memasukkan semua barang belanjaan Aluna ke dalamnya.
Namun saat kuli panggul itu baru saja selesai menutup bagasi, seorang pria melintas di belakangnya. Nampaknya pria itu sengaja menabraknya hingga sang kuli panggul jatuh tersungkur ke tanah. Tentu saja itu mengejutkan Aluna dan supir Taxi. Aluna bahkan mengulurkan tangannya untuk membantu sang kuli panggul.
"Apa Bapak gapapa?" tanya Aluna cemas.
Belum sempat kuli panggul itu menjawab pertanyaan Aluna, pria yang menabraknya justru memarahinya.
"Buta Lo ya. Punya mata dipake buat apaan emangnya. Masa orang segede gini ga keliatan?!" kata pria itu dengan lantang.
Sang kuli panggul nampak membisu sambil berusaha bangkit. Pria itu meringis saat merasa nyeri di telapak tangannya.
"Gue ga ngapa-ngapain. Justru lo yang nabrak gue tadi," kata sang kuli panggul dengan tenang sambil melirik kearah pria yang menabraknya.
"Heh, jangan mutar balikin fakta ya. Lo yang sengaja nabrak kok malah gue yang disalahin. Lo pikir semua orang bakal percaya sama ucapan orang gembel miskin kaya lo?!" kata pria itu lagi sambil berkacak pinggang.
"Ck. Jadi mau lo apa?" tanya sang kuli panggul sambil mulai menyingsingkan lengan bajunya.
Melihat gelagat tak baik, supir Taxi pun memanggil Aluna dan memintanya masuk ke dalam mobil. Aluna mengangguk lalu bergegas masuk sambil menyerahkan selembar uang dua puluh ribuan kepada kuli panggul itu.
Namun sayang uang yang disodorkan Aluna ditepis oleh pria sombong yang menabrak kuli panggul itu. Tentu saja sang kuli panggul marah lalu melayangkan bogem mentah kearah pria sombong itu.
Perkelahian pun tak terelakkan. Aluna menjerit ketakutan melihat dua pria di hadapannya saling baku hantam. Jeritan Aluna menarik perhatian semua orang yang kemudian berdatangan untuk melerai.
Tak lama kemudian kedua pria yang berkelahi itu berhasil diamankan oleh warga dan security pasar. Namun saat semua orang menjauh, lagi-lagi terdengar keriuhan. Rupanya salah seorang diantara dua pria yang berkelahi itu terluka akibat tusukan senjata tajam.
"Duh gawat nih," kata supir Taxi.
"Gawat kenapa Pak. Kenapa ada yang jerit kesakitan begitu. Apa tukang panggul tadi terluka?" tanya Aluna panik.
"Saya ga tau Bu," sahut supir Taxi.
"Cari tau dong Pak. Kok diem aja sih," kata Aluna sedikit kesal.
"Ga bisa Bu, percuma. Yang ada malah tambah kacau nanti. Lagian mereka kan udah diamanin sama Security pasar tadi," sahut supir Taxi.
Aluna nampak menghela nafas panjang mendengar jawaban supir Taxi itu.
"Ngomong- ngomong Ibu gapapa kan, ada yang luka ga?" tanya supir Taxi sesaat kemudian.
"Alhamdulillah saya gapapa Pak," sahut Aluna cepat.
"Syukur lah. Kalo gitu kta pergi sekarang ya Bu," kata supir Taxi.
Aluna pun mengangguk mengiyakan. Namun saat Taxi baru saja bergerak menuju gerbang pasar, security pasar datang mendekat dan menghalangi laju Taxi.
"Ada apa Pak?. Saya buru-buru mau nganter penumpang nih," kata supir Taxi sambil membuka kaca mobil.
"Ada yang luka dan harus dibawa ke Rumah Sakit Pak. Polisi udah saya hubungi dan minta saksi utama untuk memberi kesaksian," sahut security pasar.
"Maksudnya siapa, Saya?" tanya supir Taxi gusar.
"Bukan. Tapi ibu itu," sahut security pasar sambil melirik Aluna.
"Kok saya?" tanya Aluna bingung.
"Iya Bu. Semua orang di sini bilang Ibu tau penyebab perkelahian mereka. Makanya Ibu yang diminta memberi kesaksian. Ga lama kok, paling sejam. Mohon kerja samanya ya Bu biar urusannya ga manjang dan berlarut-larut," pinta security pasar dengan santun.
Aluna berpikir sejenak kemudian mengangguk. Namun sebelum mengikuti langkah security pasar, Aluna menghubungi Farhat lebih dulu. Dia meminta Farhat datang untuk mendampinginya menghadapi polisi nanti.
\=\=\=\=\=
Aluna tersenyum lalu berdiri menyambut Farhat yang nampak berlari kecil menuju kearahnya. Saat itu Aluna sedang berada di kantor polisi.
"Kamu gapapa kan Sayang?" tanya Farhat sambil menarik Aluna ke dalam pelukannya.
"Alhamdulillah Aku gapapa Sayang. Tapi salah satu orang yang berkelahi itu kritis sekarang," sahut Aluna.
"Kritis?. Kok bisa. Emang apa sih penyebab perkelahian mereka?" tanya Farhat sambil mengurai pelukannya.
Aluna pun menceritakan semuanya dari awal hingga akhir. Farhat nampak mendengarkan dengan seksama.
"Kalo kamu udah selesai dimintai keterangan, kita bisa pulang dong," kata Farhat.
"Sebentar lagi Bang. Aku masih penasaran sama kasus penusukan itu. Masa iya cuma gara-gara senggolan bisa saling tusuk kaya gitu," kata Aluna.
"Oh itu mah biasa Sayang. Pasar kan tempat bertemu dan berkumpulnya orang dengan berbagai karakter. Ditambah suasana pasar yang rame, bikin suasana hati juga gampang panas. Makanya ga jarang hal sepele kaya tadi bisa berujung maut," kata Farhat menjelaskan.
"Iya, aku tau. Tapi ... " ucapan Aluna terputus saat melihat seorang pria yang duduk di kursi roda sedang melintas di pintu utama kantor polisi.
Farhat pun mengikuti arah tatapan sang istri dan terkejut saat mengenali pria itu.
"Itu kan papa kamu Sayang. Mau apa beliau di sini?" tanya Farhat.
"Aku ga tau," sahut Aluna sambil melangkah ke arah lain untuk menghindari sang papa.
"Kamu mau kemana. Kita sapa papa kamu dulu dong. Ga sopan kan kalo langsung pergi gitu aja," kata Farhat mengingatkan.
Aluna tak menggubris ucapan suaminya. Dia justru bergegas melangkah ke pintu samping. Namun sesaat kemudian terdengar suara Alex memanggil namanya hingga membuat Aluna menghentikan langkahnya.
"Aluna. Kamu Aluna kan ... ?!" panggil Alex lantang.
Aluna terpaksa menoleh karena Farhat menahan lengannya. Bukannya datang menghampiri sang papa, Aluna hanya berdiri mematung di tempat.
Alex tersenyum maklum karena paham dengan tabiat Aluna. Namun senyum Alex memudar saat melihat Farhat merengkuh pundak Aluna.
Perlahan Farhat membawa Aluna melangkah mendekati Alex lalu menyapa sang mertua dengan ramah.
"Apa kabar Pak?" sapa Farhat sambil mengulurkan tangannya.
"Baik. Kamu ... " ucapan Alex terputus saat Farhat memotong cepat.
"Saya Farhat Pak, suami Aluna. Saya yang datang ke rumah Bapak untuk melamar Aluna waktu itu," kata Farhat setelah mencium punggung tangan Alex dengan takzim.
"Oh iya, saya lupa. Maaf saya ga bisa hadir ke pernikahan kalian waktu itu. Tapi saya tetap berdoa semoga pernikahan kalian bahagia selamanya," kata Alex dengan tulus.
"Aamiin, makasih doanya Pak. Ngomong-ngomong ada urusan apa Bapak di sini?" tanya Farhat.
Pertanyaan Farhat seolah mengingatkan Alex akan tujuannya ke kantor polisi itu. Alex nampak menepuk dahinya lalu menjelaskan maksud kedatangannya ke sana.
"Keponakan saya terlibat perkelahian di pasar. Katanya sih sampe nusuk orang segala. Saya ke sini mau membantu mendamaikan kedua belah pihak supaya keponakan saya ga harus berakhir di penjara. Saya mewakili keluarga datang ke sini untuk membuat kesepakatan. Kami bersedia membantu membiayai pengobatan korban sekaligus memberi bantuan finansial kepada keluarganya sampe korban dinyatakan sembuh total dan bisa kerja lagi seperti semula," kata Alex dengan santai.
Ucapan Alex membuat Aluna terkejut sekaligus kesal. Dia mencibir diam-diam usai mengetahui sang papa menggunakan uang untuk menyelesaikan masalah.
Alex masih berbincang beberapa saat dengan Farhat meski Aluna tak merespon sama sekali. Dan tak lama kemudian Alex pamit saat asistennya datang mendekat. Rupanya Alex dan asistennya masuk untuk menemui keponakannya yang sedang diinterogasi polisi.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments