10. Menolak Warisan

Hari itu Aluna dan Kevin bersiap pergi ke Jakarta. Mereka pergi untuk memenuhi undangan Danar, kakek mereka.

Awalnya Aluna dan Kevin bingung karena mendapat undangan itu. Namun saat mengingat betapa kaya rayanya sang kakek, mereka pun paham bagaimana pria itu bisa mengetahui keberadaan mereka di sana.

Kevin nampak melangkah menuju kamar Aluna. Dia mengetuk pintu beberapa kali sambil memanggil nama sang kakak.

"Masuk aja Kev, ga dikunci kok," kata Aluna.

"Apa Kakak udah siap?" tanya Kevin setelah membuka pintu.

"Siap ga siap lah ...," sahut Aluna enggan.

Jawaban Aluna membuat Kevin tersenyum.

"Kita harus datang Kak. Jangan biarkan mereka terus menerus meremehkan kita. Ayo buktikan, kita bisa bangkit dan sukses tanpa membawa nama besar mereka," kata Kevin memberi semangat.

Aluna terdiam sejenak lalu mengangguk.

"Iya, kamu benar Kec. Kalo gitu, kita berangkat sekarang yuk," ajak Aluna.

"Siap Kak!" sahut Kevin lalu melangkah keluar mendahului Aluna.

Di ruang depan terlihat Anita sedang menggendong Kenzo. Anita tak bisa ikut serta karena orangtuanya sedang sakit.

"Maaf ya Kak. Gara-gara ga tega sama bapak yang lagi sakit, aku jadi batal ikut," kata Anita dengan nada menyesal.

"Gapapa. Insya Allah kita ke Jakarta lagi kapan-kapan sama Kenzo," kata Aluna yang diangguki Anita.

Setelah mendaratkan ciuman sayang di pipi keponakannya, Aluna pun menyusul Kevin yang lebih dulu masuk ke dalam mobil.

Tak lama kemudian mobil melaju menuju pelabuhan Labuan Bajo.

\=\=\=\=\=

Saat tiba di Jakarta Aluna dan Kevin bergegas mendatangi hotel yang sudah mereka booking. Rencananya mereka tinggal di sana hingga urusan mereka selesai.

Setelah membersihkan diri di kamar, Aluna pun menghubungi Kevin.

"Aku di loby Kak," sahut Kevin via telephon.

Aluna pun segera keluar dari kamarnya untuk menemui Kevin.

Ketika berada di dalam lift Aluna sempat melihat Farhat, dengan seragam kebanggaannya itu, sedang berjalan bersama beberapa temannya. Sayangnya pintu lift yang membawa Aluna tertutup tepat di saat Farhat menoleh kearah lift.

Sebelum pintu lift tertutup Aluna masih bisa mendengar Farhat tertawa bersama teman-temannya itu.

"Jadi, selama ini dia di Jakarta. Dasar laki-laki ga punya hati. Ditungguin malah kabur ke Jakarta. Dia pasti cuma iseng waktu bilang mau nikah sama aku. Bodohnya aku karena terbuai sama mulut manisnya itu," batin Aluna kesal.

Saat bertemu Kevin, Aluna pun bergegas mengajak sang adik pergi meninggalkan hotel. Kevin tak banyak bertanya karena mengira sang kakak sudah tak sabar ingin menyudahi urusan dengan kakek mereka.

Tiba di rumah sang kakek Aluna tertegun sejenak. Kedua matanya membulat takjub menyaksikan rumah milik sang kakek yang besar dan mewah bak istana itu.

"Ternyata kita punya kakek yang sangat kaya, tapi sayangnya terlalu pelit ya Kev," kata Aluna sinis.

"Iya Kak. Ga nyangka bisa-bisanya kita menghabiskan masa kanak-kanak kita dalam kesengsaraan padahal kita punya keluarga yang kaya raya kaya gini. Kayanya mereka emang sengaja menutup mata dan pura-pura ga kenal kita waktu itu," sahut Kevin dengan nada kecewa.

"Gapapa Kev. Meski pun mereka enggan memelihara kita, toh kita sudah ada dalam pemeliharaan Allah. Buktinya kita tetap bisa makan, sekolah bahkan sukses seperti sekarang tanpa mereka," hibur Aluna.

Ucapan Aluna membuat Kevin tersenyum. Setelahnya dia menggandeng tangan sang kakak lalu membawanya melangkah.

"Kakak tenang aja. Ada aku di sini. Ga akan ada satu pun diantara mereka yang bisa nyakitin Kakak nanti," kata Kevin.

"Iya, kakak yakin kamu pasti menjaga kakak dengan baik," sahut Aluna lirih.

Kemudian mereka berdua melangkah melintasi gerbang yang terbuka. Saat menghadap security, mereka diminta meninggalkan KTP sebagai jaminan. Kevin dan Aluna pun saling menatap lalu tertawa.

"Kami datang ke sini karena diundang. Dan pasti yang mengundang kami udah ngasih tau kalian siapa kami bukan?. Jadi kami ga mau menyerahkan KTP. Dan kalo kami ga diijinin masuk, kami akan pulang," kata Kevin tegas.

"Maaf, ini hanya prosedur aja kok. Nanti kalo udah pulang KTP bisa diambil kembali," sahut security dengan santun.

"Kalo kalian ga percaya, kalian bisa telepon majikan kalian. Bilang aja Aluna dan Kevin datang tapi menolak menyerahkan KTP," kata Kevin.

Karena kedua security tak menggubris ucapannya, Kevin pun mengajak Aluna pergi.

"Banyak aturan, cuma rumah biasa tapi kaya di kantor pemerintah," kata Kevin kesal.

"Sabar Kev. Kalo mereka tanya kenapa kita ga hadir, kita tinggal bilang kalo kita udah ada di sini tapi ga diijinin masuk sama security. Beres kan," kata Aluna.

"Iya Kak," sahut Kevin.

"Sampe sekarang kakak masih bingung, gimana caranya mereka tau alamat kita di NTT sana Kev," kata Aluna.

"Kalo soal alamat itu mah gampang Kak. Kan mereka punya banyak uang, bisa bayar orang untuk melacak keberadaan kita," sahut Kevin sambil membuka pintu Taxi online yang sengaja dia sewa.

"Iya juga. Terus kenapa kita masih harus nyerahin KTP tadi?" tanya Aluna.

"Itu yang bikin aku curiga, makanya aku nolak tadi. Aku khawatir mereka mau memanfaatkan KTP kita untuk melakukan hal yang ga semestinya. Mereka itu licik, makanya kita harus hati-hati," sahut Kevin.

Aluna pun mengerti lalu menganggukkan kepala.

Saat Kevin akan menutup pintu mobil, tiba-tiba seorang berlari mendekat.

"Maaf Mas. Ndoro sepuh Danar minta Mas dan Mbak masuk ke dalam," kata sang security dengan gugup.

"Bukannya kami ga bisa masuk kalo ga pake KTP?. Kami tetap ga mau nyerahin KTP lho," kata Kevin mengingatkan.

"Iya iya, tolong maafin kami ya Mas. Kami cuma jalanin perintah aja tadi. Tolong jangan diambil hati ya," pinta sang security menghiba.

Melihat security yang panik itu membuat Kevin dan Aluna iba. Mereka memutuskan turun dari mobil lalu mengikuti sang security.

Di dalam rumah terlihat beberapa anggota keluarga Danar duduk di ruang depan. Mereka menoleh lalu mengamati Aluna dan Kevin sejenak.

Kevin dan Aluna mengabaikan tatapan semua orang. Dengan tenang mereka duduk lalu mulai mengamati interior rumah yang mewah dan menunjukkan kelas pemiliknya itu. Bukannya kagum, Kevin dan Aluna justru mencibir diam-diam. Dan tatapan mereka teralihkan saat seseorang memanggil mereka dengan lantang.

"Aluna, Kevin ... !" panggil seorang pria.

Aluna dan Kevin menoleh kearah sumber suara. Mereka mematung melihat Alex, ayah mereka yang kini duduk di kursi roda.

Perlahan Alex menghampiri Aluna dan Kevin dengan kursi rodanya. Di belakangnya nampak seorang wanita yang membantunya mendorong kursi roda dan mendekati kedua anaknya.

"Aluna, Kevin. Apa kabar Nak ...," sapa Alex dengan mata berkaca-kaca.

Aluna dan Kevin nampak diam mematung, sama seperti hati mereka yang juga telah lama mati.

Ya, sejak Alex menelantarkan mereka berdua, Aluna dan Kevin pun memilih melupakannya.

Alex masih menatap kedua anaknya dengan tatapan rindu. Uluran tangannya tak bersambut karena Aluna dan Kevin hanya mematung dengan tatapan yang dingin. Alex kecewa, tapi dia sadar jika sikap yang ditunjukkan Aluna dan Kevin sekarang adalah akibat dari perbuatannya dulu.

Suasana hening pun menyelimuti ruangan itu. Semua yang hadir nampak fokus mengamati 'drama' yang terjadi antara Alex dan kedua anaknya. Mereka masih menunggu kelanjutan adegan pertemuan keluarga kecil yang dramatis itu, tapi sayang tak terjadi apa-apa setelahnya.

Tak lama kemudian pintu penghubung antar ruangan terbuka. Seorang pria yang merupakan asisten pribadi kakek Danar mempersilakan semua yang hadir untuk mengikutinya.

Semua berdiri dan melangkah tanpa suara mengikuti sang asisten bernama Badru itu.

Sambil duduk di kursi roda Alex mengamati langkah kedua anaknya yang berjalan di depannya. Alex melihat Kevin menggandeng tangan Aluna erat, seakan ingin melindungi sang kakak dari bahaya.

Kemudian Alex menatap kedua kaki Kevin yang sudah sembuh dan tampak kokoh menopang tubuhnya. Padahal saat ia tinggalkan dulu Kevin masih di atas kursi roda. Diam-diam Alex mengusap matanya yang basah. Ada penyesalan di hatinya karena meninggalkan kedua anaknya dulu. Kini Alex sadar, bahwa yang terjadi padanya adalah karma.

Diam-diam Alex menatap Kevin lebih intens. Alex mengagumi wajah Kevin yang tampan dengan tubuh yang tinggi dan tegap. Dengan kulit yang kecoklatan membuat Kevin terlihat sangat eksotis. Ada senyum milik Kania di wajah Kevin dan itu membuat Alex tersenyum getir.

Saat menoleh ke samping, Alex melihat Aluna. Anak perempuannya itu telah tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik. Meski pun wanita, tapi Aluna memiliki sepasang mata yang tajam hingga membuatnya terlihat tangguh. Aluna mewarisi wajah cantik dan kulit putih Kania, namun memiliki rambut seperti dirinya.

Sesaat kemudian Alex menghela nafas panjang. Alex nelangsa karena tak bisa merengkuh kedua anaknya meski pun dia ingin. Alex nampak mengusap matanya yang basah dengan ujung syalnya mengingat kebodohan yang telah dia lakukan dulu.

Di depan sana Badru berhenti melangkah lalu membuka pintu ruangan yang terlihat berbeda dari ruangan lainnya. Rupanya itu adalah ruangan pribadi Danar. Terlihat Danar yang duduk bersandar di atas sebuah tempat tidur.

Danar menoleh kearah pintu dan nampak tersenyum menyambut kedatangan anak, menantu dan cucunya itu.

"Masuk dan duduklah ...," pinta Danar dengan suara parau.

Semua orang pun masuk ke dalam ruangan termasuk Kevin dan Aluna.

Di samping Danar duduk seorang pria yang adalah pengacara pribadi Danar. Namanya Hamzah. Dialah yang mengurus seluruh aset keluarga Danar selama ini.

"Langsung aja Hamzah," kata Danar setelah melihat keluarganya berkumpul.

"Baik Pak," sahut Hamzah sopan.

Setelahnya Hamzah berdiri di samping kiri tempat tidur Danar, sedangkan Badru berdiri di sebelah kanan. Semua nampak serius menanti apa yang akan Hamzah katakan, kecuali Aluna dan Kevin. Keduanya nampak asyik mengamati dekorasi kamar yang terlihat mewah dan elegan itu.

Sikap Aluna dan Kevin membuat beberapa orang sepupunya mencibir. Mereka menganggap Kevin dan Aluna sangat miskin hingga nampak norak melihat interior sebagus rumah Danar.

"Assalamualaikum ...," sapa Hamzah.

"Wa alaikumsalam ...," sahut semua orang.

"Sebelumnya perkenalkan nama saya Hamzah. Saya pengacara tuan Danar. Tujuan saya berdiri di sini adalah mewakili tuan Danar untuk membacakan pembagian harta warisan keluarga Tuan Danar yang ... " ucapan Hamzah terputus karena Kevin memotong cepat.

"Maaf sebelumnya. Kalo kami diundang ke sini hanya untuk mendengar pembagian harta warisan, lebih baik kami pergi," kata Kevin.

"Sebentar Kevin. Kamu juga dapat bagian warisan dariku kok. Sekarang kamu duduk dulu dan dengarkan apa yang dibaca Hamzah," kata Danar sambil tersenyum.

"Justru itu Tuan. Kami ga mau menerima warisan apa pun dari Tuan karena selama ini kami sudah mampu berdiri sendiri tanpa mengharapkan sepeserpun harta dari keluarga ini," sahut Kevin hingga mengejutkan semua orang.

"Apa maksudmu Kevin. Ini adalah pembagian warisan. Ada hakmu dan Aluna juga di sini. Kamu tidak bisa menolaknya begitu saja!" seru Alex marah.

Namun sayang Kevin mengabaikan ucapan sang papa dan justru melanjutkan kalimatnya.

"Walau ga sebesar perusahaan kalian, tapi kami punya usaha bengkel dan laundry di daerah. Biar pun kecil, tapi itu hasil kerja keras dan jerih payah kami sendiri. Dan Kami bangga dengan itu," kata Kevin sambil menggenggam tangan Aluna erat.

"Kevin betul. Saya juga ga tertarik dengan keluarga ini apalagi hartanya. Sekarang kami harus pergi karena banyak urusan yang menanti kami," kata Aluna sambil menggamit tangan Kevin dan membawanya melangkah keluar.

Semua orang terkejut melihat sikap Kevin dan Aluna. Mereka tak menyangka orang yang mereka remehkan tadi justru menolak harta pemberian Danar. Yang lebih mengejutkan adalah karena Aluna dan Kevin berhasil membuat perusahaan kecil tanpa bantuan uang sepeserpun dari sang kakek.

Danar dan Alex saling menatap gusar. Mereka mengepalkan tangan menahan marah dan malu sekaligus. Jawaban Kevin dan Aluna tadi seperti sebuah tamparan telak untuk mereka yang tak pernah peduli pada Aluna dan Kevin saat mereka belia dulu.

Danar tak menyangka dirinya ditolak terang-terangan oleh Kevin dan Aluna di depan keluarganya. Apalagi Kevin dan Aluna bisa sukses tanpa membawa nama Danar di belakang nama mereka.

\=\=\=\=\=

Aluna dan Kevin nampak tertawa sambil melangkah ringan meninggalkan rumah Danar. Rumah dimana seharusnya mereka pulang dan berkumpul dengan anggota keluarga yang lain untuk berbagi bahagia, suka dan duka.

Aluna dan Kevin memilih meninggalkan rumah itu berikut isinya serta orang-orang di dalamnya karena tak sanggup menghadapi keegoisan para penghuninya. Keduanya juga memutuskan kembali ke NTT tanpa membawa sepeserpun harta warisan Danar.

Awalnya Aluna dan Kevin sempat ingin mampir ke rumah tempat mereka tinggal dulu. Namun setelah mendengar rumah itu sudah diklaim oleh Danar sebagai salah satu aset pribadinya, Kevin dan Aluna pun urung mampir.

bersambung

Terpopuler

Comments

Shyfa Andira Rahmi

Shyfa Andira Rahmi

👏👏👏

2025-01-21

1

Shyfa Andira Rahmi

Shyfa Andira Rahmi

👍👍👍

2025-01-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!